Rabu, 30 April 2014

Ratusan Karung Raskin Berkutu di Tutuyan-Boltim

Rabu, 30 April 2014

TRIBUNMANADO.CO.ID, TUTUYAN - Beras miskin atau raskin di Desa Tutuyan Dua, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur (Boltim) yang disalurkan pihak Bulog sudah rusak. Sebagian beras hancur seperti tepung dan berkutu.
Pantauan Tribun Manado, ada seratusan karung raskin ukuran 15 kilogram sudah hancur bertepung, berkutu dan sudah berubah warna. Sehingga tak layak dikonsumsi masyarakat.
"Beras itu sudah rusak dari Dolog (Bulog)," ucap Sangadi Tutuyan Dua, Piantay Potabuga, Selasa (29/4).
Dia menjelaskan, sisa beras tersebut tidak semuanya disalurkan karena tergantung kemampuan masyarakat dalam membeli hak mereka tersebut. Hal ini disebabkan banyaknya stok beras yang disalukan awal bulan April ini. "Bukan tidak tersalur, tetapi karena diberikan sekaligus jatah lima bulan. Padahal sudah disampaikan ke masyarakat agar segera mengambil tapi ini disesuaikan dengan kemampuan masyarakat," jelasnya.
Dia mengakui banyak beras yang masuk sudah rusak sehingga warga yang datang membeli harus teliti dalam memilihnya karena sudah hancur. Katanya, hal serupa juga terjadi dibeberapa desa di sekitar Tutuyan. "Biasanya diganti, tetapi nanti setelah sisanya diketahui jumlah yang rusak kami laporkan dengan dibuatkan berita acara," tuturnya.
Kepala Bagian Ekonomi Setda Boltim, Nova Dunggio saat dikonfirmasi justru mengaku tak mengetahui hal tersebut. Padahal dia mengakui bahwa pemda mempunyai wewenang untuk mengawasi penyaluran raskin tersebut. "Tidak ada yang memberi tahu kalau ada beras rusak. Kalau mereka laporkan kami akan langsung turun ke lapangan," kata dia.
Jika dilaporkan beras yang rusak akan langsung diganti oleh pihak Bulog. Bahkan sangadi diberi hak menolak beras jika berasnya rusak. "Memang jatah yang masuk banyak sebab untuk Januari hingga Maret dan untuk November-Desember," ungkapnya.
Data yang dihimpun Tribun Manado, sebanyak 4.380 Rumah Tangga Sasaran (RTS) akan menerima raskin di Boltim tahun ini. Boltim mendapat jatah raskin sebanyak 65.700 kilogram per bulan.
Kecamatan Nuangan adalah penerima raskin terbanyak dengan 1178 RTS. Disusul Kecamatan Modayag 1202 RTS, Kecamatan Kotabunan 766 RTS, Kecamatan Modayag Barat  638 RTS dan Kecamatan Tutuyan 596 RTS. Setiap kepala rumah tangga, mendapat 15 kilogram perbulan. Harga perkilogram beras berdasarkan SK Gubernur senilai Rp 1600. *

http://manado.tribunnews.com/2014/04/30/ratusan-karung-raskin-berkutu-di-tutuyan-boltim

Selasa, 29 April 2014

Tonase Raskin Pandeglang Menysut Setiap Karungnya

Senin, 28 April 2014

PANDEGLANG, RN  - Program bantuan beras miskin (raskin) untuk Kabupaten Pandeglang, rupanya mengalami penyusutan tonase (berat-red) per-karungnya, setiap kali program tersebut didistribusikan ke desa-desa peneima jatah raskin. Hal tersebut dijelaskan Roji Fahroji, Ketua LSM Ampera Pandeglang, salah satu Tim Monev Raskin wilayah Pandeglang. Dimana menurut Roji, bahwa hampir sebagian besar desa-desa penerima jatah raskin, selalu mendapati karung-karung raskin itu memiliki tonasenya tidak sesuai.

"Entah ini di sengaja, atau kerjaan kuli angkut gudang. Yang pasti setiap kali raskin di distribusikan ke desa penerima, setiap karungnya selalu tidak sesuai beratnya, yang seharusnya per-karung beratya 15 Kg, akan tetapi ketika karung itu kemabli di timbang, para kepala desa selalu mendapati per-karunya tidak pernah mencapai 15 Kg, ada yang 13,5 Kg, ada juga yang 14 Kg per-karungnya," jelas Roji pada rilisnusantara.com belum lama ini.

Masih Menurut Ketua LSM Ampera, bahwa kuangny tonase, atau berat raskin per-karungnya, menurutnya, adalah sebuh kecerobohan pihak Dolog dalam menyortir karung-karung yang hendak di distribusikan. Karena pihak Dolog selama ini selalu bepatokan pada jumlah karung yang akan di distribusikan disesuaikan dengan jatah tonase desa yang mengajukan.

"Selama ini pihak dolog selalu mengandalkan jumah karung yang didistribusikan ke desa penerima program, dikalikan dengan 15 Kg/karungnya. Sehingga menganggap tonase kebutuhan desa atau masyarakat penerima hak, sesuai dengan jumlah karung yang di distribusikan tersebut. Pada kenyataanya itu salah, karena dari beberapa kasus yang kita dapati di lapangan, tonase desa yang semestinya 150 ton dibagi 15 Kg/karungnya, maka dolog akan mengirim 1000 karung, dan bila perkarungnya hilang rata-rata 1 Kg, maka dapat dipastikan tonase untuk desa itu berlurang 1000 Kg, atau 1 Ton. Kalo itu di uangkan, silakan kalikan saja sendiri per-kilo-nya, dengan jumlah desa penerima raskin di wilayah Kabupaten Pandeglang," jelas Pentolan LSM Ampera ini.

Sementara itu, Wawan salah seorang Ketua RT di Kampung Cikondang, Kelurahan Pandeglang, juga mengatakan hal senada. Bahwa jatah raskin untuk masyarakat kurang mampu di wilayahya tersebut, benar selalu mendapati berat setiap karungnya tidak 15 Kg, akan tetapi selalu kurang, ada yang 14 Kg, ada juga yang 14,5 Kg/karungnya.

"Sejak Beberapa bulan itu terjadi pak, entah itu di sengaja, untuk dijadikan permainan cari keuntungan, atau entah bagaimana. Yang pasti tonase di wilayah RT kita di sini, menjadi kurang, lantaran kilogram per karungnya tidak sesuai. Bahkan ketika kita tanya pada RT/RW yang lain, juga rupanya mengalami hal yang sama, entahlah pak," aku Wawan pada rilisnusantara.com di halaman Kelurahan Pandeglang belum lama ini. (Day)


Senin, 28 April 2014

MASYARAKAT UWURAN DUA SOROTI RASKIN BUSUK

Minggu, 27 April 2014

Amurang – Masyarakat Kelurahan Uwuran Dua, Kecamatan Amurang, Minahasa Selatan menyoroti bantuan pemerintah beras miskin (Raskin) yang tidak layak dikonsumsi alias busuk. Sehingga hanya dibiarkan begitu saja di lantai Balai Pertemuan umum (BPU) setempat, tranpa diambil. Karena tidak layak dikonsumsi.

“Raskin tidak layak konsumsi ini sering terjadi. Setelah dipulangkan kembali ke bulog. Raksin penggantinya juga tidak jauh berbeda. Kalau tidak kuning dan berbauh busuk, ada pulah berasnya sangat halus,” ketus warga Uwuran Dua kepada beritamanado.com

Menurutnya, masyarakat Uwuran Dua enggan mengambil jatah raskin seperti ini. Olehnya hanya tertumpuk dilantai BPU, menunggu diangkat untuk dikembalikan ke Bulog. Warga setempat sudah sering mengeluhkan raskin tak layak konsumsi, tapi terkesan tak digubris. Bahkan sejumlah warga mengaku pernah mendapatkan raskin kadang telah berjamur. mungkin raskin stok lama di gudang, tapi baru disalurkan, tukas Joseph belum lama ini. (sanlylendongan)

http://beritamanado.com/masyarakat-uwuran-dua-soroti-raskin-busuk/

Minggu, 27 April 2014

Bulog : Pengadaan Gabah Di Sulteng Nihil

Sabtu,26 April 2014

Kepala Perum Bulog Sulawesi Tengah Mar'uf mengatakan bahwa pengadaan gabah di daerah itu hingga kini masih nihil, karena petani enggan menjual gabah, sekalipun harga cukup bagus.

'Petani Sulteng enggan menjual gabah, padahal harganya cukup bagus,' kata Mar'uf di Palu, Sabtu.

Ia mengatakan untuk mengubah pola pikir petani memang tidaklah mudah seperti membalikkan telapak tangan.

Apalagi, kata dia, sejak turun temurun sampai sekarang ini petani telah terbiasa menjual hasil panen sesudah diolah menjadi beras.

Namun demikian, Bulog tetap berupaya selain membeli beras, juga gabah kering giling (GKG), jelasnya.

'Kami tetap membeli GKG meski tampaknya itu sangat sulit terealisasi,' katanya.

Ia mengatakan bahwa Bulog Sulteng memiliki unit penggilingan gabah dan beras (UPGB) sendiri di Kabupaten Parigi Moutong dan Tolitoli.

'Jadi, gabah hasil pembelian Bulog di daerah itu langsung masuk ke UPGB setempat,' katanya.

Mar'uf mengatakan Bulog Sulteng membeli gabah petani sesuai dengan standar harga pembelian pemerintah (HPP) yang ditetapkan, yakni HPP gabah kering giling (GKG) diterima di gudang Bulog Rp4.200,00 per kilogram.(ant/rd)

http://www.ciputranews.com/riil/bulog-pengadaan-gabah-di-sulteng-nihil

Sabtu, 26 April 2014

Pengadaan Beras DN Bulog Subdivre Lebak-Pandeglang Lamban

Sabtu, 26 April 2014

Banten_Barakindo- Pengadaan beras dalam negeri (lokal) pada Perum Bulog Subdivre Lebak-Pandegang, hingga kini masih minim. Sementara para petani di Kabupaten Lebak dan Pandeglang sendiri sudah memasuki masa panen raya.

Seperti dilansir media lokal, Radar Banten, Sabtu (26/4/2014), pengadaan beras lokal oleh Perum Bulog Subdivre Lebak-Pandeglang baru tercatat sebanyak 32 ribu kilogram atau setara 32 ton beras.

“Alhamdulillah, sejauh ini Bulog Subdivre Lebak sudah berhasil menyerap hasil panen petani lokal dalam bentuk beras dalam negeri sekitar 32 ribu kilogram,” ujar Kepala Bulog Subdivre Lebak, Herman Sadik.

Menanggapi hal itu, aktivis Barisan Rakyat Anti Korupsi (Barak), Deding meminta Bulog terkait segera meningkatkan penyerapan.

“Lambannya kinerja pengadaan seperti inilah yang membuat Perum Bulog selalu selangkah dibelakang tengkulak,” ujarnya.

Kata dia, ada sepuluh saja Subdivre yang kinerja pengadaannya lamban seperti itu, maka besar kemungkinan menjadi celah bagi importir “nakal” untuk mendorong pemerintah agar mengimpor beras petani asing. “Ini harus menjadi perhatian Dirut Bulog,” pungkasnya. (Redaksi)*

http://barakpost.blogspot.com/2014/04/pengadaan-beras-dn-bulog-subdivre-lebak.html

Rabu, 23 April 2014

Jaga Kualitas Raskin, Persediaan Beras Bulog Akan Diganti Gabah

Rabu, 23 April 2014

VIVAnews - Menteri Pertanian, Suswono, Rabu 23 April 2014, berpendapat bahwa semakin menurunnya kualitas beras untuk rakyat miskin (raskin) yang didistribusikan Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) kepada masyarakat, akibat manajemen penyimpanan beras yang diterapkan belum maksimal.

Hasil evaluasi Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK) terhadap penyaluran raskin menemukan bahwa beras yang disalurkan tidak sesuai dengan standar kualitas beras medium, seperti berbau apek, berkutu, berwarna kuning. Akibat beras yang tak tepat kualitas, beras Raskin justru lebih banyak dijual kembali oleh penerima, sehingga menciptakan praktik pemburuan rente.

Menurut Suswono, manajemen penyimpanan beras yang baik diperlukan, karena saat ini beras yang digunakan untuk raskin sebenarnya sudah sesuai dengan standar.

"Itu SNI 4, jadi relatif cukup baik. Apalagi, pemerintah mengganti beras raskin cukup banyak, hampir sekitar Rp8.000-an. Jadi, beras ini relatif cukup baik kualitasnya dengan kadar air 14 persen kalau tidak salah," ungkap Suswono, saat ditemui di Kementerian Keuangan, Jakarta.

Suswono mengakui, menyimpan beras, apalagi dalam waktu yang cukup lama bukan hal yang mudah. Selain itu, biaya yang dikeluarkan tidak murah. Meskipun dari sisi harga, biaya tersebut telah dimasukkan dalam harga yang ditetapkan.

"Perlu ekstra, karena beras kalau tidak dirawat baik memang mudah patah, banyak kutu. Itu bisa terjadi seperti itu," tambahnya.

Ke depannya, lanjut Suswono, karena saat ini Bulog semakin banyak menyerap beras dari produksi nasional, persediaan yang disimpan adalah dalam bentuk gabah, sehingga kualitasnya dapat lebih baik ketika disalurkan.

Selain itu, unit pengolahan gabah dan beras (UPGB) yang ada di Bulog dapat dimaksimalkan untuk menjaga kualitas beras secara maksimal. "Sehingga, beras yang dibagikan relatif fresh dibandingkan yang disimpan di gudang lebih dari enam bulan," ujarnya. (art)


KPK Diminta Tidak Sekedar Melaporkan Kajian Kelemahan Raskin

Selasa, 22 April 2014


Jakarta (22/4) - Anggota Komisi IV DPR, Habib Nabiel Almusawa meminta Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) agar tidak sekedar membuat dan melaporkan temuan-temuan kelemahan dalam program raskin. Ia mendesak KPK agar menindaklanjutinya dengan penyelidikan. ”Kalau sekedar membuat kajian dan melaporkan temuan-temuan, tidak akan berdampak pada perbaikan yang cepat dalam pengelolaan raskin,” kata Nabiel.

Sebelum Kajian oleh KPK, menurutnya, kajian telah dilakukan dan dilaporkan juga oleh pihak-pihak lain sebelumnya sejak tahun 2003 seperti: Bank Dunia, LSM, Badan Pusat Statistik (BPS), perguruan tinggi bahkan Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan. ”Jadi kalau sekarang KPK hanya sekedar membuat kajian dan laporan maka nasibnya akan sama dengan kajian dan laporan sebelumnya, tidak akan memberikan perubahan yang signifikan,” tegasnya.

Kajian dan laporan yang diserahkan kepada pengelola, menurutnya, sama artinya dengan meminta pengelola agar melakukan pembenahan dan perbaikan secara internal. ”Kajian dan laporan sudah diberikan sejak tahun 2003. Ini artinya pengelola sudah diminta melakukan pembenahan internal sejak tahun 2003 tetapi nyatanya berbagai kelemahan itu tak kunjung selesai,” tutur Nabiel.

Nabiel berpendapat, perbaikan yang signifikan tidak bisa diserahkan pada mekanisme internal semata. Perlu ada pihak luar yang mengintervensi. ”KPK, lakukanlah penyelidikan. Ini akan menjadi shock terapy dan diharapkan bisa membuat pengelola raskin sungguh-sungguh dalam bekerja,” pungkas Nabiel.

http://www.fraksipks.or.id/content/kpk-diminta-tidak-sekedar-melaporkan-kajian-kelemahan-raskin

Selasa, 22 April 2014

MENUMPUK DI BULOG, PAGU RASKIN KOTA SERANG TERSERAP 73,31%

Senin, 21 April 2014

SERANG, (KB).-
Pagu beras miskin (raskin) untuk Kota Serang pada semester pertama 2014 baru terserap 73,31 persen. Hal ini membuat jatah raskin Kota Serang menumpuk di Gudang Bulog Subdivre Serang.
Menurut Humas Bulog Subdivre Serang, Haerullah, penyerapan raskin untuk Kota Serang baru mencapai 73,31 persen pada semester pertama 2014. Sementara untuk sisanya belum ditebus oleh beberapa desa atau kelurahan.
“Untuk Kecamatan Curug saja terdapat empat kelurahan yang belum menebus raskin, yakni Kelurahan Curug, Cilaku, Pancalaksana, dan Kelurahan Sukajaya. Rata-rata yang belum diambil April 2014,” katanya.
Padahal, Haerul menambahkan, saat ini Menkokesra telah memberi surat edaran yang menetapkan penebusan raskin bisa diambil hingga tujuh bulan ke depan. Dengan demikian, seharusnya seluruh masyarakat Kota Serang sudah dapat menebus raskin hingga November 2014.
“Kemungkinan ini terjadi karena di tingkat kelurahan. Warga sebenarnya ingin mendapatkan raskin,” katanya.
Segera distribusikan
Haerul menambahkan, pagu raskin Kota Serang mencapai 256.815 kg per bulan. Dengan demikian, dalam enam bulan ke depan mencapai 1.540.890 kg, namun karena baru terserap 73,31 persen, sisa pagu mencapai 411.195 kg.
“Jika terjadi penumpukan seperti ini tentu akhirnya mempengaruhi kualitas beras, meskipun tidak signifikan,” ujarnya.
Ia mengatakan, perubahan akan terjadi pada beras yang menumpuk di gudang di antaranya berupa perubahan warna beras, berkutu hingga perubahan aroma. Bahkan, dengan adanya penumpukan ini tentu akan menambah biaya perawatan yang dikeluarkan Bulog Sub Divre Serang.
“Oleh karena itu, kami berharap seluruh kelurahan se-Kota Serang segera mendistribusikan raskin ke desa masing-masing. Apalagi, raskin ini merupakan kebutuhan masyarakat, sehingga penumpukan menyebabkan mereka kekurangan besar. Apalagi, beras di pasaran saat ini harganya mahal,” tuturnya. (H-43)***

http://kabar-banten.com/news/detail/18503

Senin, 21 April 2014

"KERUGIAN NEGARA AKIBAT AKUISISI BUKOPIN OLEH BOSOWA" BY @TrioMacan2000

Minggu, 20 April 2014

Akuisisi 30% saham pengendali di Bank Bukopin oleh Bosowa sarat pelanggaran peraturan dan perUUan. Sejumlah elemen aakn ajukan gugatan
TrioMacan2000 1 day ago

1. Kami bahas dulu akuisisi Bank Bukopin oleh Bosowa Corp, rencana akuisisi Bank BTN oleh B Mandiri nanti giliran dibahas setelah Bukopin
TrioMacan2000 1 day ago

2. Rencana akuisisi Bank Bukopin oleh Bosowa Corp diduga sarat pelanggaran hukum dan konstitusi. Mari kita bahas garis besarnya lebih dulu
TrioMacan2000 1 day ago

3. Bank Bukopin awalnya adalah bank koperasi, sahamnya dimiliki 2 BUMN : Telkom& PLN masing2 50%. Tujuannya : pembangunan koperasi Indonesia
TrioMacan2000 1 day ago

4. Pendirian Bukopin dimaksudkan utk mendukung pembangunan koperasi sesuai amanat konstitusi pasal 33, koperasi = soko guru ekonomi RI
TrioMacan2000 1 day ago

5. Sejalan bergulirnya waktu, kepemilikan saham Bukopin berubah. Tdk lagi dimiliki TELKOM dan PLN, tetapi oleh yayasan dan koperasi BULOG
TrioMacan2000 1 day ago

6. Peran Bukopin pun bergeser. Tdk lagi jadi bank terdepan dlm pembangunan koperasi sbg soko guru perekonomian RI. Hmpir sama dgn bank lain
TrioMacan2000 1 day ago

7. Yang lebih parah lagi, kepemilikan saham di Bukopin tanpa diketahui rakyat mengalami perubahan besar. Tiba2 saja saham negara mengecil
TrioMacan2000 1 day ago

8. Dengan pat gulipat sim salabim, saham negara di Bukopin makin mengecil dan saham koperasi /yayasan BULOG juga mengecil. Dirampok oknum2
TrioMacan2000 1 day ago

9. Kemudian Bank Bukopin menjadi sarang korupsi. Kami sdh banyak bahas betapa banyak uang dikorupsi di Bukopin namun tdk tersentuh hukum
TrioMacan2000 1 day ago

10. Penyebabnya adalah aturan UU anti korupsi yg menetapkan bhw selama saham negara tdk mayoritas, maka bank tsb bukan berstatus BUMN
TrioMacan2000 1 day ago

11. Jika bank atau perseroan tdk dianggap BUMN oleh UU maka tindak pidana korupsi tdk bisa dikenakan pada kerugian bank yg terjadi. Pesta !
TrioMacan2000 1 day ago

12. BUKOPIN pun semakin menjadi2. Kerugian akibat KKN dgn banyak modus terjadi di BUKOPIN. Perampokan berjamaah. Tdk ada hukum yg menjerat
TrioMacan2000 1 day ago

13. Tidak hanya itu, Bukopin jd sarana pencucian uang, money politics, bahkan digunakan utk operasi asing. transfer US$ 100 juta dari Israel
TrioMacan2000 1 day ago

14. Tahun lalu kami pernah ungkap sebagian korupsi2, TPPU, pendanaan operasi negara asing, dana politik, hingga bancakan pejabat2 BULOG
TrioMacan2000 1 day ago

15. Diduga, gara2 mengungkapkan fakta2 di bank @bukopin ini pencetus akun TM2000 pernah mau dibunuh oleh sekelompok orang tdk dikenal
TrioMacan2000 1 day ago

16. Besok kami akan bongkar tuntas kerugian negara akibat akuisisi bukopin oleh Bosowa dan pelanggaran2 lain termasuk pelanggaran konstitusi
TrioMacan2000 1 day ago

17. Untuk tahap awal, kami akan refresh sedikit kultwit2 kami tahun lalu yg membongkar korupsi dan kejahatan keuangan di bank bukopin
TrioMacan2000 1 day ago

18. Seharusnya @OJKIndonesia @BankIndonesia @KemenkeuRI dll selidiki terlebih dahulu raibnya saham negara di @Bukopin sblm setujui akuisisi
TrioMacan2000 1 day ago

19. Juga harus diselidiki kenapa modal bank bukopin yg sbgn besar berasal dari dana non budgeter BULOG, kok tiba2 hilang tdk berbekas
TrioMacan2000 1 day ago

20. Korupsi dan tindak pidana lainnya di Bukopin 1 http://t.co/awOdycNbCV
TrioMacan2000 1 day ago

21. Korupsi dan tindak pidana lainnya di Bukopin 2

@KPK_RI - @OJKindonesia
@bank_indonesia http://t.co/71gFoUmu4f
Reply RT Favorite TrioMacan2000 1 day ago

22. Kasus2 di Bank Bukopin 3

@Ojkindonesia @bank_indonesia
@kemenkeuRI @KPK_RI http://t.co/10Dkay3kQc
TrioMacan2000 1 day ago

23. Dan belasan kasus korupsi / pidana perbankan di bank bukopin

@KPK_RI @bank_indonesia

http://t.co/ZWlk7w20j6

http://chirpstory.com/li/200972

Selasa, 15 April 2014

Waspadai Impor Gula Untuk Dana Pemilu Parpol

Selasa, 15 April 2014

Jakarta, HanTer – Peneliti Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Salamudin Daeng menilai, izin impor yang diberikan Kementerian Perdagangan (Kemendag) kepada Perum Bulog patut diwaspadai.

Pasalnya, hal ini terjadi di saat pemilu sedang berlangsung dan hal ini tentu saja bisa mengundang kecurigaan cukup besar ada apa dibalik Pemerintah melakukan impor gula dari luar negeri.

"Impor gula dalam jumlah besar di sela sela pemilu ini patut diwaspadai, terutama karena rentan menjadi bancakan pengusaha untuk mendanai partainya dalam pemilu. Selain bahwa impor gula ini jelas merugikan kepentingan nasional, industri nasional, dan petani tebu kita," kata Salamudin menjawab Harian Terbit.

Dirinya berpandangan bahwa sejak awal pemerintah memang tidak serius membenahi pertanian tebu dan industri gula nasional. Akibatnya produksi gula merosot dibandingkan kebutuhan nasional. Untuk itu, pemerintah harus perlu mengevaluasi kembali liberalisasi gula di Indonesia. Salamudin mencontohkan, Liberalissi gula sebagaimana rekomendasi IMF 1998-2003 telah menyebabkan ambruknya tata niaga gula nasional dan tidak adanya mekanisme perlindungn terhadap petani tebu.

"Dengan demikian Bulog seharusnya menjalankan peran strategisnya melindungi petani dan industri nasional, jangan menjadi agen impor," kata Salamuddin.(za)



Titik Rawan Program Raskin Bermula dari Gudang Bulog ke Titik Distribusi

Selasa, 15 April 2014

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pusat Telaah dan Informasi Regional (PATTIRO) menengarai titik rawan penyimpangan pada program beras murah untuk rakyat miskin (Raskin) berada di bagian distribusi.
"Distribusi raskin yang tidak transparan berpotensi terjadi penyimpangan," kata Direktur Eksekutif PATTIRO, Sad Dian Utomo dalam rilisnya, di Jakarta, Selasa (15/4/2014).
Sad menuturkan, titik kritis distribusi Raskin terletak pada saat pengiriman beras dari gudang Bulog ke titik distribusi, dan kedua pada saat penyaluran beras kepada Rumah Tangga Miskin (RTM).
Titik rawan distribusi berikutnya, adalah jumlah beras yang sampai di titik distribusi. Selain itu, daftar RTM penerima Raskin, juga jarang sekali diumumkan, sehingga masyarakat tidak tahu berapa jatah Raskin di wilayahnya.
"Masyarakat hanya menerima beras sesuai jatah yang telah ditetapkan oleh aparat desa/pelaksana distribusi," imbuhnya.
Di titik ini, penyalahgunaan raskin banyak terjadi karena masyarakat tidak tahu jumlah Raskin yang didistribusikan. Sad mencontohkan, praktik penyimpangan banyak terjadi seperti yang ditemukan di Gresik, Jawa Timur dan Jeneponto, Sulawesi Selatan, di mana Raskin dijual ke toko oleh aparat desa.
"Raskin dijual dan hasil penjualannya digunakan untuk renovasi kantor desa," kata dia lagi.
Sementara itu, di Gresik dan kota Serang, Banten ditemukan jatah Raskin dibagikan ke aparat desa yang tidak termasuk RTM. Melihat kenyataan ini, diharapkan semua pemangku kepentingan memiliki kesamaan persepsi. (Estu Suryowati)

http://www.tribunnews.com/bisnis/2014/04/15/titik-rawan-program-raskin-bermula-dari-gudang-bulog-ke-titik-distribusi

Mengenal AKBP Umar yang Mengungkap Kasus Korupsi Beras untuk Rakyat Miskin

Selasa, 15 April 2014

Jakarta - Bagi sebagian orang mungkin membeli beras bukan masalah besar. Tapi bagi rakyat miskin, makanan pokok itu menjadi barang mahal sehingga pemerintah mengucurkan program beras untuk rakyat miskin. Tapi apa jadinya jika anggaran itu tetap dikorup?

Mereka yang diduga mengkorupsi anggaran itu yaitu Kades Cibiuk Kidul, Agus Suganda (46), Kades Cibiuk Kelar, Asep Gojali (44), Kades Majasari, Tatang Koswara (58), Kades Cipareuan, Ata Sutisna (57). Semuanya merupakan Kades di Garut, Jawa Barat. Keempatnya digulung oleh Polres Garut pada 2013 silam, langsung di bawah komando Kapolres Garut kala itu, AKBP Umar Surya Fana.

"Ini untuk pembelajaran bagi yang lain," kata Umar saat dihubungi detikcom, Selasa (15/4/2014).

Kasus bermula saat pemerintah memberikan program beras bagi rakyat miskin kurun Januari-Februari 2012. Dalam program itu, rakyat cukup membeli beras Rp 1.600 per Kg. Harga tersebut jauh di bawah harga pasaran karena pemerintah telah merogoh APBN Rp 5.900 per Kg guna membeli beras dari Bulog.

Nah, dalam penyalurannya ternyata beras tersebut mengalami kebocoran di sana-sini. Para kades menjual kembali beras tersebut kepada warga yang tidak miskin dengan harga pasar. Dari hasil penjualan itu, para kades pun meraup untung. Seperti Kades Agus yang mengantongi sebesar Rp 49 juta, Kades Asep sebesar Rp 30 juta, Kades Tatang sebesar Rp 50 juta dan Kades Ata sebanyak Rp 42 juta.

"Awalnya jaksa sempat menolak karena kerugiannya kecil dan akan disidik dengan pasal 374 (penggelapan)," ujar mantan Kapolsek Sawah Besar, Jakarta Pusat itu.

Atas kegigihan AKBP Umar dan seluruh jajaran Polres Garut, akhirnya kasus itu bisa dilimpahkan ke pengadilan dengan dakwaan korupsi. Pada 6 Januari 2014, Pengadilan Tipikor Bandung menjatuhkan hukuman kepada keempatnya selama 1 tahun penjara dengan denda Rp 50 juta subsidair 1 bulan.

"Baru selesai 4 berkas saya keburu dipindah," ucap Umar yang dipindah menjadi Wakapolres Jakarta Pusat hingga saat ini.

Hukuman itu lalu dilipatgandakan menjadi 2 tahun penjara oleh Pengadilan Tinggi Bandung pada 5 Maret 2014. Khusus kepada Kades Agus, hukumannya malah dinaikan menjadi 2,5 tahun penjara.

"Baguslah kalau ditambah di tingkat Pengadilan Tinggi," kata perwira menengah yang pernah menjabat sebagai Kapolres Cilegon tersebut.

http://news.detik.com/read/2014/04/15/181632/2556171/10/?992204topnews

Raskin dibalut masalah

Selasa, 15 April 2014

ANDAIKAN Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tidak ”mengutak-atik” program beras untuk rakyat miskin (raskin), barangkali masyarakat tidak akan pernah menyangka betapa banyak jejak busuk di balik program mulia yang membantu masyarakat miskin untuk kelangsungan hidupnya.

Setelah KPK membeberkan sejumlah kelemahan di balik program yang diluncurkan sejak 1998 itu, pemerintah mengamini bahkan secara terbuka mengakui selama ini tak pernah ada evaluasi secara menyeluruh, apakah program tersebut sudah berjalan pada rel yang diinginkan. Padahal, dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang digelontorkan untuk program tersebut tidak sedikit dan setiap tahun jumlahnya meningkat.

Anggaran program raskin diakui Menteri Keuangan (Menkeu) Chatib Basri mengalami peningkatan setiap tahun, sementara jumlah rumah tangga sasaran (RTS) mengalami penurunan. Angka berbicara, pada 2011 anggaran raskin mencapai Rp15,27 triliun untuk menyasar sebanyak 17,4 juta atau 25% dari jumlah penduduk dengan ekonomi terendah di negeri ini yang dijatah sebanyak 15 kg per bulan selama 12 kali.

Setahun kemudian, pada 2012, nilai anggaran naik menjadi sebesar Rp15,70 triliun. Peningkatan anggaran tersebut memang tipis, tetapi jumlah RTS yang menjadi sasaran tidak berubah. Selanjutnya pada 2013, anggaran raskin melonjak mencapai Rp17,1 triliun untuk 15,5 juta RTS yang jumlahnya lebih kecil dari dua tahun sebelumnya, bahkan pada pertengahan tahun pemerintah meningkatkan anggaran raskin menjadi Rp21,4 triliun sebagai mitigasi dari kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.

Dan, tahun ini anggaran raskin membengkak lagi menjadi sebesar Rp18,8 triliun dengan jumlah RTS sama dengan tahun lalu. Anggaran raskin yang terus bertambah dari tahun ke tahun yang diiringi penurunan jumlah RTS, oleh Menkeu Chatib Basri dinilai wajar. Anggaran yang terus menggelembung itu menurut Menkeu dipicu oleh kenaikan harga beras yang memaksa pemerintah harus menambah anggaran meski jumlah RTS mengalami penurunan.

Logika kenaikan harga yang dilontarkan Menkeu memang bisa diterima akal sehat. Namun, yang menjadi persoalan anggaran yang terus menggelembung itu tidak mencerminkan kemuliaan program tersebut.Berdasarkan temuan KPK pada program yang menghabiskan anggaran puluhan triliun rupiah itu terdapat sejumlah kelemahan, mulai soal sasaran yang tidak tepat, jumlah yang disalurkan tidak sesuai dengan laporan, mutu beras di bawah standar, harga lebih mahal dari yang seharusnya, hingga administrasi yang amburadul.

Padahal, soal mutu beras yang tidak baik seharusnya tak terjadi sebagaimana diatur Instruksi Presiden (Inpres) No 3 Tahun 2012 tentang Kebijakan Pengadaan Gabah atau Beras dan Penyaluran Beras oleh Pemerintah. Inpres tersebut mengatur bahwa pemerintah melalui Badan Urusan Logistik (Bulog) membeli beras petani dengan persyaratan yang cukup ketat. Pembelian gabah kering panen dalam negeri harus memenuhi kualitas kadar air maksimum 25%, dan kadar hampa/kotoran maksimum 10%.

Selain itu, gabah kering giling dalam negeri dengan kualitas kadar air maksimum 14% dan kadar hampa/kotoran maksimum 3%. Seharusnya dengan standar sesuai Inpres itu, maka patut dipertanyakan mengapa mutu raskin jauh dari yang diharapkan? Dari sisiharga, juga sangat memprihatinkan. Penduduk miskin untuk mendapatkan raskin cukup merogoh kocek sekitar Rp1.600 per kg. Ternyata harga tersebut hanya di atas kertas, fakta lapangan menunjukkan harga melebar menjadi Rp2.000 per kg hingga Rp2.500 kg.

Mengenai harga yang tinggi itu, pihak Kementerian Keuangan berdalih bahwa harga sebesar Rp1.600 per kg hanya berlaku di tingkat penyerahan dari Bulog ke pemerintah daerah. Selanjutnya, pemerintah daerah menambahkan ongkos transportasi dan beberapa biaya lainnya. Itu menurut versi pemerintah, tetapi jamak informasi yang berkembang bahwa bukan sekadar kenaikan harga, melainkan kebocoran raskin ke pasar bebas justru tak kalah memprihatinkan.

Kita berharap KPK tidak berhenti di tengah jalan dalam mengurai benang kusut raskin. Tidak cukup sekadar meminta pemerintah untuk melakukan evaluasi secara komprehensif. Sementaraitu, pemerintahwajib mempertajam   program mulia ini agar tepat sasaran dan tidak menjadi bancakan oknum pemerintah di daerah.

Harus ada kebijakan yang tegas, transparan, dan akuntabel sebagai bagian dari pertanggungjawaban penggunaan anggaran negara yang mencapai puluh triliun rupiah setiap tahun.

http://daerah.sindonews.com/read/2014/04/15/16/854158/raskin-dibalut-masalah

Jumat, 11 April 2014

Setelah 'Disentil' KPK, Pemerintah Sibuk Evaluasi Raskin

Jumat, 11 April 2014

Jakarta -Pemerintah sepertinya baru kebakaran jenggot soal program beras untuk rakyat miskin (raskin), setelah ada kajian dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Padahal isi kajian tersebut sudah ada sejak tahun 2003.

Menteri Keuangan Chatib Basri mengakui selama ini kurang memperhatikan soal pelaksanaan program tersebut. Meskipun anggaran yang disediakan setiap tahunnya mencapai belasan triliun rupiah.

"Setahu saya selama ini nggak ada evaluasi. Karena itu dari Kemenko Kesra dan Kementerian Sosial (Kemensos), tapi saya nggak aware mengenai itu," kata Chatib seperti dikutip, Jumat (11/4/2014).

Chatib mengungkapkan, akan segera mempelajari hasil kajian dari KPK tersebut. Termasuk dengan melakukan koordinasi bersama kementerian dan lembaga lainnya.

"Ini kemarin saya terima studinya KPK. ini mau kita pelajarin termasuk Bansos (bantuan sosial) ini, kita akan seperti di sidang kabinet, saya ditugaskan untuk koordinasi dengan KPK. Karena KPK mintanya supaya dikonsentrasikan di Kemensos," jelasnya.

Chatib menilai, dari sisi teknis pelaksanaan raskin memang cukup merepotkan. Akan dicari upaya dari sisi penyaluran agar efektif dan Rumah Tangga Sasaran (RTS) yang dituju juga tepat.

"Nanti kita bicarain deh gimana caranya karena ada soal-soal teknis yang membuat orang-orang jadi sulit gitu. Jadi sulit misalnya kayak Kemensos, dia ngurusin raskin aja dia repot," imbuh Chatib.

Dirjen Anggaran Askolani menambahkan dalam waktu dekat akan digelar rapat koordinasi di Kemenko Kesra untuk evaluasi secara menyeluruh soal raskin. Selama ini evaluasi cenderung parsial.

"Jadi evaluasi semua sesuai dengan rekomendasi dari KPK. Kalau sebelumnya ada evaluasi tapi hanya sebagian jadi efeknya pun cuma sebagian nggak signifikan," ungkap Askolani.
(mkl/rrd)

http://finance.detik.com/read/2014/04/11/114550/2552093/4/setelah-disentil-kpk-pemerintah-sibuk-evaluasi-raskin

Kemenkeu Akui Kualitas Raskin Kadang Tak Sesuai Harapan

Jumat, 11 April 2014

Jakarta -Pemerintah mengakui beras untuk ditujukan untuk masyarakat miskin (raskin) memiliki kualitas kurang baik. Padahal seharusnya beras sesuai dengan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 3 Tahun 2012 tentang Kebijakan Pengadaan Gabah atau Beras dan Penyaluran Beras oleh Pemerintah.

"Kadang yang di stok Bulog ini memang kadang-kadang kualitas tidak sesuai dengan yang diharapkan," ujar Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan Askolani seperti dikutip, Jumat (11/4/2014).

Askolani menilai ini adalah catatan penting untuk Bulog selaku penyalur raskin. Karena anggaran sudah disediakan untuk pengadaan beras sesuai dengan harga yang telah ditetapkan.

"Ini akan menjadi evaluasi ke Bulog. Kita setuju dengan kajian dari KPK," sebutnya.

Berdasarkan Inpres tersebut, pemerintah melalui Bulog membeli beras petani dengan persyaratan untuk gabah kering Panen dalam negeri dengan kualitas kadar air maksimum 25% dan kadar hampa/kotoran maksimum 10% Rp 3.300 per kg di petani, atau Rp 3.350 per kg di penggilingan.

Bulog juga disyaratkan jika membeli gabah kering giling dalam negeri dengan kualitas kadar air maksimum 14% dan kadar hampa/kotoran maksimum 3% Rp 4.150 per kg di penggilingan, atau Rp 4.200 per kg di gudang Bulog.

Harga pembelian beras dalam negeri dengan kualitas kadar air maksimum 14%, butir patah maksimum 20%, kadar menir maksimum 2% dan derajat sosoh minimum 95% Rp 6.600 per kilogram di gudang Bulog.
Sebelumnya dalam temuan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kondisi penetapan harga dan spesifikasi untuk beras kualitas medium yang ditetapkan (harga) flat sepanjang tahun menyulitkan Bulog untuk menyerap beras kualitas baik.

"Sulitnya Bulog menyerap beras dari petani mendorong diserapnya beras 'kualitas asalan'. Ditambah dengan target pengadaan yang dilakukan Bulog untuk memenuhi jumlah beras Raskin, dengan infrastruktur penyimpanan beras yang terbatas dan beras disimpan dalam waktu lama mengakibatkan menurunnya kualitas beras Raskin," jelas KPK.

Sehingga KPK menemukan beras yang diterima rumah tangga sasaran penerima manfaat (RTS-PM) tidak sesuai dengan standar kualitas beras medium, seperti berbau apek, berkutu, dan berwarna kuning.

"Alih-alih dikonsumsi, akibat beras yang tak tepat kualitas, maka beras Raskin justru lebih banyak dijual kembali oleh penerima sehingga menciptakan praktek pemburuan rente," katanya.

Dalam situs resmi Perum Bulog disebutkan beras yang disediakan adalah beras dengan kualitas medium. Perum BULOG melakukan pengawasan intensif mulai dari beras itu dikemas di tempat penggilingan sampai di gudang Perum BULOG.

http://finance.detik.com/read/2014/04/11/105538/2552031/4/2/kemenkeu-akui-kualitas-raskin-kadang-tak-sesuai-harapan

Tak Hanya KPK, Mulai Dari Lembaga Lokal Hingga Asing Sebut Raskin Bermasalah

Jumat, 11 April 2014

Jakarta -Program beras miskin (raskin) kembali menjadi hangat diperbincangkan. Padahal program ini sudah ada saat terjadinya krisis moneter 1998. Kala itu namanya adalah Operasi Pasar Khusus (OPK), kemudian diubah menjadi Raskin pada 2002.

Suara protes itu datang dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) beberapa waktu lalu. KPK menilai program dengan anggaran triliunan rupiah tersebut tidak tepat dari sisi apapun. Yaitu Tepat Sasaran, Tepat Jumlah, Tepat Mutu, Tepat Waktu, Tepat Harga dan Tepat Administrasi.

Dalam rangkuman detikFinance, kajian tersebut ternyata sudah ada sejak beberapa tahun yang lalu. Bahkan sejak satu tahun berjalan program raskin. Bank Dunia adalah salah lembaga yang mengutarakannya pada tahun 2003.

Disebutkan tahun 2003 raskin yang disalurkan salah sasaran, karena 74% beras tersebut ternyata jatuh ke kelompok non miskin. Bahkan, dilihat dari alokasi dananya, dari anggaran Rp 4,83 triliun yang dialokasikan ke Perum Bulog tahun 2003, hanya 18% yang benar-benar dinikmati kelompok miskin. Sementara 52% lainnya menjadi subsidi untuk kelompok non miskin dan 30% sisanya habis untuk biaya operasional dan keuntungan Perum Bulog.

Kajian Bank Dunia tidak hanya berhenti di situ. Tahun 2006, raskin kembali menjadi bahan evaluasi. Dilaporkan ada 30% penyaluran raskin oleh pemerintah tidak tepat sasaran. Meski sudah ada perbaikan, namun masih jauh dari target tepat sasaran. Itu pun didukung oleh kajian LSM dalam negeri Smeru.

Pada tahun 2013, Badan Pusat Statistik (BPS) juga mengeluarkan kajian yang sama. Raskin dinilai masih sangat lemah dalam sasaran. Sehingga konstribusinya untuk pengurangan kemiskinan tidak besar.

BPS mencatat sebanyak 31,2 Juta Rumah Tangga Sasaran (RTS) menerima beras miskin (raskin) pada bulan Maret 2013. Padahal pemerintah hanya menargetkan 15,5 juta RTS untuk menerima subsidi harga pembelian beras untuk orang miskin tersebut atau naik 100%

"Ada kelompok raskin yang tidak seharusnya mendapatkan tetapi mendapatkan raskin, itu dugaan sementara," ujar Kepala BPS Suryamin saat itu.

Pada bulan September 2012, tercatat sebanyak 33,5 juta rumah tangga menerima raskin. Rata-rata kuantitas yang dibeli sebanyak 8,5 kg dan rata-rata harganya Rp 2.106 per kg.

Di samping itu, ternyata Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melalui Badan Kebijakan Fiskal (BKF) juga memiliki kajian soal raskin. Disebutkan hasilnya tidak terlalu berbeda dengan apa yang telah disimpulkan oleh lembaga lainnya.

"Memang sudah banyak kajian soal itu. Dari tahun 2003, kemudian 2004 dan 2005 saya ingat mulai dari Bank Dunia, LSM Smeru, dan universitas tinggi di Indonesia dan juga BKF dari Kemenkeu juga melakukan kajian. Hasilnya memang benar, sesuai dengan kajian KPK," kata Dirjen Anggaran Kemenkeu Askolani seperti dikutip, Jumat (11/4/2014)

Artinya temuan seperti Tepat Sasaran, Tepat Jumlah, Tepat Mutu, Tepat Waktu, Tepat Harga dan Tepat Administrasi sudah diketahui. Akan tetapi, memang belum ada perubahan yang signifikan setiap tahunnya.

"Temuannya tidak jauh. Bahwa raskin itu tidak tepat sasaran. paling tidak tepat jumlah, orang, kualitas dan tidak tepat waktu. Semua sudah tahu tapi masih seperti itu," ujarnya

http://finance.detik.com/read/2014/04/11/070646/2551844/4/tak-hanya-kpk-mulai-dari-lembaga-lokal-hingga-asing-sebut-raskin-bermasalah

Kamis, 10 April 2014

Ini Alur Penyelewengan Distribusi Beras Miskin

Kamis, 10 April 2014

Liputan6.com, Jakarta Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menemukan kejanggalan dalam penyaluran beras miskin (raskin) untuk masyarakat berpenghasilan rendah, mulai dari jumlah, sasaran sampai kepada mutu raskin yang dibagikan.Kementerian Keuangan sebagai penyusun anggaran raskin membeberkan hasil kajian yang mengindikasikan adanya kecurangan dalam program tersebut.

Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan, Askolani mengaku, tim kajian yang berasal dari Bank Dunia, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan Universitas maupun Badan Kebijakan Fiskal (BKF) menyebut sejak 2004-2005, penyaluran raskin tidak tepat sasaran.

"Tidak tepat karena sudah dideteksi, karena kami menghitung raskin dari jumlah Rumah Tangga Sasaran (RTS) 15,5 juta kepala keluarga (KK) dikalikan dengan jatah raskin 15 kilogram (kg) per KK lalu dikalikan Harga Pokok Pembelian (HPP). Jadi didapatlah anggarannya," ujar dia di Jakarta, Kamis (10/4/2014).

Lebih jauh Askolani mengungkapkan, Badan Urusan Logistik (Bulog) telah mendapat amanah untuk menyalurkan raskin sampai titik distribusi. Sementara titik serah hingga ke tangan konsumen di ambil alih oleh pemerintah daerah (pemda).

Sejak dipegang pemda, sambungnya, mereka mempunyai kelompok-kelompok tertentu untuk menyalurkannya ke masyarakat. Namun faktanya, jatah beras yang diterima konsumen bukan lagi 15 kg dengan sasaran lebih dari 15,5 juta KK.

"Jadi jumlah RTS lebih dari 15,5 juta KK atau tidak sesuai dengan target pemerintah sehingga membuat jatah beras yang diterima bisa cuma 10 kg. Jadi orang yang tidak miskin pun kebagian raskin," jelasnya.

Di samping itu, tambah Askolani, harga jual raskin di masyarakat pun melonjak atau lebih dari patokan pemerintah sebesar Rp 1.600 per kg. Ini karena ada biaya tambahan distribusi yang tidak ditanggung sepenuhnya oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

"Padahal harusnya tanggung jawab penuh dari APBD. Tapi karena pemdanya nggak mau pakai APBD penuh, jadi ada kenaikan harga bisa sekitar Rp 200-Rp 300 per liter. Jadi jualnya lebih dari Rp 1.600 per liter dan akhirnya dibebankan ke konsumen," tuturnya.

Pemda, kata Askolani juga membagikan raskin tidak tepat waktu tergantung jadwal masing-masing pemda. "Pemda membagikannya tergantung dia, kalau Bulog kan selalu tepat waktu ke titik distribusi. Masing-masing pemda punya ketentuan bulan. Sedangkan kualitas raskin juga menjadi catatan KPK," tandasnya.

Kondisi tersebut, Askolani bilang, harus disikapi bersama antara pemda, pemerintah pusat dan KPK. "Jadi ini masih harus dilakukan kajian dan konsolidasi dengan KPK dan Menkokesra sebagai lead-nya," cetus dia.

(Nurseffi Dwi Wahyuni)

Kajian KPK: Penyaluran Raskin Tidak Tepat Sasaran

Kamis, 10 April 2014

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan Askolani menyatakan distribusi beras untuk rumah tangga miskin (raskin), berdasarkan kajian Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), tidak tepat dalam hal jumlah, penerima, kualitas, dan waktu. "Hasil kajian KPK kami apresiasi," ujarnya, Kamis, 10 April 2014. (baca:'Beras Miskin' Dimainkan Kartel, KPK Lepas Tangan)

Dia mengatakan sudah mencermati persoalan raskin sejak 2004. Menurut Askolani, Bank Dunia, lembaga swadaya masyarakat (LSM) bernama Semeru, serta Badan Kebijakan Fiskal juga sudah mengeluarkan kajian mengenai raskin. "Temuan kajiannya sama, raskin tidak tepat sasaran."

Askolani menjelaskan, asumsi penghitungan raskin sebenarnya sudah ada dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Dia melanjutkan, setiap penerima raskin, yaitu 15.5 juta kepala keluarga (KK), akan mendapat 15 kilogram beras dalam kurun 12 bulan.

Jumlah tersebut dikalikan dengan harga pokok penjualan (HPP) sehingga anggaran raskin didapatkan. Penetapan anggaran ini, kata Askolani, dilakukan bersama Badan Anggaran DPR.

Menurut dia, Badan Urusan Logistik (Bulog) tidak membagikan raskin tersebut. Tugas Bulog hanya sampai titik distribusi. Pemerintah daerah mengambil alih penanganan raskin dari titik distribusi sampai titik serah.

"Waktu diambil alih pemda, pemda tidak memakai patokan 15,5 juta KK," kata Askolani. Pemda kesulitan membagikan raskin sesuai dengan target. Itu sebabnya raskin dibagikan ke lebih dari jumlah penerima yang ditargetkan. (baca:Polisi Tetapkan 4 Tersangka Kasus Raskin Pamekasan)

Meski demikian, pemerintah pusat tetap menggunakan data Badan Pusat Statistik (BPS). Askolani menyebutkan masalah data semacam ini menjadi perhatian KPK.


Bulog Akan Perbaiki Kinerja Distribusi Raskin

Rabu, 9 April 2014

Surabaya, Bhirawa
Kritikan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang menilai penyaluran beras murah untuk masyarakat miskin (Raskin) tak tepat sasaran, ternyata mendapat perhatian serius dari Perum Bulog. Salah satu upaya yang dilkakukan adalah dengan memperbaiki kinerja distribusi raskin yang selama ini dilakukan.
“Sebetulnya tidak semua pembagian raskin bermasalah atau tak tepat sasaran seperti itu. Tetapi penilaian (dari KPK) tetap akan kami evaluasi,” ungkap Direktur Pelayanan Publik Perum Bulog Agusdien Farid, Rabu (9/4).
Selama ini Bulog hanya menyalurkan beras Raskin hanya sampai di titik distribusi. Selanjutnya, pembagian beras ke masyarakat miskin dilakukan oleh salah satu dari tiga pelaksana distribusi raskin yaitu kelompok kerja, warung desa, atau kelompok masyarakat.
Sedangkan distribusi ke masyarakat itu ada kesepakatan dengan warga sendiri atau dibagi sendiri. “Di titik penyaluran terendah inilah ada yang menerima manfaatnya ada juga yang tidak menerima. Kita akan evaluasi dan kita perbaiki lagi sistemnya,” ujarnya.
Ia pun mengakui memang ada beberapa sistem atau mekanisme penyaluran beras raskin tidak tepat sasaran. Adapun penyimpangan, lanjut dia, biasanya terjadi setelah raskin masuk ke tingkat kelurahan atau desa.
“Secara garis besar di beberapa daerah masih menggunakan pola rumah tangga sasaran (RTS) tetapi jumlah masyarakat miskin jauh lebih besar daripada plafon beras yang harus dibagikan. Biasanya secara musyawarah desa mereka membagi sendiri. Praktik tidak tepat sasarannya seperti itu,” jelasnya.
Tiap RTS penerima manfaat memperoleh jatah sebanyak 15 kg/bulan dengan harga tebus Rp. 1.600,-/kg di titik distribusi. Untuk penentuan RTS menggunakan acuan dari data hasil PPLS (Pendataan Program Perlindungan Sosial) 2011 yang dilakukan Badan Pusat Statistik.
Kepala Divre Bulog Jatim, Rusdianto mengatakan, untuk alokasi raskin di Jawa Timur, setiap bulan disiapkan 42.862 ton setiap  yang tersebar di 8.506 titik distribusi. Dalam menyalurkannya, kata dia, terkadang juga muncul permasalahan.
Dari pengalaman tahun lalu, ujar dia, rata-rata yang membuat penyaluran raskin sedikit terhambat yakni pada persoalan pembayaran. “Masih banyak yang pembayarannya nunggak, sehingga kami tak bisa intervensi lebih dan hanya mencoba jalan negosiasi agar ada solusi,” ungkpanya.
Saat ditanya wilayah mana saja yang sering mengalami tunggakan pembayaran raskin, ia pun enggan menyebutkan. “Tidak perlu diketahui wilayah mana yang sering nunggak pembayaran, yang terpenting penyaluran tetap kami optimalkan,” tukasnya. [ma]

http://harianbhirawa.co.id/2014/04/bulog-akan-perbaiki-kinerja-distribusi-raskin/

Rabu, 09 April 2014

Kemensos Minta Raskin Berkualitas Buruk Diganti

Selasa, 8 April 2014

Jakarta - Kementerian Sosial sudah meminta Perum Bulog mengganti beras subsidi untuk warga miskin (raskin) yang berkualitas buruk untuk diganti yang baik.

"Di beberapa daerah itu memang terjadi, ada beras yang berkutu dan berulat. Kita sudah minta diganti," kata Dirjen Pemberdayaan Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan Kementerian Sosial Hartono Laras di Jakarta, Selasa (8/4).

Hal itu disampaikan Hartono menyikapi penyaluran raskin di Lumajang yang berkutu dan berulat.

Menurut Hartono, beras tidak layak itu terkait penyimpanannya yang rata-rata sudah selama tujuh bulan di gudang.

"Kita sudah minta Perum Bulog untuk mengganti beras yang tidak layak dalam waktu 2x24 jam," katanya.

Dia juga mengatakan beras tidak layak hanya kasuistis, sebab tidak terjadi di semua daerah.

Ia menjelaskan Kemensos sudah melakukan upaya perbaikan, misalnya dengan membentuk tim verifikasi melibatkan kementerian dan lembaga terkait.

Selain itu, Kemensos juga meminta pengawalan program raskin dari Irjen Kemensos untuk intern, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), serta KPK.

"Kita juga membentuk tim percepatan dan pengendalian pembayaran beras," kata dia.

http://www.beritasatu.com/kesehatan/176611-kemensos-minta-raskin-berkualitas-buruk-diganti.html

Selasa, 08 April 2014

Dewa Penolong bagi Petani

Senin, 7 April 2014

LDPM di Jawa Barat (1)

Setiap panen raya padi, di beberapa sentra produksi seringkali para petani menjerit karena harga gabah anjlok, jauh di bawah harga pembelian pemerintah (HPP).  Walaupun Perum Bulog sudah ditugaskan untuk membeli beras dengan harga yang sesuai dengan HPP, namun jeritan para perani kerap terdengar dan banyak diberitakan oleh media massa, karena Perum Bulog belum mampu menyerap gabah di seluruh wilayah yang sedang panen secara serentak.

Kementerian Pertanian melalui Badan Ketahanan Pangan memandang hal tersebut sebagai permasalahan serius yang harus segera ditangani melalui berbagai terobosan,  karena jika persoalan ini tidak segera diatasi dikhawatirkan akan berdampak luas, yaitu pendapatan usaha tani anjlok, insentif berusaha tani padi musim berikutnya menurun, dan apabila persoalan ini tidak segera ditangani akan menambah jumlah rumah tangga miskin dan mengganggu upaya pencapaian ketahanan pangan.

Untuk mengatasi hal tersebut, Badan Ketahanan Pangan mendisain kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM).  Kegiatan ini ditujukan untuk menghadirkan lembaga ekonomi petani yang mampu berperan sebagai pembeli gabah minimal pada tingkat HPP dan dapat mengelola gabah tersebut, yaitu menyimpan dengan baik, mengolah menjadi beras dan memasarkan pada saat harga cukup tinggi, sehingga para petani akan mendapat keuntungan yang optimal.  Selain itu, lembaga ini juga harus mengelola cadangan pangan secara berkelanjutan dengan menyalurkan beras bagi anggota yang memerlukan di saat paceklik dan menerima pengembalian plus jasa pengelolaannya pada saat panen raya.

Disain Tiga Tahap

Penguatan LDPM ini didisain dalam tiga tahap selama tiga tahun, yaitu penumbuhan, pengembangan dan kemandirian.  Gapoktan yang memiliki kinerja baik dalam tahap penumbuhan, maka pada tahun kedua akan naik ke tahap pengembangan. Apabila pada tahap penumbuhan ada Gapoktan yang kinerjanya tidak sesuai dengan yang ditetapkan, masih diberi kesempatan untuk meningkatkan kinerjanya satu tahun lagi, sampai dinyatakan memenuhi syarat masuk ke tahap pengembangan.

Kriteria untuk tahap pengembangan adalah sudah tersedia gudang, pembelian gabah untuk kegiatan perdagangan minimal telah dua kali putaran dan membukukan keuntungan, sudah melakukan pengelolaan cadangan pangan, pencatatan pengelolaan dana Bansos, pembelian dan penjualan gabah serta pengelolaan cadangan pangan sudah dilaksanakan dengan baik.

Untuk selanjutnya adalah kemandirian, modal yang sudah bertambah dari keuntungan usahanya merupakan ciri kondisi ini, pengelolaan cadangan pangan bagi anggota sudah lebih teratur dan harga beli gabah saat panen raya bagi anggota dan wilayahnya semakin stabil berada atau di atas HPP.

Setelah melewati tiga tahap tersebut, secara fungsional kegiatan Penguatan LDPM oleh pemerintah pusat sudah selesai.  Untuk selanjutnya diharapkan Pemerintah Daerah dapat mengambil peran aktif, termasuk mereplikasi model Penguatan LDPM ini melalui APBD.

Kegiatan LDPM ini ditujukan untuk Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan).  Agar Gapoktan ini dapat langsung berkiprah dan berkinerja baik, disyaratkan untuk Gapoktan harus yang telah eksis di wilayahnya, bukan bentukan baru. Kriteria Gapoktan calon peserta Penguatan LDPM adalah memiliki organisasi kepengurusan  aktif, memiliki unit usaha distribusi, pemasaran atau pengolahan (pengeringan, penggilingan) yang masih berjalan serta dikelola Kelompok Tani (Poktan), serta mempunyai sumberdaya manusia yang mampu menjalankan usaha ini secara bisnis. Syarat lainnya adalah memiliki gudang sendiri dengan kapasitas 30-40 ton gabah.

Modal usaha yang diberikan kepada Gapoktan berupa dana bantuan sosial (Bansos).  Sumber pendanaan berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang disalurkan kepada Gapoktan melalui Badan Ketahanan Pangan Provinsi.  Bansos diberikan dalam dua tahap, pertama sebesar 150 juta rupiah untuk pembangunan atau renovasi gudang (biaya maksimal 50 juta rupiah) dan sisanya untuk pembelian gabah guna usaha perdagangan pangan dan cadangan pangan.  Bila kinerja tahun pertama dinilai baik, Bansos tahap kedua disalurkan lagi senilai 75 juta rupiah untuk usaha pembelian gabah sebagai cadangan pangan dan pembelian gabah/beras untuk usaha unit distribusi/pengolahan.

http://m.tabloidsinartani.com/index.php?id=148&tx_ttnews%5Btt_news%5D=707&cHash=8856db3d76066fe91106014589c0515d

Tak Hiraukan KPK, Pemerintah Tolak Penghentian Beras Raskin

Senin, 7 April 2014

[JAKARTA] Pemerintah menolak usulan agar program penyaluran beras miskin (Raskin) kepada masyarakat miskin dihentikan.  

Pemerintah setuju perlu evaluasi atas pelaksanaan program tersebut, namun menolak jika dihentikan total.  

Alasannya, program itu didesain untuk membantu masyarakat miskin. Program tersebut adalah sebagai satu jaring pengaman sosial bagi masyarakat miskin dan kurang mampu.  

"Kalau Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) bilang program Raskin perlu dievaluasi, iya itu benar, dan itu selalu kami lakukan. Tapi kalau dihilangkan atau dihentikan itu tidak bisa. Itu bukan solusinya," kata Agung di Jakarta, Minggu (6/4).  

Ia menanggapi pernyataan Wakil Ketua KPK Busyro Muqoddas yang menyebut ada indikasi jaringan kartel dalam penyaluran Raskin.

KPK menyarankan dilakukan evaluasi terhadap program ini. Bila perlu harus dihentikan kalau tidak tepat sasaran.  

Agung menjelaskan, penyaluran Raskin adalah program perlindungan sosial sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban pemerintah terhadap rakyat kurang mampu.  

Sejauh ini, pemerintah sudah melakukan perbaikan-perbaikan dalam penyalurannya. Tetapi tetap diakui masih ada kekurangan dalam program tersebut. Misalnya ditemukan kutu dalam beras yang disalurkan.  

Menurutnya, kemunculan kutu bukan karena kualitas beras yang jelek, tapi lamanya penumpukan. Lamanya penumpukan karena banyaknya beras yang masuk ke Bulog yang merupakan tempat penampung beras.  

Baginya, masalah seperti itu saja yang perlu diperbaiki, bukan menghentikan total program tersebut.  

“Program Raskin ini harus diteruskan bahkan pemerintah sekarang akan mengusulkan ke pemerintah yang akan datang agar program ini terus dilanjutkan. Tentunya dengan sejumlah perbaikan-perbaikan karena ini betul-betul program pro rakyat,” ujar Agung yang juga Wakil Ketua Umum Partai Golkar ini. [R-14/L-8]

http://www.suarapembaruan.com/home/tak-hiraukan-kpk-pemerintah-tolak-penghentian-beras-raskin/52588

Senin, 07 April 2014

Polres Biak Sidik Penyimpangan Raskin

Jumat, 4 April 2014

SATUNEWS - Penyidik satuan kriminal (Satreskrim) Kepolisian Resort (Polres) Kabupaten Biak Numfor, Papua meningkatkan status penyidikan dugaan penyelewengan program beras miskin (raskin) pemerintahan Distrik Yendidori tahun 2013 yang mengakibatkan kerugian Rp620 jutaan. Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Biak IPTU Ruslaeni di Biak, Jumat (4/4), mengatakan untuk kelengkapan berkas perkara penyalagunaan raskin tim penyidik Polres telah memeriksa 14 kepala kampung di wilayah Distrik Yendidori.

"Pejabat Perum Bulog Subdivre Biak selaku penyalur raskin telah diperiksa untuk dimintain keterangan terkait data penyimpangan raskin," tegas Kasatreskrim Ruslaeni menanggapi penyidikan penyalagunaan raskin. Ia mengatakan sesuai data jumlah rumah tangga sasaran penerima manfaat raskin di Distrik Yendidori sebanyak 1.359 kepala keluarga.

Sedangkan jumlah beras miskin yang harus disalurkan kepada seribuan rumah tangga sasaran, lanjut Ruslaeni, sebanyak 240 ton. "Sekitar 101 ton raskin belum disalurkan kepada 1.359 rumah tangga dan tidak jelas dikemanakan," ujar IPTU Ruslaeni.

Menyinggung pasal yang akan dijerat bagi penanggungjawab raskin Distrik Yendidori, menurut IPTU Ruslaeni, yakni pasal 2 dan 3 ayat 1 UU No 31 tahun 1999 junto tahun 2001 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi. "Ancaman hukuman kurungan bagi pelaku penyalagunaan program raskin dapat dipenjara selama 20 tahun penjara," ujarnya.

Kasatreskrim Ruslaeni mengakui, hingga triwulan 2014 jajaran Polres Biak telah melakukan penyidikan tiga kasus dugaan korupsi di wilayah hukum Polres setempat. Hingga Jumat (4/4), penyidik Polres masih mengembangkan pemeriksaan kepada para staf Distrik Yendidori dan para kepala kampung untuk melengkapi berkas perkara penyimpangan raskin.| ANT/FLES

http://www.asatunews.com/?q=sosial/2014/04/04/polres-biak-sidik-penyimpangan-raskin

Bulog Jamin Raskin Layak Dikonsumsi

Senin, 7 April 2014

PEKALONGAN (KRjogja.com)- Badan Urusan Logistik Wiradesa Pekalongan, menjamin persediaan beras untuk warga miskin yang akan disitribusikan dalam kondisi bagus dan layak konsumsi."Kalau ada ditemukan raskin berkualitas buruk, kami siap mengganti dengan beras yang layak konsumsi," tegas Kepala Gudang Bulog Wiradesa Pekalongan, Tony Ekariyanto.

Diakui, stok raskin yang dibagikan masyarakat pada 2014 merupakan hasil panenan 2013 sehingga kemungkinan saja ada raskin yang bercampur debu dan kotor. Kendati demikian, bulog akan berusaha melakukan perbaikan terhadap beras yang warnanya berubah dan kulitnya terkelupas itu agar bisa diterima oleh warga yang berhak menerimanya.

"Kami pastikan raskin yang kami bagikan pada warga adalah jenis beras mendium sehingga masih mempunyai nilai gizi dan layak konsumsi. Intinya beras yang kami keluarkan adalah layak konsumsi," tambahnya.

Terpisah, Kepala Bagian Perekonomian Kota Pekalongan Setyo Susilo mengatakan, pemkot akan menindaklanjuti penemuan raskin rekondisi itu."Jujur saja kami baru tahu akan hal ini. Oleh karena itu, jika hal itu benar maka kami akan menolak didistribusi raskin itu," ujarnya sembari menambahkan pemkot tidak mungkin membiarkan warganya mengonsumsi beras rekondisi karena beras tersebut sudah tidak mempunyai nilai gizi.(Riy)

http://krjogja.com/read/211244/bulog-jamin-raskin-layak-dikonsumsi.kr

Pemerintah Persilakan KPK Tangkap Kartel Raskin

Senin, 7 April 2014

Jakarta - Pemerintah mendukung langkah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang ingin mengungkap dan menangkap pihak-pihak yang dicurigai sebagai Kartel dalam penyaluran beras miskin (Raskin). Pemerintah berharap KPK tidak sekedar mengeluarkan pernyataan ada Kartel dalam program tersebut, tetapi bisa membuktikannya dengan menangkap pihak-pihak yang melakukan persekongkolan jahat dalam program tersebut.

"Di mana sih kartel-nya? Itu masih perlu didalami karena yang membeli Bulog. Dia (Bulog-red) belinya dari mana? Itu belinya dari petani, beli dari rakyat. Kalau KPK menemukan adanya kartel dalam penyaluran raskin, silakan proses saja. Tapi kalau hanya menduga-duga lalu menghentikan (program raskin-red), saya kira itu bukan solusi yang baik," kata Agung di Jakarta, Minggu (6/4).

Ia menanggapi pernyataan Wakil Ketua KPK Busyro Muqoddas, pekan lalu, yang menyebut ada indikasi jaringan kartel dalam penyaluran Raskin. KPK menyarankan dilakukan evaluasi terhadap program ini. Bila perlu harus dihentikan kalau tidak tepat sasaran.

Agung menegaskan kalaupun ada aksi Kartel kemungkinan tidak masif. Mungkin hanya titik-titik (spot) saja. Apalagi sekarang eranya lebih terbuka dan sudah diumumkan bahwa pembelinya adalah Bulog. Namun biar lebih jelas dan bersih, KPK diharapkan bisa menangkap mereka yang dicurigai sebagai bagian dari kelompok Kartel.

"Ini merupakan program perlindungan sosial. Pada tahun 1998 keadaannya berubah yang mengharuskan pemerintah bertindak untuk membuat program social safety net," jelas Wakil Ketua Umum Partai Golkar ini.

Dia menambahkan program Raskin terus berjalan hingga saat ini. Pemerintah tidak menaikkan harga jual raskin yang dari dulu hinga kini tetapi Rp 1.600 per kilogram meski harga belinya selalu meningkat.

"Dari dulu harganya Rp 1600. Padahal kita belinya dari masyarakat naik terus, sekarang bisa Rp 7.000 sampai Rp 8.000. Itu salah satu alasan kenapa anggarannya meningkat tiap tahun," ungkapnya.

Di sisi lain, dia menjelaskan program raskin tak hanya diberikan pada rakyat miskin, namun juga rakyat berpenghasilan rendah. Sebab menurutnya orang miskin di Indonesia sebanyak 11,7 persn atau sekitar 29 juta jiwa.

"Padahal raskin mengcover 65 juta orang atau 15,5 persen. Berarti program raskin ini tidak hanya untuk very poor tetapi juga near poor," katanya.

Ke depannya, program penyaluran raskin ini akan diusulkan kepada pemerintah yang akan datang dengan sejumlah perbaikan-perbaikan yang lebih komprehensif.

"Program raskin ini harus diteruskan bahkan pemerintah sekarang akan mengusulkan ke pemerintah yang akan datang agar program ini terus dilanjutkan tentunya dengan sejumlah perbaikan-perbaikan. Karena ini betul-betul program pro rakyat," ujarnya.

http://www.beritasatu.com/nasional/176131-pemerintah-persilahkan-kpk-tangkap-kartel-raskin.html

Minggu, 06 April 2014

Menko Kesra: Silakan KPK Usut Dugaan Kartel Raskin

Minggu, 6 April 2014

Jakarta - Menko Kesra Agung Laksono mengaku belum menemukan indikasi adanya kartel dalam program beras untuk warga kurang mampu (raskin). Namun Agung mempersilakan KPK jika hendak mengusut dugaan penyimpangan.

"Silakan saja diperiksa jika memang ada indikasi tersebut," kata Agung Laksono di kediamannya, Jl Cipinang Cempedak 2, Jakarta Timur, Minggu (6/4/2014).

Agung mengatakan, kalaupun ada, aksi kartel tidak masif. "Mungkin spot-spot saja. Apalagi sekarang eranya lebih terbuka dan sudah diumumkan, pembelinya adalah bulog," tutur Agung.

Pemerintah menurutnya selalu mengevaluasi program yang dicetuskan sejak tahun 1998 tersebut. Agung mengaku program raskin belum maksimal, namun dirinya tak sepakat jika harus dihilangkan.

"Ini merupakan program perlindungan sosial. Pada tahun 1998 keadaannya berubah yang mengharuskan pemerintah bertindak untuk membuat program social safety net," papar Agung.

Program tersebut terus berjalan hingga saat ini. Pemerintah tidak menaikkan harga jual raskin yang kini sebesar Rp 1.600 meski harga belinya selalu meningkat.

"Dari dulu harganya Rp 1600. Padahal kita belinya dari masyarakat naik terus, sekarang bisa Rp 7.000 sampai Rp 8.000. Itu salah satu alasan kenapa anggarannya meningkat tiap tahun," ungkapnya.

Program raskin tersebut menurutnya tak hanya diberikan pada rakyat miskin, namun juga rakyat berpenghasilan rendah. Sebab menurutnya orang miskin di Indonesia sebanyak 11,7% atau sekitar 29 juta jiwa.

"Padahal raskin mengcover 65 juta orang atau 15,5%. Berarti tidak hanya untuk <i>very poor</i> tetapi juga <i>near poor</i>," tutupnya.

Sebelumnya Wakil Ketua KPK Busyro Muqoddas menyebut ada indikasi jaringan kartel dalam raskin. KPK menyarankan dilakukan evaluasi terhadap program ini.

Evaluasi menurut Busyro harus memperhitungkan sejumlah faktor agar sasaran program tepat. Faktor itu antara lain, penataan ulang kelembagaan program, penajaman metode penetapan target tepat sasaran, perbaikan tata laksana, perbaikan kualitas beras dan peningkatan pemahaman seluruh pihak yang terlibat.

Pemerintah juga diharapkan memperbaiki kebijakan dan mekanisme perhitungan subsidi agar lebih transparan dan akuntabel.

Komisi IV Minta Program Raskin Dicabut

Minggu, 6 April 2014

JAKARTA,BIJAKSenada dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) mengusulkan program beras untuk rakyat miskin (Raskin) dicabut. Alasannya banyak bermasalah dan tidak tepat sasaran.

Ketua Komisi IV DPR RI Romahurmuziy mengakui, saat ini banyak masyarakat mampu yang memperoleh raskin. Disamping itu, data Badan Pusat Statistik (BPS) soal orang miskin juga selalu berbeda dengan kenyataan di lapangan. Kondisi tersebut menyebabkan banyak orang miskin yang tak mendapat jatah raskin.

Politisi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) mengatakan, program raskin telah menimbulkan oknum yang tidak bertanggung jawab. Oknum membeli banyak raskin untuk kemudian dijual kembali dengan harga normal.

Menurut Romahurmuziy, beras raskin kwlaitasnya juga kurang bagus dan banyak yang dibeli Badan Urusan Logistik (Bulog) kondisinya sudah rusak. Bahkan beberapa beras impor untuk beras raskin kondisinya sudah kadaluarsa. (as/rm/dc/tn)

http://www.bijaks.net/news/article/7-31202/komisi-iv-minta-program-raskin-dicabut

Sabtu, 05 April 2014

Dadang, “Raskin Dicuri di Dalam Gudang Bulog”

Jumat, 4 April 2014

GARUT (GM) - Kasus pengurangan bobot beras untuk rumah tangga miskin (raskin) di Ga­rut, hingga saat ini masih dalam pro­ses penyelidikan pihak kepolisian. Meski demikian, kepolisian telah memasti­kan bahwa kasus tersebut masuk dalam kategori tindak pidana pencurian.

Kasat Reskrim Polres Garut, AKP Da­dang Garnadi mengatakan, berdasar­kan hasil penyelidikan sementara, di­du­ga praktik pencurian raskin ini telah terjadi sejak beras masih berada di da­lam gudang Bulog. Namun tak menu­tup kemungkinan, pencurian juga dilakukan pada saat raskin berada dalam perja­lanan menuju tempat pendistribusian.

“Kita masih terus melakukan penyelidikan terkait kasus ini. Mungkin saja pencurian dilakukan pada saat beras masih berada di gudang Bulog atau dilakukan di perjalanan pada saat menuju tempat pendistribusian,” ujarnya, Kamis (3/4).

Menurut Dadang, pencurian beras di dalam gudang Bulog sangat besar kemungkinannya. Bisa saja beras yang sudah di dalam karung Bulog diambil beberapa kilogram lalu dimasukkan ke dalam karung lain. Kemudian, karung-karung yang bukan karung Bulog ini ikut diangkut ke dalam truk yang akan mendistribusikan raskin.

“Jadi saat diukur, timbangan di Bulog tetap utuh. Namun setelah di desa, timbangannya berubah. Hal itu karena karung yang berisi beras-beras curian telah hilang,” katanya.

Dadang menyesalkan karena selama ini petugas Bulog tidak melakukan pe­nimbangan beras secara rinci tiap ka­rung­nya saat beras itu akan didistri­bu­sikan. Akan tetapi, penimbangan hanya dilakukan secara global per satu truk.

Diungkapkan Dadang, kenyataan adanya bobot raskin yang berkurang ini dapat dibuktikan dengan mencuatnya ka­sus terakhir, yaitu penyitaan raskin untuk dua desa di Kec. Suka­wening.

“Beberapa waktu lalu, aparat Polsek Sukawening menyita dua truk yang mengangkut 9 ton raskin. Namun setelah dilakukan penimbangan kembali ternyata hanya ada sekitar 8,5 ton, padahal seharusnya 9 ton,” ucapnya.

Menurut Dadang, pihaknya meng­agendakan memeriksa mitra Bulog yang ber­tugas mengantarkan raskin. “Kasus ini akan terus kami usut sampai tuntas,” tuturnya.
(ags)**

http://www.klik-galamedia.com/dadang-raskin-dicuri-di-dalam-gudang-bulog

KPK Anggap Raskin Tak Tepat Sasaran, Ini Tanggapan Bulog

Jumat, 4 April 2014

Jakarta -Pihak Perum Bulog menanggapi hasil kajian Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang menganggap penyaluran beras murah untuk Rumah Tangga Miskin (Raskin) tak tepat sasaran. Bulog merupakan BUMN yang ditugasi pemerintah menyediakan dan mendistribusikan Raskin.

"Sebetulnya tidak semua (mekanisme pembagian raskin) seperti itu. Tetapi kita akan evaluasi," ungkap Direktur Pelayanan Publik Perum Bulog Agusdien Farid kepada detikFinance, Jumat (4/04/2014).

Farid mengakui memang ada beberapa sistem atau mekanisme penyaluran beras raskin tidak tepat sasaran. Menurutnya penyimpangan biasanya terjadi setelah Raskin masuk ke tingkat kelurahan atau desa.

"Jadi secara garis besar di beberapa daerah masih menggunakan pola rumah tangga sasaran (RTS) tetapi jumlah masyarakat miskin jauh lebih besar daripada plafon beras yang harus dibagikan. Biasanya secara musyawarah desa mereka membagi sendiri. Praktik tidak tepat sasarannya seperti itu," imbuhnya.

Ia menegaskan Perum Bulog hanya bertugas membagikan raskin hanya pada titik distribusi. Sedangkan setelah itu proses pembagian beras ke masyarakat miskin dilakukan oleh salah satu dari tiga Pelaksana Distribusi Raskin yaitu Kelompok Kerja (Pokja), atau Warung Desa (Wardes) atau Kelompok Masyarakat (Pokmas).

"Sebagai catatan, Bulog hanya menyalurkan beras Raskin hanya sampai di titik distribusi. Antara distribusi ke masyarakat itu ada kesepakatan dengan warga sendiri atau dibagi sendiri. Di titik bagi inilah itu ada yang diterima manfaatnya ada juga yang tidak menerima. Kita akan evaluasi dan kita perbaiki lagi sistemnya," jelas Farid.

(wij/hen)
http://finance.detik.com/read/2014/04/04/121929/2545433/4/kpk-anggap-raskin-tak-tepat-sasaran-ini-tanggapan-bulog

Jumat, 04 April 2014

Kejari Simalungun Usut Kasus Raskin Nagori Bahtobu

Kamis, 3 April 2014

SIMALUNGUN | DNA - Tim Seksi Tindak Pidana Khusus (Pidsus) Kejaksaan Negeri (Kejari) Simalungun, mulai melakukan penyelidikan atas laporan masyarakat mengenai dugaan penyelewengan beras miskin (raskin) di Nagori Bahtobu, Kecamatan Dolok Batunanggar Kabupaten Simalungun.

Hal tersebut disampaikan Kasi Pidsus Edmond Purba SH, Kamis (3/4/2014), saat dikonfirmasi terkait laporan tersebut. “ Benar, kita menerima laporan atas dugaan penyelewengan Raskin dengan terlapor Sumarni yang merupakan Pangulu Bahtobu di Kecamatan Dolok Batunanggar,” terangnya.

Menurutnya, saat ini pihaknya sedang menganalisa laporan tersebut apakah memang benar terjadi. Jika terbukti, pihaknya akan segera memproses sesuai hukum yang berlaku. Disebutkan, Sumarni dilaporkan karena diduga menggelapkan raskin dari Bulog.

Sementara, Pangulu tersebut membantah tuduhan tersebut dengan alasan penyaluran raskin tersebut dilakukan panitia yakni Ramayanto selaku kordinator pembagian raskin. Dijelaskan, sesuai data dari Badan Statistik ada sekitar 324 Kepala Keluarga (KK) Rumah Tangga Sasaran (RTS) mendapatkan jatah 15 kg per KK dengan total 4.860 kg.

Sedangkan, untuk warga non RTS yang merupakan warga kurang mampu namun tidak terdata di nagori tersebut ada sekitar 395 KK mendapatkan jatah 12 kg yang keseluruhannya 4740 kg. sehingga, keseluruhan raskin yang diterima sebanyak 9600 kg per dua bulan.

Mengenai tehnik pembagian, dilakukan sesuai ketentuan dan hasil musyawarah warga dan dibagi tergantung kapan keluarnya raskin dari Bulog. Sejak tahun 2013, dikatakan warganya sudah delapan kali mendapatkan pembagian raskin dengan harga Rp 2000  per kg.(dna/hermanmaris)

http://www.dnaberita.com/berita-108119-kejari-simalungun-usut-kasus-raskin-nagori-bahtobu.html

KPK Temukan Permainan Kartel Program Raskin Pemerintah

Kamis, 3 April 2014

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hasil kajian yang dilakukan Direktorat Penelitian dan Pengembangan (Litbang) KPK menemukan enam permasalahan dalam program subsidi beras bagi masyarakat bepernghasilan rendah atau lebih dikenal dengan beras miskin (raskin) pemerintah.
Terparah, KPK menemukan permainan jaringan mirip kartel yang menguasai distribusi beras khusus untuk warga tidak mampu itu.
Temuan ini disampaikan oleh Wakil Ketua KPK, Busyro Muqoddas, dalam jumpa pers di kantor KPK, Jakarta, Kamis (3/4/2014), usai memberikan pemaparan hasil kajian tersebut ke Mendagri Gamawan Fauzi dan perwakilan Kemenko Kesra, Kemensos, BPKP dan Bulog.
"Ada indikasi jaringan kartel, ada kesamaan dengan kasus sapi," kata Busyro.
Busyro menjelaskan, praktik kartel dalam program Raskin dipicu oleh lemahnya mekanisme pendistribusian beras. KPK menemukan adanya jaringan pedagang dan tengkulak yang mengumpulkan beras raskin untuk dijual kembali ke pasaran.
"Tengkulak tadi punya jaringan yang sudah mirip kartel. Jadi di sektor paling dibutuhkan, rakyat miskin juga ada kartel di negeri kita," ungkapnya.
Busyro mengingatkan, potensi kartel dalam program raskin dapat membuka celah korupsi. Oleh karenanya, KPK merekomendasikan agar pemerintah mendesain ulang program penyaluran raskin, yakni program penanggulangan kemiskinan yang telah berusia 15 tahun itu.
Ada beberapa pertimbangan yang melatarbelakangi rekomendasi KPK ini.
Pertama, program raskin tidak memenuhi prinsip 6T untuk mengukur efektivitas program, yakni tepat sasaran, tepat jumlah, tepat mutu, tepat waktu, tepat harga dan tepat administrasi.
Kedua, penghimpunan data Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat (RTS-PM) yang diperoleh Badan Pusat Statistik (BPS) tidak melibatkan pemerintah daerah. Akibatnya, terjadi ketidaksesuaian data dan penerima subsidi beras menjadi tidak tepat sasaran.
Selain itu jatah beras per bulan sebanyak 15 kilogram per kepala keluarga seringkali meleset. Ada sejumlah daerah yang mendistribusikan beras di bawah 15 kilogram dengan berbagai alasan.
Pantauan petugas KPK di lapangan, alokasi biaya subsidi beras yang ditanggung pemerintah meningkat meski diklaim bahwa jumlah RTS-PM menurun.
Pada 2013, alokasi anggaran raskin sebanyak Rp 21,43 triliun untuk 15,5 juta penerima. Sementara, alokasi anggaran pada 2012 sebanyak Rp19,37 triliun dan pada tahun 2011 sebanyak Rp16,53 triliun. Anggaran untuk 2012 dan 2011 ditujukan untuk 17,488 penerima.
"Perlu review subsidi raskin, memperbaiki kebijakan perhitungan subsidi supaya lebih akuntabel dan memperkuat sistem pengawasan. Kami berikan waktu satu bulan dan akan kami monitor tiap tahunnya," tegas Busyro.
Deputi Perlindungan Sosial Kemenko Kesra Chazali Husni Situmorang siap menjalankan rekomendasi yang diberikan KPK. Ketua Tim Koordinasi Raskin tingkat pusat ini akan segera membuat rencana aksi untuk memperbaiki potensi penyimpangan dalam program Raskin.
"Kami melihat ada 10 titik rawan yang dicermati. Sambil melakukan evaluasi tiga bulanan, kajian ini menjadi momentum memperdalam lagi dan membuat rencana aksi," ujar Chazali.
Menanggapi rekomendasi pihak KPK itu, Sekretaris Eksekutif Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K), Bambang Widianto, menyatakan saran dan hasil kajian tersebut menjadi bahan untuk timnya. Sebab, TNP2K adalah unit yang berada langsung di bawah Wakil Presiden Boediono.
"Ada penerima manfaat yang kurang sasaran akan jadi bahan kita. Karena selama ini kita berusaha agar raskin tetap sasaran dan jumlah,” kata Bambang.

http://www.tribunnews.com/nasional/2014/04/03/kpk-temukan-permainan-kartel-program-raskin-pemerintah

Polisi Duga Pencurian Raskin di Gudang Bulog

Kamis, 3 April 2014

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Satuan Reskrim Polres Garut yang sedang menyelidiki kasus pengurangan bobot beras untuk masyarakat miskin atau raskin menduga ada aksi pencurian beras di Gudang Bulog sebelum didistribusikan ke setiap desa di Kabupaten Garut, Jawa Barat.

"Kasus raskin ini mengarah pencurian, diduga dilakukannya di Gudang (Gudang Bulog)," kata Kepala Satreskrim Polres Garut, AKP Dadang Garnadi kepada wartawan, Kamis.

Ia menuturkan, hasil penyelidikan sementara pengurangan raskin dalam setiap karung itu karena ada praktik pencurian oleh pihak yang ingin mencari keuntungan dengan mengambil beras raskin.

Namun berdasarkan keterangan Bulog, kata Dadang, Bulog tidak merasa dirugikan karena setiap beras yang dikeluarkan dari gudang Bulog Garut beratnya sesuai yang ditentukan.

"Bulog tidak menimbang beras setiap karungnya tapi ditimbang per satu truk atau keseluruhan," katanya.

Berdasarkan informasi tersebut, Dadang menduga pihak tertentu mengurangi saat proses penimbangan dan pengisian beras setiap karung kemudian dipindahkan ke karung lain bukan label Bulog.

Selanjutnya karung yang sudah diisi dengan beras hasil pencurian itu, kata Dadang, diangkut ke truk bersamaan dengan seluruh karung berisi raskin.

"Saat ditimbang di Bulog tetap sama namun setelah di desa timbangannya berubah," katanya.

Namun dugaan tersebut, kata Dadang, masih terus dalam pengembangan dan melakukan pemeriksaan terhadap buruh dan sopir gudang Bulog termasuk pejabat Bulog.

"Penyelidikan masih, pihak Bulog juga sudah dipanggil karena ini merembet ke semua, pengusaha dan rekanan juga tetap diperiksa," katanya.

Ia mengimbau kepada seluruh masyarakat atau desa untuk menimbang kembali setiap karung raskin yang baru diturunkan dari truk.

Jika ditemukan ada pengurangan berat raskin dalam satu karung, Dadang menyarankan untuk tidak diterima dan dikembalikan kepada Bulog.

"Sebaiknya ditimbang dulu, seperti di Kecamatan Sukawening oleh Kapolseknya ditimbang dulu, ternyata kurang, sekarang raskinnya disita," kata Dadang.

Sementara itu, kasus berkurangnya bobot raskin di Garut terjadi di Kecamatan Sukawening dan Bungbulang, raskin yang didistribusikan berkurang ada yang sampai 2 kg dari bobot seharusnya 15 kg per karung.


Kamis, 03 April 2014

Tuding Bulog Teledor Soal Kualitas Raskin

Kamis, 3 April 2014

KOTA – Beras bantuan untuk warga miskin (raskin) berkutu dan apek yang diterima warga Desa Pragak, Kecamatan Parang membuat kalangan wakil rakyat geram. Suryadi, anggota Komisi B DPRD Magetan menuntut Bulog menarik raskin yang tidak layak konsumsi tersebut. ‘’Harus diganti. Raskin yang disalurkan ke masyarakat tidak asal beras. Kualitas wajib terjamin. Sebab ini (raskin, Red) program pemerintah yang berkesinambungan,’’ ujar Suryadi, kemarin (2/3).
Beredarnya raskin tak layak konsumsi, kata dia, bentuk keteledoran Bulog setempat. Lembaga yang dipercaya sebagai penyedia dan penyalur raskin itu dinilai lemah dalam pengawasan. Seharusnya, beras kualitas buruk itu tidak keluar dari gudang. ‘’Sebelum keluar dari gudang harus diperiksa. Supaya masyarakat tidak menerima beras kualitas jelek,’’ tegasnya.
Menurut dia, keluhan soal kualitas raskin tidak sekali ini saja terjadi. Suryadi mengaku sudah sering menerima laporan dari warga penerima raskin. Seringkali beras yang diterima sudah bau apek dan bulirnya pecah-pecah. ‘’Ini masalah klasik. Sudah sering terjadi dan nggak ada perbaikan. Kondisi ini yang membuat kami kecewa,’’ tambah Suryadi.
Agar tidak terulang, Komisi B mengagendakan sidak ke bulog untuk mengetahui stok raskin yang akan disalurkan. Dan mendesak, pemkab ikut cawe-cawe soal distribusi raskin. ‘’Pemkab harus berani mengur Bulog supaya tidak asal-asalan lagi menyalurkan raskin,’’ tandasnya.
Sementara itu, Bulog akhirnya mengganti beras berkutu dan apek yang terlanjur dibagikan di Desa Pragak. Hal itu diungkapkan oleh Sugianto kepala gudang Bulog, Gulun, Maospati. Namun, dia berdalih ditemukan raskin kualitas jelek itu sesuatu yang wajar. Karena rata-rata beras yang dibagikan tersimpan di gudang selama setahun. ‘’Kami sudah selektif melakukan pengawasan dalam penyaluran raskin. Kalau ada satu atau dua sak yang kualitasnya kurang bagus, kami kira ya wajar,’’ ujarnya.
Sunarti Condrowati, kepala Bagian Administrasi Perekonomian, mengatakan sudah kroscek langsung raskin tak layak konsumsi itu. Dan menemukan beberapa sak raskin yang warna sudah kekuning-kuningan dan bau apek. ‘’Saya sudah koordinasi dengan bulog untuk mengganti raskin yang kualitasnya kurang bagus itu. Kami berharap hal itu tidak terjadi lagi,’’ tegasnya. (dip/yup)

http://www.radarmadiun.info/blog/2014/04/tuding-bulog-teledor-soal-kualitas-raskin/

Rabu, 02 April 2014

Pemerintah Dikritik Gagal Mengelola Pertanian

Rabu, 2 April 2014

TEMPO.CO, Yogyakarta - Sejumlah organisasi yang fokus isu pertanian mengkritik pemerintah karena kurang memperhatikan nasib petani di Indonesia. Mereka titip pesan agar calon presiden 2014 kelak bekerja keras menyelesaikan persoalan pertanian yang kompleks.

Koordinator Masyarakat Peduli Pangan Nusantara, Sarijo, mengatakan pemerintah selama ini tidak memikirkan bagaimana petani mandiri dan berdaya. Dia mencontohkan kebijakan impor beras dan garam Indonesia yang semakin menghimpit petani. Ini membuat Indonesia terus bergantung pada produksi pertanian negara lain. Padahal, Indonesia kaya sumber daya alam. Satu di antaranya adalah lahan pertanian. “Petani tak punya nilai tawar. Mereka menanggung beban produksi yang tinggi,” kata Sarijo acara Renungan dan Doa Kedaulatan Petani Nusantara di Joglo Tani, Sleman, Rabu, 2 April 2014.

Sarijo juga mengkritik bantuan sosial pemerintah berupa distribusi beras miskin. Menurut dia, model bantuan sosial ini adalah cara praktis yang tidak menyelesaikan persoalan sosial ekonomi masyarakat. Dia mencontohkan pembagian beras miskin di Derah Istimewa Yogyakarta. Padahal, daerah ini menurut dia per tahun selalu surplus beras. Data yang Sarijo punya menunjukkan DIY surplus beras sebanyak 129 ribu ton. Sedangkan, distribusi beras miskin ke daerah ini setidaknya sebanyak 245 ribu ton per tahun. “Pemerintah maunya gampang saja menyelesaikan persoalan,” kata dia.

Distribusi beras miskin, kata Sarijo menyisakan banyak persoalan, yakni kualitas beras yang kerap tidak sesuai kebutuhan masyarakat. Contohnya beras miskin yang bau dan kotor. Sejumlah organisasi yang peduli isu pertanian, menurut Sarijo terus menggerakkan sembilan provinsi untuk mengajukan alternatif  bantuan sosial bukan lewat distribusi beras miskin. Ia menawarkan agar pemerintah daerah mengelola sendiri bantuan sosial, bukan lewat Bulog. “Daerah yang tahu kebutuhan masyarakatnya,” kata dia.

Ia juga mendorong pemerintah agar memikirkan potensi pangan lokal di setiap daerah. Ini penting agar masyarakat tidak bergantung pada pangan berupa beras. Pemenuhan karbohidrat dan protein tak hanya di dapat dari beras, melainkan ada sumber pangan lain, seperti ubi, jagung, dan ketela pohon.

Acara itu juga melibatkan sejumlah kelompok masyarakat Sedulur Sikep di Pati, Jawa Tengah dan kelompok tani dari Jawa Timur dan Jawa Barat. Gunarti, anggota kelompok masyarakat Sedulur Sikep mengkritik eksploitasi alam besar-besaran oleh industri. "Manusia memeras bumi dan isinya tanpa memikirkan nasib anak cucu," kata dia.

SHINTA MAHARANI

http://www.tempo.co/read/news/2014/04/02/058567411

Pemerintah akan Setop Impor Bawang Merah

Rabu, 2 April 2014

Jakarta -Kementerian Perdagangan (Kemendag) menjamin pasokan bawang merah mencukupi hingga 3 bulan ke depan sehingga tidak perlu lagi pasokan dari impor. Harga bawang merah saat ini masih di bawah harga referensi yang telah ditetapkan pemerintah sebesar Rp 25.700/Kg alias tak ada lonjakan harga.

"Sekarang hingga 2 bulan ke depan hitungan kita harga di tingkat konsumen hanya Rp 21.000/kg hingga Rp 22.000/kg bahkan di bawah itu. Sehingga dalam waktu 2-3 bulan ke depan kita tidak akan impor bawang merah. itu kesepakatannya," ungkap Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Srie Agustina saat ditemui di kantornya Jalan Ridwan Rais Jakarta, Rabu (2/4/2014).

Seperti diketauhi sejak bulan Agustus 2013, sesuai Permendag No 47/2013 tentang ketentuan impor produk hortikultura dijelaskan importasi bawang merah akan dilakukan dengan menggunakan harga referensi. Jika harga bawang merah di bawah harga referensi maka impor akan ditutup. Namun bila harga bawang di atas harga referensi maka impor akan dibuka. Adapun harga referensi yang ditetapkan adalah Rp 25.700/kg.

Sementara itu, Srie juga mengungkapkan pihaknya belum akan merevisi nilai harga referensi bawang merah.

"Bawang merah harga referensinya sampai saat ini masih Rp 25.700/kg, dengan Kementan (Kementerian Pertanian) sudah disepakati dan teman-teman dari asosiasi. Jadi tetap nggak berubah," imbuhnya.

Ia menambahkan harga referensi ini berfungsi sebagai instrumen atau semacam harga patokan bagi pemerintah. Pemerintah akan mengambil kebijakan berupa membuka atau menutup keran impor sesuai dengan harga referensi yang telah dibuat.

"Kita bahas sudah ada kesepahaman bila harga referensi adalah instrumen bukan harga di tingkat eceran apakah kalau di bawah ini impornya kita tutup dan kalau di atas impornya akan dibuka," cetusnya.

(wij/hen)