Rabu, 02 April 2014

Pemerintah Dikritik Gagal Mengelola Pertanian

Rabu, 2 April 2014

TEMPO.CO, Yogyakarta - Sejumlah organisasi yang fokus isu pertanian mengkritik pemerintah karena kurang memperhatikan nasib petani di Indonesia. Mereka titip pesan agar calon presiden 2014 kelak bekerja keras menyelesaikan persoalan pertanian yang kompleks.

Koordinator Masyarakat Peduli Pangan Nusantara, Sarijo, mengatakan pemerintah selama ini tidak memikirkan bagaimana petani mandiri dan berdaya. Dia mencontohkan kebijakan impor beras dan garam Indonesia yang semakin menghimpit petani. Ini membuat Indonesia terus bergantung pada produksi pertanian negara lain. Padahal, Indonesia kaya sumber daya alam. Satu di antaranya adalah lahan pertanian. “Petani tak punya nilai tawar. Mereka menanggung beban produksi yang tinggi,” kata Sarijo acara Renungan dan Doa Kedaulatan Petani Nusantara di Joglo Tani, Sleman, Rabu, 2 April 2014.

Sarijo juga mengkritik bantuan sosial pemerintah berupa distribusi beras miskin. Menurut dia, model bantuan sosial ini adalah cara praktis yang tidak menyelesaikan persoalan sosial ekonomi masyarakat. Dia mencontohkan pembagian beras miskin di Derah Istimewa Yogyakarta. Padahal, daerah ini menurut dia per tahun selalu surplus beras. Data yang Sarijo punya menunjukkan DIY surplus beras sebanyak 129 ribu ton. Sedangkan, distribusi beras miskin ke daerah ini setidaknya sebanyak 245 ribu ton per tahun. “Pemerintah maunya gampang saja menyelesaikan persoalan,” kata dia.

Distribusi beras miskin, kata Sarijo menyisakan banyak persoalan, yakni kualitas beras yang kerap tidak sesuai kebutuhan masyarakat. Contohnya beras miskin yang bau dan kotor. Sejumlah organisasi yang peduli isu pertanian, menurut Sarijo terus menggerakkan sembilan provinsi untuk mengajukan alternatif  bantuan sosial bukan lewat distribusi beras miskin. Ia menawarkan agar pemerintah daerah mengelola sendiri bantuan sosial, bukan lewat Bulog. “Daerah yang tahu kebutuhan masyarakatnya,” kata dia.

Ia juga mendorong pemerintah agar memikirkan potensi pangan lokal di setiap daerah. Ini penting agar masyarakat tidak bergantung pada pangan berupa beras. Pemenuhan karbohidrat dan protein tak hanya di dapat dari beras, melainkan ada sumber pangan lain, seperti ubi, jagung, dan ketela pohon.

Acara itu juga melibatkan sejumlah kelompok masyarakat Sedulur Sikep di Pati, Jawa Tengah dan kelompok tani dari Jawa Timur dan Jawa Barat. Gunarti, anggota kelompok masyarakat Sedulur Sikep mengkritik eksploitasi alam besar-besaran oleh industri. "Manusia memeras bumi dan isinya tanpa memikirkan nasib anak cucu," kata dia.

SHINTA MAHARANI

http://www.tempo.co/read/news/2014/04/02/058567411

Tidak ada komentar:

Posting Komentar