Rabu, 18 Februari 2015

Beras Bulog Dioplos

Rabu, 18 Februari 2015

Operasi Pasar untuk Menekan Harga

JAKARTA, KOMPAS — Kementerian Perdagangan meminta Perum Bulog mengevaluasi tata niaga beras, terutama distribusi beras. Pasalnya, ada beras untuk wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi yang dioplos kemudian didistribusikan ke daerah lain oleh pedagang sehingga pasokan beras berkurang.
”Pedagang membeli beras dari Bulog. Setelah dioplos dengan beras lain, dikirim ke luar Jabodetabek. Beras di Jabodetabek jadi berkurang dan harganya naik,” kata Menteri Perdagangan Rachmat Gobel,di Jakarta, Selasa (17/2). Ia menilai, pendistribusian beras melalui PD Pasar Jaya dan PT Food Station Tjipinang Jaya belum bisa menekan harga beras. Karena itu, satuan tugas (satgas) Perum Bulog dikerahkan untuk operasi pasar. Tujuannya agar beras langsung diterima masyarakat. Selain itu, harga beras bisa ditekan dan distabilkan.

Direktur Utama Perum Bulog Lenny Sugihat mengaku pihaknya tengah berbenah diri. Fungsi Bulog sebagai penjaga stok dan pengendali harga sejumlah komoditas, terutama beras, akan diperkuat.

Warga mengapresiasi operasi pasar (OP) beras yang dilakukan Bulog. Bulog memberikan harga lebih rendah, yaitu Rp 7.400 per kilogram (kg), dengan kuota 3.300 kg per lokasi per hari. Harga beras di tingkat pengecer Rp 10.000 per kg. ”Harganya masih di bawah harga pasaran. Kualitasnya tidak jauh dari yang dijual di pasaran,” kata Herpina Fitrianti, warga RW 009, Kelurahan Kebon Kacang, Jakarta Pusat.

Pedagang protes
Para pedagang beras grosir di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta, memprotes pernyataan Menteri BUMN Rini Soemarno yang menuding pedagang mengambil untung besar dalam penyaluran beras OP Bulog. Pedagang minta jangan disalahkan. Pemerintah harus memikirkan bagaimana menambah pasokan.

Menurut Ketua Dewan Pimpinan Daerah Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia, OP beras Bulog dihentikan sejak 9 Januari 2015. Ketika itu pedagang diminta menebus beras Bulog Rp 6.800 per kg. Beras OP Bulog berasal dari eks impor Vietnam yang tidak terasa dan pera. Beras itu dioplos dengan beras seharga Rp 9.100 per kg yang pulen agar konsumen mau membeli. Setelah itu, beras dijual ke pasar dengan harga Rp 8.100-Rp 8.200 per kg. (HEN/MAS/EGI/WIE)

http://epaper1.kompas.com/kompas/books/150218kompas/#/18/

1 komentar: