Senin, 04 Februari 2013

Pemimpin Bersih

4 Februari 2013

Prediksi bahwa 2013 adalah tahun kegaduhan politik makin terbukti. Salah satu pusat kegaduhan itu partai politik (parpol). Pemimpin dan kader parpol menjadi sumbu yang cepat menyalakan kegaduhan. Ketika kegaduhan itu mulai menyeruak, akan berlangsung cukup lama karena kasus yang berkembang akan bersentuhan dengan pihak lain, baik parpol maupun kalangan pengusaha.

Penetapan tersangka, lalu sehari kemudian penahanan terhadap Ketua Umum Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Lutfi Hasan Ishak, menguatkan banyak analisis akan tahun kegaduhan politik. Kasus dugaan korupsi yang dilakukan pemimpin PKS ini bukan saja mengagetkan, tapi juga membuat masyarakat makin mafhum atas perilaku elite atau pemimpin parpol di negeri ini.

Parpol dan pemimpinnya, juga kader, sangat rentan terhadap godaan uang dan segala hal yang berdekatan dengan perilaku korup. Gebrakan, keberanian, dan kemauan kuat KPK untuk terus mengungkap, mencegah, dan memberantas korupsi di negeri ini patut diacungi jempol. Lepas dari tudingan pilih kasih, mengalihkan isu, dan bukti-bukti yang menguatkan seorang elite melakukan korupsi, seharusnya KPK lebih mengedepankan keadilan dalam proses pengungkapan kasus.

Sebab publik dengan kasat mata bisa menyimpulkan "ada sesuatu" yang kerap mengganjal dalam banyak kasus penetapan tersangka dan penahanan seseorang. Kita tidak ingin berpolemik soal mengapa KPK begitu cepat menetapkan Lutfi Hasan sebagai tersangka dan cepat sekali menahannya. Pertanyaan selalu muncul ketika KPK beraksi, apalagi "korbannya" adalah tokoh penting di partai yang memunyai motto bersih ini.

Kini makin penting mencari pemimpin yang bersih, bebas dari perilaku korupsi. Inilah momentum paling tepat untuk mengampanyekan sekaligus mencari pemimpin yang bersih. Masyarakat dan bangsa ini tidak boleh apatis menghadapi situasi penuh ketidakpastian ini. Apalagi dalam satu-dua tahun ini, bangsa Indonesia akan menggelar hajat demokrasi lima tahunan, yakni pemilihan umum anggota legislatif dan pemilihan presiden langsung.

Kita percaya masih tokoh dan sosok yang ingin mengabdikan dirinya bagi negeri ini tanpa harus korupsi. Karena itu, parpol sebagai sumber perekrutan politik harus mencari mereka yang masuk kategori calon pemimpin bersih. Jika tugas parpol itu dijalankan dengan baik, bukan saja parpol akan mendapat kader dan calon pemimpin yang bersih, tetapi pada saat bersamaan, parpol tersebut akan mendapat pujian dari masyarakat, dan buahnya, suaranya dalam pemilu akan bertambah.

Caranya, tentu harus ada transparansi dalam setiap proses perekrutan kader dan pemimpin, dan parpol tidak boleh membebani kader dan elitenya untuk mencari pundi atau dana untuk partai dengan cara-cara yang korup. Sistem dan perundangan yang memberikan celah bagi munculnya perilaku korup harus direvisi, dan selanjutnya semua elemen menjalankan hukum dan undang-undang dengan sesungguhnya. Rekayasa dalam penerapan UU hanya akan menghasilkan tindakan korup.

Yang tidak kalah penting adalah mengubah budaya dan cara pandang serta perilaku korup yang sudah menggurita. Pandangan yang salah atas semua perilaku korup atau melindungi mereka yang terbiasa korup untuk kepentingan pribadi dan kelompok harus diluruskan. Masyarakat dan bangsa ini harus sadar bahwa korupsi hanya akan menimbulkan kesengsaraan berkepenjangan bagi rakyat dan bangsa ini.

Kondisi Indonesia yang banyak tertinggal dari bangsa lain disebabkan korupsi yang sangat dahsyat dalam berbagai bidang. Salah satunya kasus megaskandal Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) yang akibatnya negara harus membayar bunga rekap triliunan rupiah setiap tahun.

Nah, untuk itu, peran pemimpin yang bersih, punya komitmen, dan mau mengabdikan seluruh kemampuannya untuk bangsa ini tanpa harus korupsi akan sangat membantu bangsa ini melepaskan diri dari belenggu korupsi. Kita yakin dengan munculnya para pemimpin yang bersih dan dukungan seluruh rakyat pada pemimpin tersebut, pada suatu saat, bangsa ini akan makin maju dan setara dengan bangsa-bangsa lain yang telah lama meninggalkan perilaku korup.

http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/111797

Tidak ada komentar:

Posting Komentar