14 Februari 2013
"Tak hanya impor daging sapi, komoditas pangan lainnya seperti gandum, kedelai dan beras sarat akan tudingan kartel."
VHRmedia, Jakarta – Kuota impor pangan selalu bermasalah karena akutnya kebusukan moral para pemangku kepentingan.
Menurut anggota Komisi IV Viva Yoga Mauladi, tak hanya terkait impor
daging sapi saja, impor komoditas pangan lainnya seperti gandum, kedelai
bahkan hingga beras sarat akan tudingan praktik kartel.
"Kami minta aparat kepolisian dan KPK melakukan investigasi benarkah
ada dugaan penimbunan dan kartelisasi, yang membuat stok berkurang.
Kalau terjadi itu pelanggaran hukum dan perundang-undangan," kata Viva,
Kamis (14/2).
Viva menyebut, sejauh ini tata niaga impor pangan khususnya daging
sapi, gandum dan kedelai, sangat buruk, termasuk soal kuota. Idealnya,
ketika menentukan kuota impor pemerintah berkonsultasi dengan DPR.
Namun, karena pemerintah bersikukuh bahwa itu merupakan domain
eksekutif konsultasi tak pernah dilakukan. Dia juga menyebut kebutuhan
riil komoditas-komoditas itu sampai sekarang tetap menjadi teka-teki.
"Kalau mau impor tanpa konsultasi, langsung impor. Sementara kalau
pemerintah meminta data kebutuhan masyarakat, masing-masing kementerian
datanya berbeda,” kata Viva.
Dia menyebut, mestinya data kebutuhan bersifat tunggal. Perbedaan
data kebutuhan hanya menunjukan pemerintah tak tertib administrasi dan
kuat kemungkinannya adanya moral hazard yang membuka peluang permainan
impor. “Ini pula yang membuat kartelisasi marak,” kata Viva.
Setelah terkuaknya skandal suap kuota impor daging Kementerian
Pertanian, Kementerian Perdagangan hingga Menko Ekonomi saling lempar
tanggung jawab. Belum lagi Bea-Cukai yang mengawasi barang impor.
KPK menenggarai kongkalingkong seperti yang terjadi pada kuota daging
sapi juga marak pada komoditas lain, seperti jagung, kedelai, beras,
gula, dan terigu. Pengusaha bersama pejabat dan politikus saling
memanfaatkan pembatasan impor pangan untuk mengeruk keuntungan
sebanyak-banyaknya yang memicu mahalnya harga komoditas pangan di pasar. (E2)
Priyatno / VHRmedia
http://www.vhrmedia.com/new/berita_detail.php?id=1544
Tidak ada komentar:
Posting Komentar