Senin, 04 Februari 2013

Harga Daging Sapi Masih Tinggi

4 Februari 2013


Harga Daging Sapi
Jakarta, Kompas - Harga daging sapi di Indonesia saat ini adalah yang termahal di dunia. Harga di dalam negeri berkisar Rp 90.000 per kilogram, sementara di sejumlah negara lain Rp 40.000 per kilogram. Pemerintah agar turun tangan menstabilkan harga daging.
Dari pantauan Kompas pada Sabtu (2/2) di Pasar Daging Mayestik, Jakarta, terlihat sangat sepi pembeli. Selain itu, banyak tempat jualan yang disegel karena penjual tidak sanggup membayar biaya sewa.
Adin Bahrudin, Koordinator Pedagang Daging Pasar Mayestik menuturkan, kenaikan harga daging dari Rp 70.000 sampai Rp 90.000 per kg menyebabkan omzet menurun. Hal ini membuat banyak pedagang gulung tikar. Dari sebelumnya ada 58 orang, saat ini hanya 25 orang.
Diakuinya, sebelum kenaikan harga daging, kuota daging yang dijual setiap hari mencapai 100 kg, namun saat ini hanya 30 kg. Saat ini, omzetnya per hari hanya Rp 2,7 juta, sementara saat harga jual Rp 70.000, omzetnya bisa Rp 7 juta setiap hari.
Adin menduga ada pihak-pihak tertentu yang sengaja mengatur pasokan sapi agar harga tetap mahal. ”Kami meminta pemerintah mengatur pasokan sapi di Jakarta agar harga tidak terus menanjak,” katanya.
Aluk (48), pedagang daging sapi di Pasar Jatinegara mengatakan, semenjak harga daging sapi melonjak, baik jumlah pembeli dan jumlah daging yang dibeli pun merosot. Untuk menutupi penurunan pendapatannya, Aluk memberikan potongan harga bagi pemilik restoran. ”Untuk konsumsi pribadi, harganya tetap Rp 90.000 per kg. Tapi untuk yang punya usaha Rp 85.000 per kg,” katanya.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Pedagang Daging Indonesia Asnawi di Jakarta, Sabtu, mengatakan, pemerintah harus melakukan pemantauan dan pengawasan secara intensif terhadap alur jual beli daging dari distributor hingga pengecer.
”Biasanya proses itu kadang sengaja dihambat oleh pihak tertentu agar harga cenderung naik. Mereka mengambil keuntungan dan masyarakat kecil kian sengsara,” kata Asnawi.
Asnawi juga mengkritik kebijakan impor daging sapi. Menurut dia, impor pada umumnya bukan hal mutlak yang harus dilakukan oleh suatu negara. Impor dilakukan jika pasokan lokal tidak cukup memenuhi kebutuhan dalam negeri.
”Importir tergolong pelaku ekonomi bermodal besar, tapi memilih cara-cara instan untuk meraup keuntungan sebanyak mungkin. Dalam sistem ekonomi kerakyatan, mereka semestinya mengelola potensi yang ada untuk pemenuhan kebutuhan daging dalam negeri. Dengan demikian, masyarakat peternak pun turut terbantu,” kata Asnawi.
Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi, pekan lalu, di Jakarta, mengatakan, masih tingginya harga daging di pasaran mengindikasikan pasokan yang masih tersendat. ”Saya tidak mau menggugat hasil survei yang menyebutkan pasokan sapi kita cukup, tetapi faktanya tiga bulan ini harga daging tak kunjung turun. Jika ini terus dibiarkan maka mendekati puasa dan Lebaran harga daging bisa Rp 120.000 per kg. Sudah melampaui daya beli masyarakat,” ujarnya.
Dari data Badan Pusat Statistik, harga daging pada pekan keempat Januari 2013 mencapai Rp 90.000 per kg. Harga tersebut bertahan sejak minggu pertama Desember 2012. Dari data Bank Dunia, harga daging sapi rata-rata di Indonesia bulan Desember 2012 mencapai 9,76 dollar AS, sementara di Malaysia hanya 4,3 dollar AS, Thailand 4,2 dollar AS, Jepang 3,9 dollar AS, dan India 7,4 dollar AS.

http://cetak.kompas.com/read/2013/02/04/02541026/harga.daging.sapi.masih.tinggi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar