4 Januari 2013
Metrotvnews, Jakarta: Kendati masih menunggu regulasi
pemerintah untuk menjalankan tugas sebagai stabilisator harga dan stok
kedelai di dalam negeri, Perum Bulog telah memasukkan rencana kerja
untuk mengimpor kedelai pada tahun ini.
Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimoeso mengatakan, hingga kini
pihaknya masih menunggu regulasi pemerintah berupa Peraturan Presiden
(Perpres) yang mengatur revitalisasi Bulog sebagai stabilisator
komoditas beras, kedelai, dan gula.
“Perpres belum keluar, mungkin ada kaitannya dengan bagaimana sekecilnya
menggunakan APBN,” kata Sutarto, di Jakarta, Jumat (4/1).
Kendati belum ada payung hukum revitalisasi Bulog sebagai pengendali
komoditas kedelai dan gula, tapi Sutarto sudah memasukkan rencana kerja
untuk mengimpor kedelai tahun ini. Dalam rencana kerja tahun ini, Perum
Bulog akan mengimpor 400 ribu ton kedelai dan akan menjual kedelai
hingga 300 ribu ton. Sehingga masih ada 100 ribu ton kedelai sebagai
stok nasional.
Sutarto pun mengaku pihaknya tengah melakukan pembicaraan dengan
gabungan pengusaha koperasi tahu tempe, perbankan dan eksportir negara
asal seperti Amerika Serikat dan Brasil. Menurutnya, untuk pengadaan
kedelai, Perum Bulog tidak akan bekerja sama dengan importir tetapi
langsung ke eksportir negara asal seperti Amerika Serikat dan Brazil.
“Masalahnya kedelai ini tidak bisa bertahan lebih dari tiga bulan. Jadi
harus jelas begitu impor ke mana penyalurannya,” kata dia.
Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan mengatakan, secara teknis
Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan sudah menyiapkan
kajian untuk penetapan harga pembelian pemerintah dan harga penjualan
pemerintah atau HPP. Namun, kata Rusman, hasil kajian dan rekomendasi
HPP ini masih diverifikasi oleh Badan Kebijakan Fiskal Kementerian
Keuangan.
“Sekarang masih dikaji fiskalnya karena jangan sampai implikasi
membebani anggaran. Nanti akan dicari bagaimana toleransinya,” kata
Rusman saat ditemui usai penandatanganan MoU dengan Kementerian
Perdagangan dan Polri, di kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta,
Jumat (4/1).
Rusman melanjutkan, pihaknya tidak mempermasalahkan jika Bulog akan
impor kedelai karena memang menjadi tugas Bulog untuk menjaga
stabilisasi harga kedelai. Menurut dia, akan lebih mudah jika harga
kedelai dunia sedang murah, karena dengan begitu pemerintah tidak perlu
mengeluarkan subsidi harga kedelai. Namun, Bulog akan kesulitan jika
harga kedelai melambung tinggi.
“Katakanlah harga kedelai dunia lagi murah Rp 5.000 per kilogram, dijual
oleh Bulog Rp 6.000, tapi Bulog beli kedelai petani dengan harga Rp
7.000 per kilogram. Ini kan berarti tidak perlu ada anggaran negara
karena untung Bulog dari impor untuk subsidi harga kedelai petani,”
tutur Rusman.
Direktur Budidaya aneka kacang dan umbi Kementerian Pertanian Maman
Suherman menambahkan, pihaknya masih terus melakukan rapat koordinasi
harga pokok pembelian (HPP) kedelai dengan kementerian terkait lainnya.
"Kami usulkan HPP Rp 7.000-7.500 per kilogram. Saat ini harga kedelai
cukup bagus Rp 6.500 per kilogram. Nanti kalau ada HPP sekitar Rp
7.000-7.500 itu akan memacu lagi perkembangan produksi kedelai," kata
Maman, Jumat (4/1), di Jakarta.
Maman mengungkapkan, pihaknya akan fokus di sektor budidaya yang
menunjukkan lokasi daerah sentra produksi dan perkembangan harga di
daerah sebagai dasar kebijakan HPP.
"Kami akan mendorong perluasan areal. Misalnya, Aceh kita akan
kembangkan. Kemudian Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DI
Yogyakarta, NTB, dan Sulawesi Selatan. Total kita perkirakan ada
tambahan 220 ribu hektare," ungkapnya.
http://www.metrotvnews.com/metronews/read/2013/01/04/2/120370/Bulog-akan-Impor-Kedelai-400-Ribu-Ton
Tidak ada komentar:
Posting Komentar