22 Desember 2012
Surabaya, NU Online
Adalah Ketua Umum PP
Muslimat NU Hj Khofifah Indar Parawansa yang mencatat pertumbuhan
ekonomi Indonesia pada tahun 2012 cukup bagus, bahkan tahun 2013
ditarget 6,5 persen, sedangkan Jawa Timur justru melampaui target
nasional, yakni 7,5 persen.
"Ya, pertumbuhan memang bagus, tapi
pemerataan masih jelek. Buat apa pertumbuhan ekonomi bagus, misalnya
dengan adanya PT Freeport sejak tahun 1970-an, tapi masyarakat Timika
hingga sekarang masih miskin. Jadi, pemerataan itu jauh lebih penting,"
ucap mantan Menteri Pemberdayaan Perempuan itu di Surabaya (20/12/2012).
Di
hadapan sejumlah peserta seminar nasional "Kepemimpinan Pemuda:
Menciptakan Tatanan Sosial dan Politik yang Pro-Rakyat" yang diadakan
Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) IAIN Sunan Ampel Surabaya itu, Khofifah
menyatakan kalangan yang tidak memihak rakyat dan tergoda kekuasaan itu
bukan hanya politisi dan birokrat, tapi juga kalangan akademisi.
"Akademisi
yang jadi pejabat itu langsung mendadak lupa kepada rakyat, bahkan ada
geolog yang mengumumkan bahwa tambang yang ditemukan di Halmahera
Selatan adalah tembagapura, padahal tambang sebenarnya adalah emas,
intan, dan platinum (emas putih)," ujarnya dalam seminar yang juga
menampilkan Wakil Wali Kota Surabaya Bambang DH (PDIP) dan Dr Akhmad
Muzakki (Ketua LP Maarif NU Jatim) itu.
Tidak hanya itu, kalangan
akademisi juga "mengamini" data pemerintah bahwa kemiskinan itu tinggal
13,3 persen, padahal data itu mengacu pada jumlah penduduk
berpenghasilan minimal 1 dolar AS.
"Kalau acuannya mengikuti Bank
Dunia yang menggunakan standar kemiskinan dengan minimal 2,5 dolar AS,
maka kemiskinan kita masih puluhan juta orang. Tapi, ada yang lebih
penting dari sekadar angka kemiskinan yang banyak atau sedikit, yakni
pemerataan masih belum dijadikan fokus," kilahnya.
Bahkan,
realitas yang lebih parah adalah impor garam, padahal Indonesia
merupakan negara kepulauan. Atau, impor beras, jagung, dan singkong,
padahal Indonesia merupakan negara agraris.
"Jadi, bukan hanya
komitmen kepada rakyat yang tidak ada, melainkan komitmen kepada
mayoritas rakyat juga tidak ada, yakni masyarakat petani. Di Malaysia,
pemerintah memberi kebijakan khusus bagi anak-anak petani untuk
mendapatkan beasiswa pendidikan. Nah, pemerataan itu membutuhkan
komitmen dari para pemimpin," tuturnya.
http://nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,44-id,41393-lang,id-c,nasional-t,Khofifah++Pertumbuhan+Bagus++Pemerataan+Jelek-.phpx
Tidak ada komentar:
Posting Komentar