6 November 2012
SURYA Online, SURABAYA - Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Timur Drs H
Sirmadji Tj mengajak masyarakat menolak rencana pemerintah melalui
kementerian perdagangan mengimpor 100.000 ton beras dari Kamboja.
Langkah pemerintah itu menurutnya tidak realistis.
Pasalnya,
masuknya beras impor di tengah kondisi persiapan panen raya triwulan
ketiga, bisa memengaruhi stabilitas harga beras petani lokal dan
pendapatan petani. "Seharusnya pemerintah lebih serius dalam strategi
kedaulatan pangan, sehingga dapat meningkatkan hajat hidup petani lokal.
Bukan malah mengurangi pendapatan petani dengan kehadiran beras impor,"
tandas Sirmadji melalui pres rilis yang diterima Surya.co.id, Selasa
(6/11/2012).
Pemerintah berencana melakukan impor dengan dalih
cadangan beras nasional masih kurang sekitar 1 juta ton dari cadangan
ideal sekitar 3,3 juta ton. Saat ini cadangan beras nasional yang ada
hanya 2,2 juta ton dari total 3,4 juta ton beras dimiliki Bulog
dikurangi keperluan PSO (public service obligation), beras raskin 1,2
juta ton.
Kenyataan di lapangan, tambah Sirmadji, Bulog telah
gagal menyerap hasil panenan petani, dengan dalih keterbatasan anggaran
dan harga beras lokal terlalu tinggi. Padahal, ungkapnya, jika strategi
pangan nasional diarahkan pada kedaulatan pangan dan bukan ketahanan
pangan, Bulog seharusnya mengutamakan menyerap hasil panen petani.
Pada
sisi lain, lanjut Sirmadji persoalan impor beras tidak sekedar di Bulog
saja, akan tetapi juga mempengaruhi psikologi pasar dan pendapatan
petani. Rumor tentang impor saja bisa langsung menurunkan harga panenan
petani yang diprediksi untuk wilayah Jawa Timur pada pertengahan bulan
desember 2012 mendatang.
"Sesuai data Bulog, Jawa Timur saat ini
menjadi provinsi yang paling tinggi pengadaan beras dalam negeri yang
mencapai 738.303 ton atau 31,27% dari total ketersediaan beras di gudang
bulog seluruh Indonesia. Sehingga jika beras impor masuk Jatim, maka
kesejahteraan petani di provinsi ini juga akan menurun," jelas Sirmadji.
Fraksi
PDI Perjuangan DPRD Provinsi Jawa Timur, lanjut Sirmadji, akan secara
konsisten dan tegas menolak beras yang akan diimpor pemerintah, masuk
pasar sembako di Jawa Timur. Hal ini mengingat jumlah petani di Jatim
sebanyak 3.743.861 keluarga menggantungkan hidupnya dari stabilitas
harga produksi beras. "Jika Jatim menjadi korban kebijakan pemerintah
pusat soal beras impor yang tidak realistis tersebut, secara kualitatif
nilai keekonomian keseluruhan di Jatim akan mengalami penurunan pada
triwulan ketiga 2012," jelas Wakil Ketua DPRD Jatim itu.
http://surabaya.tribunnews.com/2012/11/06/pdip-jatim-ajak-tolak-impor-beras-dari-kamboja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar