Rabu, 23 Maret 2016

Gubernur dan Danrem Buat Bulog Tak Berkutik

Selasa, 22 Maret 2016

Bulog Diminta Berhenti Membodohi Warga NTB

MATARAM – Gubernur NTB TGH M Zainul Majdi kembali membongkar kebobrokan  Badan Urusan Logistik (Bulog) Divisi Regional (Divre) NTB.

 Dikatakan Gubernur, Provinsi NTB merupakan satu dari delapan provinsi penyangga pangan nasional. Para petani NTB sangat hebat karena telah mengenal sawah secara turun-temurun. Tetapi sampai saat ini nasib petani tidak kunjung membaik bahkan menjadi salah satu kelompok yang paling banyak memberikan kontribusi pada angka kemiskinan.

Dalam Kunjungan Kerja (Kunker) Komisi IV di Ruang Rapat Utama (RRU) Kantor Gubernur Senin kemarin (21/3), sebelum berbicara panjang lebar Gubernur mengingatkan bahwa dirinya tidak ada masalah apapun secara pribadi dengan pihak Bulog. “Saya ingin katakan bahwa tidak ada masalah pribadi saya dengan Bulog, tapi ini tentang rakyat dan kesejahteraan para petani,” tegasnya.

 Hadir dari pihak Bulog yaitu Direktur Pengadaan Bulog Pusat Wahyu dan Kepala Divre Bulog NTB W Kuswinhartomo. Gubernur panjang lebar berbicara tentang penyerapan hasil panen padi petani yang rendah dan nasib petani jagung di Dompu.

Dalam kesempatan tersebut Bulog diminta berhenti membodohi masyarakat NTB. Jangan lagi ada cerita tidak mau membeli beras petani karena kualitas yang rendah dan harga diluar jangkauan. “Tolonglah kita kerja yang bener, jangan serap rendah hasil panen terus nanti stok habis jadi alasan masukkan beras luar daerah,” pintanya.

Di depan semua pihak, Gubernur mengakui dirinya masih tidak percaya dengan kinerja Bulog. Pasalnya selama ini telah nyata-nyata ada permainan yang sengaja dilakukan. Produksi NTB sangat melimpah tetapi Bulog malah ingin memasukkan beras dari luar daerah. Hal ini tentu saja sangat memalukan dan terlihat sekali aroma permainan pihak Bulog.

Tidak hanya itu, Gubernur juga menyinggung kalau selama ini Bulog lebih dekat dengan para pengusaha atau pedagang dan bukan dekat dengan petani. “Saya akan tetap melarang Bulog memasukkan beras luar daerah ke NTB, karena pada kenyataannya kitalah yang mengirim beras ke luar daerah. Kok ini malah beras luar mau dimasukkan, apa-apaan coba maksudnya,” kesal Gubernur.

 Selain masalah beras, janji Presiden Joko Widodo kepada petani jagung di Dompu tahun lalu diungkit kembali. Saat itu, Presiden di depan ratusan petani yang disaksikan oleh beberapa menteri dan anggota DPR-RI memerintahkan Bulog menyerap jagung petani. Di tempat tersebut Presiden memutuskan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) untuk jagung basah pipilan atau baru panen Rp 2.000 per kilogram dan jagung pipilan kering Rp 2.700 per kilogram.“Ini jelas bukan salah Presiden, tapi ini salah jajarannya,” ucap Gubernur.

Bulog yang sangat diharapkan mau membeli jagung petani tetapi kenyataannya jauh dari perkiraan. Bulog sama sekali tidak membeli jagung petani seperti perintah Presiden, meskipun membeli namun dengar harga yang sangat tidak layak. “Karena Bulog tidak mau beli akhirnya harga jagung turun, petani menderita. Tapi kenapa Bulog malah mau impor jagung dengan harga yang mahal ? Sekali lagi saya tidak ada masalah pribadi dengan Bulog, tapi kenapa Bulog seperti ini membuat rakyat saya menderita ?,” kata Gubernur.

Tidak hanya Gubernur, di hadapan Komisi IV DPR-RI Danrem 162/WB Kolonel Czi Lalu Rudy Irham Srigede juga ikut mempermalukan Bulog.

 Rudi  membongkar permainan dan kebohongan Bulog Divre NTB. Ia mengaku sangat kecewa dengan permainan kotor   di Bulog NTB, ditambah lagi untuk menyerap beras 100 ribu ton saja tidak becus.

Dituturkan, dirinya pernah mengajak Bulog keliling mencari gabah dan beras. Namun pihak Bulog tidak mau membeli dengan alasan harus dibawa ke gudang Bulog terlebih dahulu, tetapi sampai di gudang dengan berbagai alasan beras tersebut batal dibeli. “Saya jelas malu juga, beras petani sudah kita bawa ke gudang malah batal dibeli dengan alasan teralu basah. Terus mau sih dibeli tapi dengan harga yang rendah, ini kan konyol,” ujarnya.

 Tidak berhenti sampai disitu, Danrem pernah bertemu dengan Menteri Pertanian dan juga pihak Bulog pusat. Kepala Divre NTB dipanggil dan diperintahkan untuk menyerap hasil panen petani. Saat itu Kadivre siap melaksanakan perintah, tetapi setelah menteri pergi semua menjadi berubah dan Bulog NTB tetap tidak mau membeli.

 Selain itu, permainan Bulog seringkali menggunakan alasan kualitas beras petani di bawah standar. Hal ini tentunya sangat aneh dikarenakan beras petani NTB selalu dipuji oleh pihak luar. “Pernah tahun lalu, beras Sumbawa kan sangat bagus tuh. Saya perintahkan jajaran saya untuk menahan setiap beras yang mau keluar NTB, tapi saat Bulog dipanggil malah tidak mau beli dengan alasan kualitasnya rendah. Padahal beras itu dibeli oleh Bulog di Jawa, ini kan jelas sengaja tidak mau beli. Parahnya lagi, Bulog bisa tidak membeli hanya karena perbedaan harga  Rp 50  saja. Pernah itu 1900 hektar padi siap panen tapi Bulog tidak mau beli,” tuturnya.

 Direktur Pengadaan Perum Bulog, Wahyu yang diberikan waktu menjawab tidak bisa berkelit. Untuk membela diri saja tidak mampu, akhirnya Wahyu menggunakan kesempatan yang diberikan untuk memberikan  pemaparan hasil pembelian Bulog NTB tahun 2015 lalu. Ia hanya berjanji akan berusaha bekerja lebih baik lagi dan memerintahkan Kadivre Bulog NTB untuk menyerap  beras petani. “Saya akan perintahkan jajaran saya untuk bekerja lebih baik lagi,” katanya.

Begitu juga dengan persoalan petani jagung di Dompu, ia tidak menjamin akan membeli jagung petani tahun ini. Nasib petani jagung di Dompu bisa saja akan seperti tahun lalu karena Bulog tidak berkenan membeli seperti perintah Presiden. “Maaf saya tidak bisa jamin tahun ini akan lebih baik karena tidak ada payung hukum kami membeli jagung dengan HPP,” jawabnya yang membuat Gubernur memotong ucapannya tersebut. Gubernur sendiri terlihat semakin kecewa dan marah terhadap Bulog.

Pimpinan rombongan Komisi IV DPR-RI, Herman Khaeron memberikan apresiasi yang sangat tinggi atas sikap kritis Gubernur. Ia kini menyaksikan langsung bagaimana kemarahan Gubernur dengan kinerja Bulog yang membuat petani di NTB sengsara. “Saya pastikan ini akan menjadi agenda utama kami setelah kembali dari NTB, semua penyampaian Pak Gubernur sangat mendasar dan penting. Ini pertama kalinya dalam kunker saya terasa begitu bermakna dan mendengar sesuatu yang luar biasa dari seorang Gubernur,” ujarnya. (zwr)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar