Rabu, 05 Agustus 2015

Penyerapan Pangan Anjlok

Rabu, 5 Agustus 2015

Bulog Sumsel Babel Bikin Posko Pembelian Beras Petani

BANYUMAS, KOMPAS — Musim kemarau yang memicu kekeringan di sejumlah sentra pertanian menyebabkan harga pangan mulai meningkat. Harga gabah dan beras di sejumlah sentra pertanian telah melebihi harga pembelian pemerintah. Akibatnya, pengadaan pangan yang dilakukan Perum Bulog pun anjlok hingga 80 persen.

Pantauan Kompas, Selasa (4/8), di Banyumas, Jawa Tengah, harga gabah kering panen (GKP) yang masa panen lalu Rp 3.500 per kilogram, kini Rp 4.400-Rp 5.000 per kg. Harga gabah kering giling (GKG) sudah melebihi Rp 5.000 per kg. Begitu juga harga beras mencapai Rp 7.500 per kg. Adapun di pengecer, harga beras jenis IR 64 kelas medium Rp 8.500-Rp 8.800 per kg.

Padahal, sesuai Inpres Nomor 5/2015 tentang Kebijakan Pengadaan Gabah/Beras dan Penyaluran Beras, harga pembelian pemerintah (HPP) GKP Rp 3.700 per kg di tingkat petani. Harga GKG kualitas yang telah ditetapkan Rp 4.600 per kg di tingkat penggilingan. HPP beras di gudang Bulog Rp 7.300 per kg.

Harga pangan yang jauh melebihi HPP menyebabkan penyerapan gabah dan beras Perum Bulog Subdivisi Regional IV Banyumas, meliputi Banyumas, Cilacap, Purbalingga, dan Banjarnegara, anjlok hingga 80 persen. "Pengadaan pangan yang bisanya 1.000 ton per hari, kini berkisar 100-200 ton per hari. Panen semakin langka. Stok pangan petani menjadi terbatas membuat harga melambung," kata Priyono dari Humas Perum Bulog Subdivre IV Banyumas.

Kondisi serupa terjadi di Kabupaten Cirebon dan Indramayu, Jawa Barat. Sejak Juni, serapan di sentra beras nasional itu yang biasanya 2.000 ton jadi 100-500 ton per hari. "Serapan beras berkurang karena musim kemarau telah tiba. Padi banyak yang mati sebab tak ada air sehingga gagal panen. Hal itu otomatis berdampak pada serapan kami," ujar Kepala Bulog Subdivisi Regional Cirebon Miftahul Ulum.

Namun, Miftahul tetap optimistis kebutuhan pangan di wilayahnya tercukupi. Sampai awal Agustus, pasokan beras di Bulog Cirebon mencukupi hingga 13 bulan ke depan. "Di gudang sudah ada beras 97.000 ton dari 130.000 ton yang ditargetkan pemerintah. Tapi, pada musim kemarau ini, penyerapan lebih sulit dilakukan karena belum masa panen. Kami menargetkan angka serapan bisa kembali normal pada akhir tahun nanti," katanya.

Sementara itu, volume serapan beras Bulog di Indramayu hanya 100 ton per hari dari biasanya 2.000 ton. Kebutuhan beras untuk masyarakat miskin di Indramayu hanya 2.610 ton per bulan. Itu diyakini bisa terpenuhi sebab stok mencukupi hingga pertengahan 2016. "Tapi, sebagai sentra beras, kami juga mendapatkan tugas untuk memenuhi kebutuhan pangan regional dan nasional. Karena itu, penyerapan beras di lapangan terus dilakukan mesti tak ada panen besar," kata Sunarto, Wakil Kepala Bulog Subdivre Indramayu,

Data dari Balai Besar Wilayah Sungai Cimanuk-Cisanggarung menyebutkan, lahan seluas 7.065 hektar di Cirebon dan Indramayu sudah gagal panen karena kekeringan. Jika dua pekan mendatang tidak ada air, 20.000 hektar sawah di Indramayu juga akan mengering dan tanaman padi pun mati.

"Meskipun hujan turun, penyelamatan terhadap luasan lahan yang terkena kekeringan itu sudah terlambat dilakukan. Tanaman sudah mati ketika hujan turun. Balai Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memperkirakan, hujan baru turun November," kata Kasno, Kepala Bidang Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi BBWS Cimanuk-Cisanggarung. Kekeringan juga melanda sekitar 350 hektar padi di Bali dan 8.700 hektar di Banten.

Sumsel meningkat

Di Palembang, menurut Kepala Perum Bulog Divre Sumsel Babel Miftahul Adha, Bulog terus membeli beras petani. Hingga September 2015 ditargetkan menyerap beras 290.000 ton.

"Dua hingga tiga bulan ke depan ini kami masih akan lakukan penyerapan untuk panen musim gadu. Beberapa kawasan di Sumsel masih panen di masa kemarau ini, salah satunya di Kabupaten Ogan Komering Ilir," katanya.

Untuk memaksimalkan serapan, mulai pekan ini, Bulog Sumsel dan Babel bekerja sama dengan TNI membentuk posko pemantauan dan pembelian gabah dan beras petani. Posko itu berada di sentra produksi beras, yakni Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Banyuasin, Ogan Komering Ilir, dan Ogan Ilir. Setiap daerah ditargetkan terserap 80.000 ton. "Kami membeli dengan harga pasar saat itu," ujar Miftahul.

Di Jakarta, menurut Direktur Pengadaan Perum Bulog Wahyu, dalam kondisi normal ketersediaan beras Bulog sekitar 2,5 juta ton pada awal Oktober 2015. Itu cukup untuk keperluan stabilisasi harga beras di pasar. "Sepanjang tidak ada perubahan iklim yang serius, ketersediaan beras 2,5 juta ton di Bulog cukup," ujarnya.

Wahyu menjelaskan, total pengadaan beras Bulog sekarang 1,7 juta ton. Dengan melakukan pengadaan optimal, maksimum Bulog akan mampu membeli gabah/beras dari produksi dalam negeri sebesar 2,5 juta ton.

(GRE/BAY/REK/VDL/IRE/MAS)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar