Rabu, 29 April 2015

Bulog belum Maksimal Serap Gabah

Rabu, 29 April 2015

Tanpa kesigapan langkah Bulog, upaya petani menyejahterakan diri lewat kerja keras menjadi sia-sia.

PEMKAB Sukoharjo kerepotan mene rima keluhan petani yang merasa ti dak terbantu saat harga gabah jatuh, seiring belum maksimalnya Bulog dalam menyerap gabah hasil panen raya yang beberapa hari ke depan sudah usai.
“Pada pertengahan April lalu, petani masih bisa senyum tipis karena harga gabah masih bisa bertahan di kisaran Rp3.700. Tetapi, ketika belakangan harga makin merosot sampai Rp3.400, mestinya Bulog bergerak cepat menerima gabah petani sesuai HPP terbaru,“ ujar Kepala Dinas Pertanian Sukoharjo, Netty Harjianti, kemarin.

Ia berharap Bulog mendengarkan keluhan petani yang berupaya menghindari ceng keraman tengkulak, yang terus mempermainkan harga gabah hingga terjun bebas mendekati angka Rp3.000. Lembaga stabilisasi harga beras ini diharapkan turun menjemput gabah atau beras petani sesuai HPP.

Tanpa kesigapan langkah Bulog, upaya petani menyejahterakan diri lewat kerja keras menjadi sia-sia. “Padahal peningkatan per hektare bisa capai 2 ton lebih. Tapi kalau harga jatuh, ya sama saja kesejahteraan petani juga terhambat,“ imbuh Netty.

Pemkab Sukoharjo hanya bisa menolong petani dengan menggunakan dana talangan daerah untuk membeli gabah petani sesuai HPP guna keperluan lumbung pangan daerah. Namun, kemampuan pembelian tidaklah begitu besar, sehingga kalau Bulog bersinergi secara maksimal, harapan petani untuk sejahtera akan tercapai.

Di Lampung, upaya Bulog untuk menyerap gabah dan beras mendapat pujian dari Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi).

Menurut Ketua Perpadi Lampung, Medi Istianto, dengan harga pasar saat ini yang jauh di atas harga pembelian pemerintah (HPP), Bulog tidak hanya melakukan upaya jemput bola, tetapi juga banyak melakukan sosialisasi. Di antaranya tentang Inpres Nomor 5/2015. “Upaya yang dilakukan Bulog ini sangat luar biasa dan membanggakan,“ kata Medi, kemarin.

Langkah Bulog untuk mencapai target serapan padi dan gabah sendiri, kata Medi, memang sangat berat. Banyak petani yang menjual gabah ke pihak lain dengan harga di atas HPP.

Guru Besar Fakultas Pertanian UGM Profesor Mashuri pun tidak menepis bahwa saat ini Bulog menghadapi tantangan yang sangat besar. Berbagai tantangan tersebut membuat Bulog mau tidak mau harus berjuang ekstra keras dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.Gagal panen Di Nusa Tenggara Timur, sedikitnya 541 hektare tanaman padi di enam desa di Kabupaten Timor Tengah Selatan, dilaporkan gagal panen akibat kekeringan. Enam desa itu ialah Tuafanu, Kiufatu, dan Tonineke di Kecamatan Kualin, dan Desa Polo, Bena, dan Oebelo di Kecamatan Amuban Selatan.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Nusa Tenggara Timur Tini Thadeus minta pemerintah daerah segera melakukan intervensi, terutama membagikan beras kepada petani.

Di Jawa Timur, sebagian petani sejumlah kecamatan di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Bengawan Solo di Kabupaten Bojonegoro mulai menanam padi pada musim tanam (MT) ke dua ini. Hal ini dilakukan karena curah hujan sepanjang kawasan setempat masih tergolong tinggi.

Selain itu, debit permukaan Sungai Bengawan Solo juga masih melimpah sehingga tidak dikhawatirkan bakal mengalami puso.“Ya, sepekan ini kami mulai mengolah lahan untuk persiapan tanam,“ ungkap Fahim, petani Desa Ngablak, Kecamatan Dander, kemarin. (NV/PO/YK/FL/N-1) widjajadi@mediaindonesia.com

http://pmlseaepaper.pressmart.com/mediaindonesia/PUBLICATIONS/MI/MI/2015/04/29/ArticleHtmls/Bulog-belum-Maksimal-Serap-Gabah-29042015024005.shtml?Mode=1#

Tidak ada komentar:

Posting Komentar