Senin, 02 Maret 2015

Akal-akalan Kuras Rp2,1 Triliun

Senin, 2 Maret 2015

ATAS dasar alasan ingin mengejar target pengadaan beras sebesar 3,4 juta ton pada 2012-2014, Perum Bulog jorjoran menggelontorkan dana.
Dana mengucur tanpa aturan. Banyak penyimpangan terjadi. Potensi kerugian setidaknya Rp2,1 triliun.

Kerugian itu melingkupi beras yang hilang dan kualitas beras yang tidak memenuhi syarat Instruksi Presiden No 3 Tahun 2012 tentang Kebijakan Pengadaan Gabah/ Beras dan Penyaluran Beras oleh Pemerintah. Seorang pejabat Perum Bulog yang dikonfirmasi pekan lalu mengatakan ribuan ton beras yang dinyatakan hilang sebenarnya barangnya tidak ada. “Barangnya ada hanya di pembukuan administrasi,“ ujarnya.

Wilayah yang paling besar melaporkan kehilangan beras dari gudang Bulog ialah Provinsi Papua, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Jawa Timur (Jatim). Papua menyebutkan 1.700 ton dengan nilai Rp13,6 miliar, NTB sebanyak 400 ton dengan kerugian Rp3 miliar, Madura seberat 1.600 dengan harga Rp12 miliar.

Kepala Seksi Pidana Khusus Kejari Pamekasan Samiaji Zakariya yang dihubungi di kantornya menyatakan telah menetapkan 12 tersangka.Tidak tertutup kemungkinan bertambah lagi atas inisial AL, yang disebut-sebut sebagai otak pelaku. “Kami menyimpulkan kasus ini adalah pengadaan beras fiktif,“ terangnya.

Pejabat Bulog yang telah dijadikan tersangka, yakni Kepala Bulog Subdivre XII Madura Suharyono, Wakil Kepala Bulog Subdivre XII Madura Prayitno, petugas administrasi Eki Youri Sutriono, serta pengawas internal Hariyanto Ali Sabri.

Tersangka selanjutnya ialah Shohibul Muniri (mitra Bulog, UD Perpadi), Pardi (penghubung), Marzuki (mitra Bulog, UD Dua Anak dan UD Vina Jaya), mantan Kepala Gudang Subdivre XII Madura Kardiono, serta tiga orang lainnya dengan inisial Kad, IDP, dan Sun.

Kerugian karena laporan fiktif cukup besar, tetapi yang terbesar ialah biaya untuk memperbaiki stok karena beras Bulog yang ada di gudang berkualitas rendah.

Sumber di Bulog Jakarta menyebutkan beras yang ada di gudang saat ini berkualitas brokens sekitar 40% dan menir 8%. Instruksi Presiden No 3 Tahun 2012 tentang perberasan hanya memperbolehkan brokens (beras hancur) maksimum 20%, menir 2%, dan sosoh 95%.

“Jika dihitung dari perkiraan susut kuantum 27% (20% + 6% + 1%) plus biaya reproses sebesar 3%, itu setara dengan uang Rp4,08 triliun. Potensi kerugian itu dikurangi hasil penjualan brokens bercampur menir senilai Rp1,989 triliun (26% x 1,7 juta ton = 442 juta kg x Rp4.500),“ paparnya.

Dengan demikian, Bulog menderita kerugian dalam memperbaiki stok selama periode 2012-2014 yang diperkirakan sekitar Rp2,091 triliun (Rp4,08 triliun-Rp1,989 triliun).Bila ditambahkan dengan kasus laporan fiktif kehilangan beras di Papua, NTB, Madura, belum termasuk provinsi lain, angkanya menjadi Rp2,119 triliun. (Faw/MG/T-1)

http://pmlseaepaper.pressmart.com/mediaindonesia/PUBLICATIONS/MI/MI/2015/03/02/ArticleHtmls/Akal-akalan-Kuras-Rp21-Triliun-02032015013016.shtml?Mode=1#

Tidak ada komentar:

Posting Komentar