Selasa, 24 Februari 2015

GEJOLAK HARGA BERAS

Selasa, 24 Februari 2015

Rakyat Kecil Terpaksa Bersiasat

Dua minggu terakhir, harga beras dan elpiji di Kota Bogor naik minimal 15 persen. Masyarakat berharap segera ada tindakan cepat menurunkan harga dan menjamin ketersediaan beras dan elpiji. Seharusnya, setelah harga bahan bakar minyak turun, harga beras pun ikut turun.

Di Pasar Bogor dan Pasar Kebon Kembang, harga beras naik Rp 1.000-Rp 2.000 per kilogram. Harga beras termurah Rp 8.500 per kilogram yang sebulan sebelumnya masih Rp 6.500 per kilogram. Untuk beras kualitas bagus, harga mencapai Rp 12.500 per kilogram. Harga itu naik Rp 1.500-Rp 2.000 dari kondisi pada Desember 2014 dan Januari 2015.

”Dari yang biasa beli beras bagus, terpaksa dua minggu ini beli yang kualitas sedang,” kata Handayani (38), ibu rumah tangga yang sedang belanja di Pasar Bogor.

Jefri (60), agen beras di pertokoan Pasar Merdeka, mengatakan, kenaikan harga beras minimal 15 persen sudah terjadi dua minggu ini.

Kenaikan harga beras juga memaksa agen mengurangi pembelian atau pasokan. Toko milik Jefri biasanya memasok 10 ton beras per dua hari. Namun, akibat kenaikan harga, beras yang didatangkan cuma 5 ton per dua hari. Agen menahan diri membeli beras sampai harga turun.

Kenaikan harga beras berdasarkan informasi yang diketahui para pedagang terkait banyak daerah yang gagal panen. Beras untuk Kota Bogor biasanya dipasok dari Karawang, Subang, Indramayu, Sukabumi, atau Cianjur di Jawa Barat. Namun, dua minggu ini, beras yang beredar dikatakan para pedagang dipasok dari Demak di Jawa Tengah.

Kenaikan harga juga terjadi pada elpiji ukuran 3 kilogram yang notabene dijual dengan harga subsidi. Kurun dua minggu terakhir ini, harga elpiji yang berkisar Rp 15.000-Rp 16.000 per tabung menjadi Rp 20.000 per tabung. Masyarakat khawatir harga yang naik ini diikuti oleh kelangkaan.

Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor Mangait Sinaga menilai kenaikan harga beras dan elpiji masih wajar. Khusus untuk beras, pemerintah meyakini belum diperlukan operasi pasar untuk menurunkan harga. ”Harga dan stok dalam penilaian kami masih aman,” kata Mangait.

Kebutuhan konsumsi beras masyarakat Kota Bogor yang hampir 1 juta jiwa rata-rata 7.500 ton beras per bulan.

Situasi serupa dijumpai di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Semua jenis beras, mulai dari jenis standar hingga beras premium, naik rata-rata 30 persen. ”Harga beras naik terus hingga Rp 12.000, dan ini membuat kami orang kecil merana. Mau makan apa nanti kalau beras mahal melulu?” ujar Puji (19), seorang pembeli beras di Pasar Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (23/2).

Menurut dia, kenaikan harga beras ini sangat meresahkan masyarakat kecil dengan penghasilan tidak tetap. ”Masak, dalam seminggu beras naiknya empat kali. Seharusnya harga BBM sudah turun ya, beras pun harus sama,” kata Puji.

Dia melanjutkan, sebaiknya pemerintah memperhatikan kesusahan rakyat kecil yang tak mempunyai penghasilan tetap. ”Ini kebutuhan mendasar,” ujarnya.

Ia mengatakan, kenaikan harga beras ini membuat ia bersama keluarganya mengubah pola masak di rumah.

Pedagang dan konsumen rugi
Yusup (65), penjual beras di Pasar Kebayoran Lama, juga mengaku kenaikan harga beras ini dapat merugikan konsumen maupun pedagang. ”Sebelum beras naik, konsumen ramai datang belanja di sini. Sehari bisa 60-70 konsumen. Tapi saat harga beras naik, konsumen pun berkurang, sehari berkisar 20-25 orang,” katanya.

Ia menjelaskan, meski sebagian konsumen yang sering membeli beras dengan karung, sekarang mereka hanya membeli dengan bentuk eceran 1-4 kilogram. ”Mereka (konsumen) membeli eceran karena uang mereka kan dibagi-bagi, untuk beli kebutuhan lain, seperti sayur, ikan, dan minyak,” katanya.

Ia melanjutkan, kenaikan harga beras ini juga harus memperhatikan nasib rakyat kecil. ”Pemerintah jangan bikin pusing kami terus dengan kebijakan seperti ini. Mereka (pemerintah) harus perhatikan kami semua, baik konsumen maupun pedagang,” katanya.

Sementara itu, Ramlan Harahap (55), staf Perdagangan Dalam Negeri, Suku Dinas UMKM dan Perdagangan Kota Administrasi Jakarta Selatan, menyatakan, kenaikan harga beras di Jakarta masih relatif normal. ”Kita bandingkan beras jenis IR III di Medan, Sumatera Utara, harganya mahal, 1 kilogram Rp 9.375.000, sedangkan di Jakarta Rp 10.000, padahal Medan lumbung padi,” katanya.

Menurut Ramlan, kenaikan harga beras ini biasa-biasa saja. Hal ini tidak akan membatasi kebutuhan masyarakat untuk membeli beras. ”Yang kami pikirkan adalah jangan sampai terjadi krisis atau kehabisan stok beras,” katanya.

(B09/B10/BRO/PIN)

http://epaper1.kompas.com/kompas/books/150224kompas/#/25/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar