Sabtu, 21 Februari 2015

Distribusi Bulog Akan Diaudit

Sabtu,  21 Februari 2015

JAKARTA - Pemerintah akan mengaudit dan mengevaluasi sistem distribusi beras oleh Bulog. Operasi pasar oleh Bulog selama dinilai tidak efektif menstabilkan harga beras di pasaran.

Tak hanya itu, pemerintah juga mencurigai adanya peran mafia beras karena saat ini harga kebutuhan pokok masyarakat tersebut terus mengalami kenaikan hingga 30%, kendati operasi pasar telah dilakukan sejak Desember 2014. Tercatat, sejak Desember 2014 hingga Januari 2015 Bulog telah mengeluarkan lebih dari 75.000 ton beras dalam rangka operasi pasar.

Harga jual beras di tingkat konsumen ditetapkan pemerintah sebesar Rp7.400 per kg. Kenyataannya, hingga kini harga berasdipasaran, terutamakawasan Jakarta, Depok, Tangerang, Bekasi (Jadetabek), jauh lebih tinggi dari harga tersebut. “Beras sudah digelontorkan kok harga enggak turun-turun? Ini aneh,” kata Menteri Perdagangan Rachmat Gobel, Jakarta, kemarin.

Rachmat menengarai ada mafia beras yang berperan mengatur harga di pasaran. Kecurigaan akan adanya mafia beras ini dipicu oleh masuknya beras Bulog, khususnya di Pasar Induk Beras Cipinang dalam waktu beberapa hari terakhir yang jumlahnya mencapai 1.800 ton. Padahal, dari gudang Bulog tidak ada pengiriman.

“Saya mendapatkan laporan beras yang masuk bukan dari gudang Bulog. Lalu siapa yang memasukkan beras tersebut? Sampai saat ini sudah 1.800 ton, itu terjadi sejak awal Februari 2015,” ujar Rachmat. Pada Februari 2015 pemerintah akhirnya menurunkan satgas untuk segera mendistribusikan beras Bulog langsung ke masyarakat, melalui 12 titik pasar rakyat dan 50 titik permukiman di Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi.

Rachmat mengatakan, sistem distribusi sebelumnya kurang efektif. “Jadi, apakah sistemnya harus diubah, kita akan audit sistem yang ada selama ini,” katanya. Kepala Bulog Lenny Sugihat mengatakan sejak Desember 2014 Bulog sudah melakukan operasi pasar yang bertujuan mengendalikan dan menstabilkan harga beras. Skema operasi pasar tersebut memiliki tiga cara.

Pertama, berdasarkan permintaan pemerintah daerah yang disalurkan Pasar Induk Cipinang melalui kios-kios. Kedua, bekerja sama dengan PD Pasar Jaya. Terakhir, dilakukan oleh satgas Bulog sendiri. “Kami memantau di DKI Jakarta, sejak Desember 2014-Januari 2015 kami sudah keluarkan lebih dari 75.000 ton beras dalam rangka operasi pasar.

Seharusnya harga tidak naik, tetapi saat dicek di pasar tidak ada beras dengan harga Rp7.400 per kilogram,” kata Lenny. Terkait dugaan delivery order (DO) yang disalahgunakan oleh oknum Bulog, Lenny menjamin tidak akan memberikan toleransi jika memang terbukti ada permainan. “Saya sudah sampaikan pada jajaran Bulog, tidak ada toleransi untuk fraud.

Kalau memang ada temuan, akan diproses hukum,” tandasnya. Dia juga sepakat seluruh sistem yang ada di Bulog akan dievaluasi. Lenny mengatakan, pemantauan juga dilakukan bersama lembaga lain seperti BPK dan Jaksa Agung Muda Tata Usaha Negara . Terlepas dari harga beras yang naik tinggi, Kementerian Perdagangan memastikan tetap tidak akan membuka keran impor beras meskipun saat ini harga beras sudah naik hingga 30%.

“Tidak akan ada impor, pasti,” jamin Rachmat. Dia mengatakan, langkah itu dikarenakan pemerintah masih memiliki stok beras yang mencukupi di Perum Bulog. Selain itu, dalam waktu dekat juga akan memasuki masa panen raya. Rachmat menjelaskan, jika pemerintah membuka keran impor beras, maka diperkirakan beras tersebut akan masuk ke Indonesia kurang lebih pada Maret 2015, atau bersamaan dengan panen raya. Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Hasil Sembiring menambahkan, bulan Februari-Maret ketersediaan gabah kering giling (GKG) diproyeksikan mencapai 19 juta ton.

Inda susanti

http://www.koran-sindo.com/read/967107/150/distribusi-bulog-akan-diaudit-1424488853

Tidak ada komentar:

Posting Komentar