Kamis, 19 Juni 2014

Beras Bulog yang Dimakan Rakyat Berkutu?

Kamis, 19 Juni 2014

Henri Burju Simanjuntak menyebutkan inilah nasib penunggu beras raskin (beras bagi warga miskin -red). Kenapa sampai begini terjadi? Apakah rakyat miskin ini jatahnya harus beras berkutu? Apakah rakyat miskin ini harus memakan beras berkutu?
"Inilah yang saya belum mengerti sampai sekarang, Indonesia tanah airku. Begitu luas persawahan di Indonesia tapi rakyat harus mendapat jatah raskin dan dan berkutu lagi. Bingung, bingung, program pemerintahan selalu terjadi pembodohan," ujar Henri Burju Simanjuntak.

Juliandi Siregar minta dugaan ini diusut tuntas!! Inikan cerita yang sudah kesekiankali kita dengar. Kualitas beras Bulog banyak masalah, soal beras Bulog berkutu sudah sering didengar. Kasihan rakyat kecil dibohongin terus dengan beras begituan.

"Maka kasus ini harus diusut pihak berwajib. Tangkapin itu orang-orang yang mempermainkan hak-hak masyarakat kecil, jangan cari-cari alasan, segera usut tuntas!!!! Semoga ada yang mendengar keluh warga ini," harap anggota DPRD Medan ini.

Rikson Pandapotan Tampubolon berharap jangan sampai isu sentral beras berkutu jadi bergeser ke penyebab gatal - gatal buruh bongkar muat. Inspektorat harus mengusut tuntas dua masalah tersebut.

Pertama, penyebab beras berkutu dan penyebab gatal - gatal buruh.
Beras berkutu mengisyaratkan masih lemahnya pengaturan tentang sirkulasi stok beras dalam Bulog. Ini persoalan klasik yang terus berulang, seakan tidak ada usaha yang berarti dari Kepala Bulog untuk menyiasati masalah klasik tersebut.
"Akibat masalah ini telah menjadi persoalan klasik, saya takut ini tidak dipandang menjadi sebuah masalah dari Perum Bulog," ujar Rikson Pandapotan Tampubolon.

Yoga Didier Pratama yakin masalah ini bukan terletak pada berasnya, tapi pada kepedulian kita melihat nasib si buruh. Bayangkan nasi yang kita makan, mereka itu yang mengangkat. Tapi badan mereka kini gatal-gatal. Mungkin beliau berdasi itu menyangkal bukan kutu.

Tapi kutu atau bukan, kan tetap merugikan si buruh. Hal kecil seperrti ini saja negara sudah abai nasib si buruh, bagaimana dengan hal yang besar? Negara yang peduli pada nasib buruh adalah negara yang siap maju.

"Lihatlah Jepang. Negara ini harus berubah dan lebih peduli kepada buruh yang menjadi tulang punggung kehidupan berbangsa dan bernegara," ujar Yoga Didier Pratama.

Kata Askar Marlindo, kalau benar masuknya beras Bulog sebanyak 5000 ton ke Sumatera Utara melalui Pelabuhan Belawan mengandung kutu, maka Bulog harus menolak beras tersebut. Karena beras tersebut diperuntukkan bagi rakyat miskin ini harus segera dikembalikan ke asalnya.

Kan kasihan rakyat yang memakannya ini bisa berbahaya menimbulkan berbagai penyakit. Kita juga meminta kepada perusahan yang menggunakan angkutan laut, terutama untuk membawa beras dan jenis pangan lainnya harus mengguanakan kapal yang bersih. "Karena yang dibawa adalah beras dan komoditas lainnya," ujar Askar Malindo.

http://medanbisnisdaily.com/news/read/2014/06/19/101589/beras_bulog_yang_dimakan_rakyat_berkutu/#.U6LIgOOSyGo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar