Pramono Anung: Teguran SBY Kurang Keras
16 Juli 2013
Pramono Anung tak lihat kedua menteri itu cari jalan keluar signifikan
VIVAnews - Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat, Pramono
Anung, menilai teguran Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kepada dua
menterinya kurang keras. Sebab, kata Pramono, setelah ditegur, para
menteri itu juga tak ada upaya untuk mencari jalan keluar
permasalahannya.
"Saya tidak melihat setelah teguran diberikan
kemudian menteri itu mengambil jalan keluar yang signifikan yang bisa
mempunyai dampak secara langsung perubahan harga itu," kata Pramono di
Gedung DPR, Selasa 16 Juli 2013.
Bahkan, kata Pramono, para
menteri itu sibuk mempersiapkan diri untuk Pemilu 2014. "Banyak sekarang
ini dalam pemerintahan terlalu sibuk untuk bersiap-siap diri,
mempercantik diri, menggantengkan dirinya untuk persiapan tahun 2014.
Kalau mereka tidak bisa mengerjakan hal yang ada di depan mata, rakyat
akan mencatat dan berikan hukuman," ujar dia.
Jika menteri itu
tidak bisa menjalankan mandat presiden, kata Pram, lebih baik menteri
itu dicopot. "Kalau tidak bisa menjalankan apa yang ditugaskan presiden,
dan presiden merupakan pemegang mandat dari rakyat, ya menteri itu
ganti aja," ujar dia.
Sebelumnya, Presiden SBY telah menegur
Menteri Pertanian, Suswono dan Menteri Perdagangan, Gita Wirjawan,
karena tingginya harga daging sapi di pasaran.
Dikonfirmasi hal
itu pada Senin malam, 15 Juli 2013, Suswono, membela diri. "Itu ada miss
saja. Sudah saya jelaskan dalam rapat kemarin," kata Suswono di
Jakarta.
Suswono membantah birokrasinya lamban merespons gejolak
harga daging. Menurutnya, pihaknya berusaha secepat mungkin untuk
mengurus surat perizinan importasi Bulog.
"Ada dua surat dari
Bulog, yaitu tanggal 25 Juni 2013, surat izin masuk ke Pelabuhan Tanjung
Priok dan kami langsung mengeluarkan surat rekomendasi hari itu juga.
Lalu, tanggal 11 Juli untuk masuk ke Bandara Soekarno Hatta dan kami
mengirimkan surat rekomendasi pada hari itu juga. Jadi, kami langsung
menangani surat dari Bulog," kata dia.
Bulog memang telah
mendapat jatah impor daging sapi sebesar 3 ribu ton dan rencananya akan
mendatangkan 800 ton daging beku lewat bandara dan 2.200 ton daging
lewat pelabuhan. Lalu, daging beku impor ini, apabila telah sampai di
Jakarta, akan digunakan untuk operasi pasar. Bulog menggunakannya untuk
menekan harga pasar jelang hari Lebaran, yaitu dari harga Rp90 ribu
menjadi Rp70 ribu per kilogram. (sj)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar