Senin, 08 Juli 2013

Inilah Modus Korupsi Raskin yang Dinilai Keji di Perum Bulog

8 Juni 2013

JAKARTA_BARAKINDO- Selama aparat hukum tidak mengambil tindakan untuk menghentikan kejahatan korupsi yang diduga terus dilakukan oleh para Direksi Perum Bulog dan jajaran, maka selama itu pula negara dan rakyat penerima manfaat Beras Miskin (Raskin) akan terus merugi.

Sebelumnya, Redaksi beritabarak.blogspot.com telah mengungkap bagaimana modus korupsi yang diduga dilakukan oleh Staf Khusus Presiden Bidang Pangan dan Energi, Jusuf Gunawan Wangkar, dan Direktur PP Perum Bulog Agusdin Fariedh, serta Dirut Perum Bulog Sutarto Alimoeso.
Sebelumnya juga Redaksi beritabarak.blogspot.com telah membongkar bagaimana madus yang digunakan dalam kasus dugaan korupsi (mark-up) harga angkutan kapal beras impor dan angkutan kapal interinsuler yang disinyalir merugikan negara hingga Rp.4,7 triliun, dan kasus dugaan pemalsuan berita acara pemuatan oleh PJPT Indarto Wijaya yang disinyalir merugikan negara hingga Rp.40 miliar.
Selain itu, di Perum Bulog juga ada kasus-kasus dugaan korupsi lain yang tak kalah menggemparkan, seperti kasus dugaan permainan kotor dalam penyaluran beras Raskin oleh Kadivre Bulog DKI Jakarta, kasus dugaan korupsi anggaran renovasi gedung kantor pusat senilai Rp.80 miliar oleh PT.Pembangunan Perumahan (PT PP) dan Direksi Perum Bulog yang disinyalir merugikan negara hingga Rp.60 miliar, dan kasus dugaan penerimaan suap atas selisi bunga simpanan dari Bank Bukopin yang juga disinyalir merugikan negara puluhan miliar.
Namun, yang dinilai paling keji adalah kasus dugaan korupsi penyaluran beras Raskin di seluruh Indonesia. Karena meskipun nilai kerugian negara dan mayarakat penerima manfaat tidak mencapai triliunan seperti dalam kasus dugaan korupsi impor beras, namun karena menyangkut hak rakyat miskin, maka kasus dugaan korupsi ini dinilai sangat keji dan dzalim.
“Modusnya, Raskin itu tidak disalurkan, hanya dibuatkan laporan penyerahan fiktif, dan diduga caranya berkolusi dengan kepala daerah dan jajarannya. Selanjutnya beras yang seharusnya dibagi ke masyarakat penerima manfaat itu, ditumpuk digudang Bulog, kemudian dijual ke pasar-pasar,” tulis pemilik akun @TrioMacan2000 dalam twiternya.
Sesuai dokumen yang diterima dari Bank Bukopin, katanya, korupsi Raskin itu mencapai Rp.280-Rp.300 miliar setiap tahunnya.
Tidak hanya korupsi Raskin, lanjutnya, kolusi antara pejabat Perum Bulog dengan anak perusahaannya, Bank Bukopin, juga terjadi dengan modus pemberian suap antara 2-3 persen dari selisih bunga jasa giro. Selain itu, ada pula modus lainnya, yakni dengan pemberian suap/fee dalam pengadaan komoditi hasil pertanian, tekstil, furniture dan lainnya, sebagai alat kompensasi pembayaran pembelian pesawat Sukhoi dari Rusia. “Pembayarannya melalui Bank Bukopin, dan diduga dipungut fee 10-20 persen dari nilai pembayaran komoditi tersebut. Uang korupsi itu pun, sebagian dicuci (money laundry) lagi di Bank Bukopin, dan sisanya disimpan di Hongkong,” ungkapnya.
Sebelum ini, katanya, di Bank Bukopin yang merupakan anak perusahaan Perum Bulog, pernah terungkap kasus transfer uang gelap dari Israel sebesar U$D 100 juta. Transfer itu, menurutnya, dilakukan oleh seseorang yang bernama Yohan. “Direksi Bank Bukopin dan eks Dirut Sofyan Basir yang kini menjadi Dirut Bank BRI dapat menutupi semua kasus dugaan korupsi mereka, karena menebarkan uang suap kemana-mana,” katanya lagi.
Kasus dugaan korupsi lainnya yang harus diungkap oleh aparat hukum adalah, kasus pembelian gedung ABDA di Jl.Sudirman, Jakarta oleh Perum Bulog dan Bank Bukopin. Kuat dugaan, bahwa terdapat nilai suap hingga puluhan miliar dan pemalsuan dokumen yang disinyalir dilakukan oleh Direksi Bank Bukopin dan Direksi Perum Bulog dalam pembelian gedung tersebut.
“Para pejabat Bulog di daerah-daerah tertentu juga diduga mengikuti jejak para Direksinya. Hal itu mudah dilakukan, karena untuk mencuci uang sudah ada Bank Bukopin,” katanya menambahkan, selain dicuci di Bank Bukopin, sebagian dari uang yang diduga hasil korupsi itu juga disimpan di bank-bank di Macao dan Hongkong melalui oknum pejabat Bank Bukopin yang sudah memiliki relasi dengan bankir-bankir Hongkong dan Macao. Tak hanya itu, portofolio kredit Bank Bukopin untuk Pejabat Bulog dan kerabat-kerabatnya juga mencapai ratusan miliar, seperti kredit restoran, SPBU dan lain-lain. Kredit itupun umumnya diduga tidak sesuai ketentuan. “Tapi semuanya aman-aman saja,” tambahnya.
Menurut pemilik akun @TrioMacan2000, kuat dugaan berbagai kasus dugaan korupsi di Perum Bulog bisa tumbuh subur dan aman, karena Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Kejaksaan tidak berani mengusutnya. Hal itu katanya tidak bisa dipungkiri, karena bagaimanapun, Dirut Perum Bulog Sutarto Alimoeso adalah teman karibnya Presiden SBY sewaktu SMA, Ketua Dewan Pengawas (Dewas) Perum Bulog juga adalah Staf Khusus Presiden SBY Bidang Pangan dan Energi yang juga Sahat SBY sejak lama, dan Direktur PP Perum Bulog Agusdin Fariedh adalah orang kepercayaannya Sutarto Alimoeso.

Lalu beranikah KPK dan Kejaksaan membagi tugas mengungkap berbagai kasus dugaan korupsi di Perum Bulog itu? Pastinya waktu yang akan menentukan, apakah KPK memang lembaga yang bertaring dan tidak pandang bulu dalam pemberantasan korupsi? Dan apakah Kejaksaan akan mampu membuktikan kepada publik, bahwa tidak hanya KPK yang bisa memberantas korupsi secara konsisten? !!! (Oleh Redaksi) (Bersumber dari Bulog Watch dan @TrioMacan2000)***

http://beritabarak.blogspot.com/2013/07/inilah-modus-korupsi-raskin-yang.html 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar