Kamis, 25 Juli 2013

Atasi Inflasi, Pemerintah Dianjurkan Buka Impor

24 Juli 2013

Jakarta - Pola konsumsi masyarakat Indonesia membuat inflasi terus meningkat. Salah satu solusi yang ditawarkan untuk menurunkan inflasi bahan pangan adalah dengan membuka keran impor dan swasembada pertanian.

"Untuk menekan terjadinya inflasi bahan pangan pokok untuk jangka pendek dengan dilakukannya relaksasi impor, dan untuk jangka panjang dapat dilakukan dengan swasembada pertanian (investasi, penyuluhan untuk pengetahuan, dan promosi sebagai langkah pemasaran)," ujar Denni P. Purbasari, Dosen FEB Universitas Gadjah Mada dalam diskusi publik GP Ansor di Jakarta pada Rabu (24/7).

Menurut Denni, dalih pembatasan impor yang dilakukan pemerintah malah akan menjadi "bumerang" untuk stabilitas perekonomian negara karena kelangkaan barang yang tidak mampu dipenuhi pasar sedangkan tingkat konsumsi masyarakat semakin tinggi apalagi menjelang lebaran tahun ini. Kurangnya iklim persaingan usaha menjadi faktor yang cukup berpengaruh meningkatnya inflasi harga pangan.

"Beberapa faktor utama yang mempengaruhi terjadinya inflasi adalah upah minimum, kebijakan kenaikan harga BBM, kebijakan pembatasan impor pangan dan holtikultura, serta swasembada sebagai solusi ketahanan pangan," ujar Denni.

Denni menambahkan, sentimen kebijakan anti-impor yang diusung pemerintah saat ini menjadi faktor kelangkaan pasokan komoditas pangan nasional. Pola konsumsi masyarakat khususnya perkotaan yang tidak mengenal istilah substitusi, misalkan beras diganti dengan jagung atau meredam penggunaan cabe dalam mengolah makanan menjadi alasan mengapa inflasi saat ini meningkat karena kelangkaan komoditas di pasar.

"Masalah rantai distribusi yang panjang juga menjadi masalah yang sampai saat ini belum mampu dipecahkan sehingga harga pangan dari petani ke konsumen mengalami kenaikan yang tinggi," ujar Ahmad Erani Yustika, Dosen dan Ekonom dari Universitas Brawijaya dalam diskusi tersebut.

"Mungkin dengan memotong jalur distribusi yang sangat panjang, oknum tengkulak dapat diredam perihal pengaruhnya dalam menentukan harga pasar komoditi, selain itu porsi impor negara harus meningkat sehingga dapat menekan inflasi," ujar Diffi A. Johansyah, Direktur Eksekutif Komunikasi Bank Indonesia dalam pertemuan yang digagas GP Ansor tersebut.

"Bulan Juli 2013 ini saja, Bank Indonesia memprediksi inflasi masih berada di angka 2,38 persen, karena itu saya melihat perlu adanya penataan ulang perekonomian secara komprehensif," tambah Diffi.

Penulis: Firman Fernando/FMB

http://www.beritasatu.com/ekonomi/127874-atasi-inflasi-pemerintah-dianjurkan-buka-impor.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar