23 Februari 2013
MATARAM – Kualitas beras miskin (raskin) kembali dikeluhkan warga
penerima. Kondisi beras yang kotor, berukutu dan penuh dengan kerikil
membuat warga kebingungan untuk mengonsumsinya.
Seperti yang terjadi RT 4, Lingkungan Pejeruk Kebon Bawaq Timur,
Kelurahan Kebon Sari, Kecamatan Ampenan. Sejak dibagikan beberapa hari
yang lalu warga tidak henti-hentinya menggerutu dengan kualitas beras
yang buruk. Namun, mereka terpaksa menerima.
Inaq Lumisah misalnya. Dia harus bersusah payah memilah kotoran beras
yang baru didapatkannya dari lingkungan sebelum dimasak. “Baunya apek
sekali, kotor, banyak kutu dan kerikil,”keluhnya.
Menurut Lumisah, kondisi itu tidak hanya terjadi saat ini namun sudah
sering kali. Bahkan dia pernah mendapatkan beras bercampur dengan
beling dari pecahan kaca, namun ia tetap mengonsumsinya karena tidak ada
lagi yang bisa dimakan.
“Setiap saya pilah dapat beling sejeput-sejeput (segenggam) lalu saya
pisah dan buang, kalau saya makan mungkin tenggorokan saya sudah
sakit,” tuturnya.
Lumisah mengaku harus bersusah payah untuk memasak beras tersebut.
Jika tidak jeli, nasi yang dihasilkan bisa terasa mentah atau malah
terlalu lembek. Untuk itu ia harus pandai-pandai menakar air yang
digunakan untuk memasak.
“Salah sedikit cara masaknya pasti tidak enak, cepat benyek,” katanya.
Dengan pengahasilan pas-pasan sebagai pejual rujak membuatnya makin
kesulitan saat jatah beras dipangkas dari 15 kg menjadi 5 kg. Hal itu
dilakukan agar bisa dibagi rata dengan warga lainnya. Selain itu, dia
harus merogoh kocek lebih dalam untuk mendapatkan raskin. Tiap kilogram
dibeli dengan harga Rp 2.000 yang mestinya Rp 1.600.
“Tidak apa-apa kalau dibagi, biar kita sama-sama dapat. Tapi harganya lumayan mahal,”katanya.
Sementara itu, Lurah Kebun Sari, Muhammad Faisal, mengatakan, jika
ada beras yang rusak warga dianjurkan untuk segera mengembalikkannya dan
akan diganti oleh pihak Bulog. Hal itu sudah menjadi komitmen awal
sebelum pembagian dilakukan.
“Bulog sudah siapkan ganti kalau ada yang rusak,”katanya.
Sampai saat ini pihaknya belum mendapatkan laporan ataupun protes
dari warga terkait beras yang rusak. Untuk itu dia akan segera melakukan
koordinasi dengan masing-masing kepala lingkungan di kelurahannya.
Mengenai harga beras yang mencapai Rp 2.000, dia sama sekali tidak tahu
menahu. Sebab, dalam rapat di kelurahan harga raskin disepakati yakni Rp
1.600 per kg-nya. “Harga tetap, kami tidak pernah menaikkannya,”
katanya.
Di Kelurahan Kebun Sari setiap bulan mendapat jatah raskin sekitar
264 karnung beras dari Bulog. Lingkungan Pejeruk Kebun Bawak Timur
sendiri dijatah sekitar 52 sak beras. Beras-beras tersebut diserahkan
langsung kepada lingkungan yang bertugas mendistribusikannya kepada
warga. (cr-ili)
http://www.detiknews.net/read/2013/02/23/kualitas-raskin-kembali-dikeluhkan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar