10 Januari 2013
JAKARTA, KOMPAS.com — Nahdlatul Ulama (NU) menilai
semangat mewujudkan swasembada pangan telah dicederai oleh kegemaran
mengimpor enam komoditas strategis.
"Komitmen yang ada sekadar
komitmen yang ditegaskan ke mana-mana. Fakta di lapangan justru
menunjukkan beragam kebijakan kabinet justru berimplikasi pada
penggembosan jalan menuju swasembada," kata Ketua Lembaga Perekonomian
NU, Mustolihin Majid, di Jakarta, Rabu (9/1/2013).
Ia mengemukakan hal itu saat bersama jajaran Pengurus Besar NU menyampaikan refleksi 2012 dan outlook 2013.
Dikatakannya,
berdasarkan kajian dan dinamika yang terjadi bisa disimpulkan bahwa
semangat swasembada telah digerogoti dan dicederai sendiri. "Secara
sengaja kegagalan produksi dipelihara untuk melanggengkan importasi yang
penuh rezeki," katanya.
Menurut Mustolihin, syahwat untuk
mengimpor bahan pangan tersebut didorong oleh kalangan importir
strategis yang secara sistemik mengupayakan gerakan impor. "Fenomena
akal-akalan kelangkaan pangan dibuat dan dipertontonkan secara terbuka
dalam krisis kedelai, daging sapi, garam, dan beras," katanya.
Menurut
dia, per 16 Oktober 2012, impor beras mencapai 1,95 juta ton, jagung 2
juta ton, kedelai 1,9 juta ton, daging sapi setara dengan 900 ribu ekor
sapi, gula 3,06 juta ton, dan teh senilai 11 juta dolar AS.
"Di
tengah negara lain berjuang pada sektor agribisnis, termasuk Amerika
Serikat, justru kekayaan kita yang berbasis pada agribisnis kita
gerogoti sendiri," katanya.
Ketua PBNU Prof Mochammad Maksum
Machfoedz menambahkan, potensi produktivitas menuju swasembada komoditas
strategis sebenarnya sangat optimistis bagi Indonesia.
"Sayangnya demoralisasi terjadi sangat transparan dan sistematis dengan kejangkitan degaramisasi sampai dekedelaisasi," kata Maksum.
Menurut
guru besar Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada Yogyakarta itu,
serangkaian inkonsistensi sikap kabinet telah terjadi pada semua kasus
komoditas strategis.
"Krisis konsistensi kebijakan terjadi
sebagai produk tarik-menarik antara Kabinet Indonesia Bersatu II dengan
para komprador yaitu sedikit pelaku ekonomi yang selama ini menikmati
rente ekonomi importasi," katanya.
Dikatakannya, ketergantungan
pangan nasional akan semakin akut jika penggembosan Masterplan
Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) dan
swasembada tidak segera ditanggulangi.
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/01/10/01364252/NU.Impor.Cederai.Swasembada.Pangan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar