18 Desember 2012
Bandar Lampung, Kompas - Petani dan DPRD Provinsi
Lampung menolak peningkatan impor singkong dan bahan olahannya oleh
pemerintah pusat. Pasalnya, itu dikhawatirkan akan menjatuhkan harga
jual singkong di tingkat petani.
”Belajar dari pengalaman yang
ada, yaitu impor kedelai, garam, dan lain-lain, kebijakan impor
(singkong) ini lambat laun akan merugikan petani. Dalam kurun waktu satu
hingga dua tahun ke depan, harga (singkong) akan terjun bebas, seperti
sawit sekarang ini,” tutur Ketua DPRD Provinsi Lampung Marwan Cik Asan,
Senin (17/12).
Padahal, ungkapnya, produksi singkong di Lampung
saat ini melimpah, yaitu mencapai 9 juta ton per tahun. Ini menjadikan
Lampung sebagai produsen singkong dan tepung tapioka terbesar di Tanah
Air. Produksi singkong di Indonesia mencapai 25 juta ton.
”Singkong
saat ini mulai menjadi andalan masyarakat Lampung, khususnya petani
dari kalangan menengah ke bawah. Singkong ini mudah ditanam, bahkan di
pekarangan. Mereka saat ini tengah menikmati harga singkong yang stabil.
Ini tidak akan bertahan lama jika impor skala besar dilakukan,” ujar
Marwan.
Kebijakan impor, menurutnya, bukanlah solusi mengatasi
kebutuhan tepung singkong. Solusi terbaik adalah meningkatkan produksi
di dalam negeri. ”Caranya adalah mendorong industri supaya meningkatkan
produksi (tepung singkong), sementara lahan dan produktivitas singkong
terus diperluas dengan memanfaatkan lahan tidur,” tutur Marwan.
Sejumlah
petani di Lampung merasa resah dengan kebijakan impor singkong oleh
pemerintah pusat. Mereka khawatir harga jual singkong akan turun seiring
membanjirnya singkong impor di industri dan pasar. Padahal, petani kini
tengah menikmati harga singkong yang stabil.
”Kebijakan (impor
singkong) itu sama saja membuat petani semakin menderita. Biaya produksi
cenderung naik, sementara harga jual menurun. Hobi sekali pemerintah
membuat petani kecil menderita,” ungkap Syahrul Sidin, petani singkong
di Moro-Moro, Way Serdang, Kabupaten Mesuji.
Prof Wan Abbas
Zakaria, pakar pertanian dari Universitas Lampung, menuturkan, produksi
singkong di Lampung beberapa tahun terakhir terus meningkat. Dari
awalnya hanya 2 juta ton, kini menjadi 9 juta ton per tahun. Kondisi ini
tidak terlepas dari meningkatnya permintaan dari industri. (JON)
http://cetak.kompas.com/read/2012/12/18/04200391/lampung.tolak.impor.singkong.dan.olahannya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar