Jumat, 12 Oktober 2012

Bulog Sumut “Banjiri”Beras di Masa Paceklik

12 Oktober 2012
Medan, (ANTARA) – Badan Urusan Logistik atau Bulog Sumatera Utara berupaya terus “membanjiri” pasar dengan beras untuk menekan lonjakan harga jual menyusul masa paceklik di daerah itu.
“Selain melalui program raskin (beras untuk warga miskin), Bulog juga melakukan penjualan beras komersial dan terus berupaya menambah gerai Bulog Mart,” kata Humas Bulog Sumut Rusli di Medan, Kamis.
Menurut dia, hasil survei Bulog harga beras di pasar sudah bergerak naik terus menyusul dewasa ini sedang memasuki masa tanam baru.
Untuk menghindari terjadinya lonjakan harga beras di luar kewajaran yang diakibatkan pasokan ketat dan tindakan spekulasi pedagang memanfaatkan situasi, maka Bulog terus berupaya membanjiri pasar dengan beras.
Penyaluran raskin misalnya diupayakan semakin diperlancar dengan meminta pemerintah kota/kabupaten segera mengajukan surat permintaan alokasi (SPA).
“Bulog sudah melakukan jemput bola ke daerah-daerah yang SPA-nya tersendat seperti di Nias dan Humbang Hasundutan,” katanya.
Bulog Sumut juga melakukan penjualan beras komersial yang merupakan beras dari hasil impor sebelumnya, dimana dewasa ini sudah terjual sebanyak 7.769 ton dengan harga jual yang tetap saja masih lebih murah dari harga di pasar.
Beras premium eks impor asal Thailand misalnya dijual Rp7.250 per kg.
“Di luar langkah itu, Bulog juga berupaya mengembangkan Bulog Mart,” katanya.
Di Bulog Mart, harga jual beras juga tetap lebih murah dari harga pasar.
“Dengan ketersedian beras yang banyak di pasar dan harga jual yang lebih murah dilakukan Bulog diharapkan bisa menekan upaya spekulasi pedagang memanfaatkan ketatnya pasokan beras,” katanya.
Dia menegaskan, tidak ada masalah dalam soal penyaluran raskin, penjualan komersial dan termasuk pembukaan gerai Bulog Mart, mengingat stok cukup aman yang juga semakin diperkuat dengan tetap adanya pembelian beras dari petani lokal.
Stok beras ada 70.491 ton dimana itu bisa untuk 5,6 bulan alokasi tutin yang setiap bulannya sebanyak 12.400 ton.
Pembelian beras lokal sendiri sudah mencapai 7.831 ton, katanya.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut Suharno mengatakan kenaikan harga beras mengkhawatirkan terjadinya lagi inflasi pada Oktober dan November setelah pada September tercatat deflasi sebesar 0,03 persen.
Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sumut, kata dia, terus melakukan berbagai upaya untuk menekan inflasi di Sumut meski trennya menurun.
Pada Januari, inflasi di Sumut masih cukup tinggi atau 1,74 persen dan di September deflasi 0,03 persen.
Kenaikan harga beras memang menjadi salah satu pemicu inflasi, katanya.

http://www.antarasumut.com/bulog-sumut-banjiriberas-di-masa-paceklik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar