Minggu, 21 Juli 2013

PKS: Bulog Curangi Masyarakat

21 Juli 2013

Ambil Untung Besar dari Daging Impor Kualitas Rendah

JAKARTA_BARAKINDO- Rendahnya kualitas daging sapi impor pemerintah melalui Perum Bulog, dituding sebagai penyebab enggannya pedagang yang berminat menjual daging tersebut.

Diketahui, Perum Bulog telah mengimpor daging sapi dari Australia dan Selandia Baru sebanyak 3.000 ton. Daging tersebut dijual dengan harga yang berkisar antara Rp.75 ribu hingga Rp.85 ribu per kilogram.

Ketua Kelompok Komisi Pertanian Fraksi PKS di DPR, Habib Nabiel Al-Musawa mengatakan, produk daging berkualitas rendah yang masuk ke Tanah Air merupakan kesalahan importir, yang hanya mencari keuntungan tanpa memperhatikan kualitas barang.

Menurutnya, Perum Bulog mencurangi masyarakat dengan menjual daging sapi impor berkualitas buruk dengan harga di atas kualitasnya. "Selain daging, kualitas beras yang selama ini dikelola Bulog pun buruk. Raskin sering berkutu, bau apek, dan kurang layak. Seharusnya Bulog bisa menjual harga daging lebih murah, bukan malah aji mumpung mencari keuntungan besar," ujar Habib dalam siaran pers layaknya dilansir tribunnews.com, Sabtu (20/7/2013).

Keuntungan Bulog dari penjualan daging, kata Nabiel, kalau dihitung sekitar Rp.10 ribu per kilogram. Salah satu contoh, daging bagian depan atas kaki sapi (shank), harganya di Australia hanya U$D 5,2. Jika diimpor, ada bea kirim dan bea masuk sekitar 10 persen, maka harga daging shank pun menjadi Rp.57 ribu per kilogram. Lalu ke pedagang, Bulog menjual seharga Rp.67 ribu per kilogram, dan di tingkat konsumen harganya menjadi sebesar Rp.75 ribu per kilogram.

Anggota Panja RUU Nakeswan itu memaparkan, sebagai stabilisator harga daging sapi, Bulog belum menjalankan tugasnya dengan baik. Seharusnya, jika memang diamanatkan untuk menurunkan harga daging, maka jangan ambil untung terlalu besar, sehingga harga jualnya bisa terjangkau oleh masyarakat kalangan bawah dan menengah.

Kasus tersebut, lanjutnya, menunjukkan pemerintah belum punya solusi jitu untuk menurunkan harga daging sapi yang sesuai dengan permintaan masyarakat dan pedagang. Padahal, penugasan Bulog dimaksudkan untuk menstabilkan harga daging jelang Ramadan dan Lebaran, tapi sampai saat ini harga masih tetap bertengger tinggi. Kenaikan harga daging sapi yang cukup tinggi dan di luar kewajaran, bahkan ada yang menembus harga diatas Rp.100 ribu per kilogram di beberapa pasar di Indonesia, selain karena harganya memang naik sebagai dampak kenaikan harga BBM, papar Habib, juga disebabkan minimnya pasokan yang diduga dimainkan oleh kartel daging sapi yang melakukan operasi ambil untung dari hulu hingga ke hilir.

Konsumen Ragukan Halal Tidaknya

Di pihak lain, masyarakat selaku konsumen mengaku ragu dengan kehalalan daging sapi impor dari Perum Bulog. Seperti yang diungkapkan Yanti (28 tahun), salah seorang pembeli, yang mengaku ragu dengan kualitas daging sapi impor dari Bulog. "Halal gak ya? Saya sih pilih yang aman saja," ujar ibu satu anak itu, layaknya dilansir ROL, hari ini.

Sementara Indra (43 tahun), salah seorang pedagang daging di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, mengaku sudah menerima pasokan daging impor beku. Namun, ia lebih mengandalkan pasokan daging segar dari rumah potong hewan. "Pembeli lebih memilih daging segar daripada daging beku. Jadi sejauh ini, daging dari Bulog belum laku," ujarnya.


Harga daging sapi lokal, kata Indra, kini berangsur turun. Indra sekarang berani melepas harga di bawah Rp.100 ribu per kilogram. "Biasanya saya jual Rp.100 ribu, tapi kalau ada pembeli menawar Rp.95 ribu juga saya kasih," tutur Indra yang juga mengaku mengamati masyarakat kembali antusias membeli daging sapi lokal. (Redaksi)*

http://beritabarak.blogspot.com/2013/07/pks-tuding-bulog-curangi-masyarakat.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar