11 Juli 2013
JAKARTA– Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) diminta untuk melakukan
intervensi pasar demi menjamin harga dan ketersediaan bahan pangan pokok
selama puasa, Lebaran, hingga Natal, dan Tahun Baru 2014.
“Bulog
tidak perlu lagi meminta izin apabila ada tren kenaikan harga beras,
maka Bulog dipersilakan melakukan intervensi pasar karena memiliki
kemampuan itu,” kata Menteri Koordinator bidang Perekonomian Hatta
Rajasa dalam konferensi pers “Persiapan Dalam Rangka Hari Besar
Keagamaan Nasional” di Jakarta, kemarin.
Hatta menyebutkan, saat
ini beras yang ada di gudang Bulog mencapai 2,96 juta ton, merupakan
angka tertinggi selama lima tahun terakhir. Dengan stok sebanyak itu,
tegas dia, Bulog bisa segera melakukan intervensi pasar jika dibutuhkan.
Pemerintah akan terus mencermati tren harga beras untuk memastikan
makanan pokok masyarakat Indonesia tersebut tetap terjangkau.
Lebih
lanjut, Hatta juga meminta Kementerian Pertanian terus meningkatkan
sisi pasokan, yang nantinya akan diserap oleh Bulog. Dengan demikian,
pada akhir tahun diharapkan ketersediaan pasokan di gudang Bulog masih
berada di angka 2 juta ton. Terlepas dari itu, Hatta menegaskan bahwa
stok 2,96 juta ton beras yang dimiliki Bulog cukup untuk 12 bulan ke
depan. “Jadi, jangan main spekulasi karena beras kita kuat untuk
mengintervensi pasar,” tegasnya.
Hatta menambahkan, pemerintah
juga berupaya menurunkan harga bahan pangan pokok yang telah mengalami
kenaikan pada minggu kedua Juli 2013 dengan menambah ketersediaan di
pasar. Dia menjamin ketersediaan bahan pangan pokok pada periode
hari-hari besar sampai dengan akhir tahun menunjukkan neraca yang
positif. Hatta menyebutkan, komoditas pokok yang terjamin pasokannya
adalah beras, gula pasir, bawang merah, cabai besar, cabai rawit, daging
sapi, daging, serta telur unggas.
“Hanya memang, kalau musiman
terjadi kenaikan harga dan permintaan seperti saat ini. Yang kita tidak
inginkan adalah putaran kedua yang bersifat spekulatif. Ini yang perlu
kita jaga,” katanya. Diketahui, saat ini harga daging ayam ras mengalami
kenaikan 19,5% dari Rp28.893/kg menjadi Rp34.493/kg dan telur ayam ras
mengalami kenaikan 9,32% dari Rp18.211/kg menjadi Rp19.908/kg.
Bahan
pangan lain yang mengalami kenaikan harga pada minggu kedua Juli 2013
dibandingkan Juni 2013 adalah cabai rawit yang meningkat 63,3% dari
Rp27.721/kg menjadi Rp45.000/kg; bawang merah naik49,08% dari
Rp32.341/kg menjadi Rp48.213/kg. Guna mengatasi peningkatan harga,
pemerintah siap melakukan impor untuk memenuhi ketersediaan. Namun,
pemerintah menegaskan impor itu tidak akan mengganggu harga saat masa
panen tiba, Agustus 2013.
Hatta mengatakan, komoditas yang
diimpor di antaranya cabai rawit dan bawang merah. Berdasarkan data
Kementerian Perdagangan (Kemendag) yang disampaikan Wakil Menteri
Perdagangan Bayu Krishnamurti, impor cabai sebanyak 9.715 ton dan bawang
merah 16.781 ton untuk semester II mulai Juli hingga Desember 2013.
“Ini akan kita atur dengan memastikan pada satu musim panen pemasukan
itu akan dihentikan,” kata Bayu
Pada bulan Agustus, ketika masa
panen bawang merah telah berlangsung, maka impor akan dihentikan.
Harapannya, agar bawang merah impor tak mengganggu harga yang diterima
petani lokal. Sementara untuk menekan harga daging s a p i , Bulog
berencana menjual daging sapi impor seharga Rp75.000/kg sepekan sebelum
Lebaran. “Kalau modalnya Rp60.000 sampai Rp70.000/kg, kami jual sekitar
Rp75.000/kg,” kata Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimoeso.
Sutarto
mengatakan, alokasi impor daging yang terima Bulog adalah sebesar 3.000
ton sesuai persetujuan Kementerian Perdagangan. Dia menjelaskan,
kunjungannya ke Australia beberapa waktu lalu adalah untuk menyurvei
produsen daging sapi dengan pangsa besar. Sutarto mengaku sudah meminta
ditugasi untuk mengimpor daging oleh Kemendag sejak Maret 2013.
Sutarto
menyebutkan, anggaran untuk mengimpor daging berkisar Rp200 miliar
hingga Rp300 miliar. “Kalau 3.000 ton, perhitungan modal kami
Rp60.000–70.000/kg, kirakira Rp200 miliar hingga Rp300 miliar,”
tuturnya. Guna mempercepat kedatangan, Bulog siap menggunakan
transportasi udara untuk daging impor. Dia menyebutkan, impor daging
sapi bisa mencapai 20 ton dalam sehari dengan menggunakan maskapai dalam
negeri.
Selain itu, pihaknya juga mempelajari pengiriman
melalui maskapai Australia yang rutenya lebih pendek. Sutarto mengakui,
transportasi udara akan lebih mahal daripada transportasi laut. “Tapi
ini kanmasalah negosiasi, karena mitra bisnis harus ada tawar-menawar,”
imbuhnya. Menteri Koordinator bidang Perekonomian Hatta Rajasa
menambahkan, pihaknya telah menyetujui Bulog untuk mengimpor daging sapi
melalui Bandara Soekarno-Hatta. “Semuaprosessudahberjalan, termasuk
karantinanya yang selebihnya melalui Pelabuhan Tanjung Priok,” katanya.
M
e n u r u t Hatta, sudah ada sekitar 109.000 ekor anak sapi (feed
lotter) yang tadinya sudah disiapkan pada akhir tahun. Namun,
kedatangannya akan dipercepat untuk memenuhi peningkatan kebutuhan
selama musim puasa dan Lebaran. inda susanti
http://www.koran-sindo.com/node/326935
Tidak ada komentar:
Posting Komentar