Jumat, 12 Juli 2013

Bulog Diminta Intervensi

11 Juli 2013

JAKARTA– Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) diminta untuk melakukan intervensi pasar demi menjamin harga dan ketersediaan bahan pangan pokok selama puasa, Lebaran, hingga Natal, dan Tahun Baru 2014.

“Bulog tidak perlu lagi meminta izin apabila ada tren kenaikan harga beras, maka Bulog dipersilakan melakukan intervensi pasar karena memiliki kemampuan itu,” kata Menteri Koordinator bidang Perekonomian Hatta Rajasa dalam konferensi pers “Persiapan Dalam Rangka Hari Besar Keagamaan Nasional” di Jakarta, kemarin.

Hatta menyebutkan, saat ini beras yang ada di gudang Bulog mencapai 2,96 juta ton, merupakan angka tertinggi selama lima tahun terakhir. Dengan stok sebanyak itu, tegas dia, Bulog bisa segera melakukan intervensi pasar jika dibutuhkan. Pemerintah akan terus mencermati tren harga beras untuk memastikan makanan pokok masyarakat Indonesia tersebut tetap terjangkau.

Lebih lanjut, Hatta juga meminta Kementerian Pertanian terus meningkatkan sisi pasokan, yang nantinya akan diserap oleh Bulog. Dengan demikian, pada akhir tahun diharapkan ketersediaan pasokan di gudang Bulog masih berada di angka 2 juta ton. Terlepas dari itu, Hatta menegaskan bahwa stok 2,96 juta ton beras yang dimiliki Bulog cukup untuk 12 bulan ke depan. “Jadi, jangan main spekulasi karena beras kita kuat untuk mengintervensi pasar,” tegasnya.

Hatta menambahkan, pemerintah juga berupaya menurunkan harga bahan pangan pokok yang telah mengalami kenaikan pada minggu kedua Juli 2013 dengan menambah ketersediaan di pasar. Dia menjamin ketersediaan bahan pangan pokok pada periode hari-hari besar sampai dengan akhir tahun menunjukkan neraca yang positif. Hatta menyebutkan, komoditas pokok yang terjamin pasokannya adalah beras, gula pasir, bawang merah, cabai besar, cabai rawit, daging sapi, daging, serta telur unggas.

“Hanya memang, kalau musiman terjadi kenaikan harga dan permintaan seperti saat ini. Yang kita tidak inginkan adalah putaran kedua yang bersifat spekulatif. Ini yang perlu kita jaga,” katanya. Diketahui, saat ini harga daging ayam ras mengalami kenaikan 19,5% dari Rp28.893/kg menjadi Rp34.493/kg dan telur ayam ras mengalami kenaikan 9,32% dari Rp18.211/kg menjadi Rp19.908/kg.

Bahan pangan lain yang mengalami kenaikan harga pada minggu kedua Juli 2013 dibandingkan Juni 2013 adalah cabai rawit yang meningkat 63,3% dari Rp27.721/kg menjadi Rp45.000/kg; bawang merah naik49,08% dari Rp32.341/kg menjadi Rp48.213/kg. Guna mengatasi peningkatan harga, pemerintah siap melakukan impor untuk memenuhi ketersediaan. Namun, pemerintah menegaskan impor itu tidak akan mengganggu harga saat masa panen tiba, Agustus 2013.

Hatta mengatakan, komoditas yang diimpor di antaranya cabai rawit dan bawang merah. Berdasarkan data Kementerian Perdagangan (Kemendag) yang disampaikan Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krishnamurti, impor cabai sebanyak 9.715 ton dan bawang merah 16.781 ton untuk semester II mulai Juli hingga Desember 2013. “Ini akan kita atur dengan memastikan pada satu musim panen pemasukan itu akan dihentikan,” kata Bayu

Pada bulan Agustus, ketika masa panen bawang merah telah berlangsung, maka impor akan dihentikan. Harapannya, agar bawang merah impor tak mengganggu harga yang diterima petani lokal. Sementara untuk menekan harga daging s a p i , Bulog berencana menjual daging sapi impor seharga Rp75.000/kg sepekan sebelum Lebaran. “Kalau modalnya Rp60.000 sampai Rp70.000/kg, kami jual sekitar Rp75.000/kg,” kata Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimoeso.

Sutarto mengatakan, alokasi impor daging yang terima Bulog adalah sebesar 3.000 ton sesuai persetujuan Kementerian Perdagangan. Dia menjelaskan, kunjungannya ke Australia beberapa waktu lalu adalah untuk menyurvei produsen daging sapi dengan pangsa besar. Sutarto mengaku sudah meminta ditugasi untuk mengimpor daging oleh Kemendag sejak Maret 2013.

Sutarto menyebutkan, anggaran untuk mengimpor daging berkisar Rp200 miliar hingga Rp300 miliar. “Kalau 3.000 ton, perhitungan modal kami Rp60.000–70.000/kg, kirakira Rp200 miliar hingga Rp300 miliar,” tuturnya. Guna mempercepat kedatangan, Bulog siap menggunakan transportasi udara untuk daging impor. Dia menyebutkan, impor daging sapi bisa mencapai 20 ton dalam sehari dengan menggunakan maskapai dalam negeri.

Selain itu, pihaknya juga mempelajari pengiriman melalui maskapai Australia yang rutenya lebih pendek. Sutarto mengakui, transportasi udara akan lebih mahal daripada transportasi laut. “Tapi ini kanmasalah negosiasi, karena mitra bisnis harus ada tawar-menawar,” imbuhnya. Menteri Koordinator bidang Perekonomian Hatta Rajasa menambahkan, pihaknya telah menyetujui Bulog untuk mengimpor daging sapi melalui Bandara Soekarno-Hatta. “Semuaprosessudahberjalan, termasuk karantinanya yang selebihnya melalui Pelabuhan Tanjung Priok,” katanya.

M e n u r u t Hatta, sudah ada sekitar 109.000 ekor anak sapi (feed lotter) yang tadinya sudah disiapkan pada akhir tahun. Namun, kedatangannya akan dipercepat untuk memenuhi peningkatan kebutuhan selama musim puasa dan Lebaran. inda susanti

http://www.koran-sindo.com/node/326935

Tidak ada komentar:

Posting Komentar