Minggu, 03 Maret 2013

Impor Daging Sapi Ancam Peternak Lokal

2 Maret 2013

JAKARTA (Suara Karya): Rencana impor daging sapi melalui mekanisme lelang mengancam kesejahteraan peternak lokal, selain menghambur-hamburkan uang negara. Impor niscaya meruntuhkan gairah peternak lokal untuk meningkatkan produksi, karena harga daging lokal di pasar jadi melemah.
Demikian rangkuman pendapat ekonom Pande Raja Silalahi dan Ketua DPP Partai Golkar Bidang Petani dan Nelayan Siti Hediati Hariyadi alias Titik Soeharto, saat dihubungi secara terpisah, di Jakarta dan Yogyakarta, Jumat.
"Kesejahteraan peternak lokal, yang belakangan ini terangkat karena harga daging sapi naik signifikan, terancam lagi kalau pemerintah memutuskan impor daging sapi," ujar Pande.
Selain itu, rencana impor juga kian menunjukkan ke-tergatungan pemerintah terhadap impor dalam memenuhi kebutuhan akan daging sapi di dalam negeri. Itu juga berarti program swasembada daging mulai tahun 2014 bermakna retorika belaka. "Sama seperti kebanyakan program lain," kata Pande.
Menurut dia, penghentian impor daging sapi, beberapa waktu lalu, sudah berdampak meningkatkan kesejahteraan peternak lokal. Mereka bisa menikmati pe-ningkatan penghasilan.
"Memang konsumen terbebani oleh tingginya harga daging ini. Tetapi, sekarang pasokan sudah normal, sehingga berdampak menstabilkan harga daging," ucap Pande.
Dia menekankan, seharusnya pemerintah menghadapi tekanan importir daging sapi yang hanya memi-kirkan keuntungan.
Sementara itu, Titik Soeharto menyatakan, berbagai impor yang dilakukan pemerintah hanya merugikan petani dan peternak lokal. Impor juga menghambur-hamburkan uang negara, yang seharusnya digunakan untuk peningkatan kesejahteraan rakyat.
Titik, yang dihubungi di sela menghadiri peresmian monumen kelahiran Jenderal Besar Soeharto, di Dusun Kemusuk Lor, Desa Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta, Jumat, mengaku prihatin oleh berbagai kebijakan impor.
Dia mencontohkan, impor singkong saja mencapai miliaran rupiah, padahal petani lokal mampu memproduksi singkong mengingat tanaman singkong gampang dan murah ditanam.
Sementara itu, Kementan mengalokasikan anggaran untuk kredit ketahanan pangan dan energi (KKPE) sebesar Rp 2 triliun untuk tahun ini. Itu meningkat Rp 1,1 triliun dibanding tahun lalu. Mentan Suswono, di Jakarta, Jumat, menyebutkan, tahun lalu alokasi dana KKPE hanya Rp 900 miliar.
"Dengan pemberian kredit tersebut, petani dan peternak dapat mengembangkan usaha, khususnya dalam rangka mengejar program swasembada pangan. Mudah-mudahan saja peternakan lebih maju, karena di peternakan penyerapan dana KKPE masih kurang," tutur Suswono.
Selain KKPE, pemerintah juga memberikan fasilitas kredit usaha pembibitan sapi (KUPS). Namun, besaran nilainya belum diketahui. "Khusus untuk kredit ketahanan pangan ini, bunga kredit ditetapkan 4 persen, kecuali dari perbankan di atas itu," kata Suswono.
Kredit KKPE tersedia di sejumlah bank nasional, seperti Bank BNI, Bank Mandiri, juga Bank BRI. Selain peternak, KKPE juga bisa dimanfaatkan nelayan, pembudidaya ikan, dan pelaku usaha di sektor perkebunan melalui kelompok tani dan koperasi.
Sementara itu, untuk memperlancar pasokan daging sapi dari sentra-sentra peternakan nasional, mulai Maret ini, PT Kereta Api Indonesia (KA) menyiapkan gerbong khusus. Gerbong khusus ini dilengkapi pendingin untuk menjaga kualitas daging hingga sampai di daerah pemasaran, khususnya Jakarta.
Dirjen Peternakan kementan Syukur Iwantoro mengatakan, peternak mendistribusikan sapi ke Jakarta sudah berbentuk daging beku. "PT KAI mengangkut daging beku menggunakan coldstorage (pendingin) berkapasitas 20 ton," tuturnya.
Biaya angkut yang dibebankan ke peternak sebesar Rp 300 per kg. Syukur mengatakan, daging sapi beku diambil dari daerah sentra produsen di Jateng, Jatim, dan Bali.
Selama ini, belantik atau pedagang ternak kerap mengirimkan sapi hidup menggunakan truk. Lamanya waktu tempuh di perjalanan tidak jarang membuat sapi menjadi stres dan sakit. Belum lagi biaya distribusi juga lebih mahal.

Dari luar Pulau Jawa distribusi daging sapi beku akan menggunakan jasa maskapai Merpati Nusantara Airlines (MNA) dengan kapasitas angkut setiap penerbangan mencapai 3 ton. Daging sapi beku dipasok dari Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Sulsel. Daging yang diangkut menggunakan pesawat hanya berkualitas premium yang spesial untuk steak. (Bayu/Sugiharto/Budi Seno) 
 
Siti Hediati Hariyadi, Ketua DPP Partai Golkar Bidang Petani dan Nelayan
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar