Kamis, 27 Desember 2012

Beras India Terlambat Datang

27 Desember 2012

SINGAPURA—Sekitar 59 ribu ton beras impor dari India untuk Indonesia tak sanggup memenuhi tenggat waktu pengiriman pada 25 Desember. Pemasok beras membutuhkan lebih banyak waktu akibat persoalan logistik, demikian keterangan pejabat perindustrian dan kargo di New Delhi, Mumbai, Jakarta, dan Singapura.
Hampir separuh dari volume kontrak sebesar 120 ribu ton belum diberangkatkan dari pelabuhan India. Hanya 7 ribu ton beras yang dikirim hingga akhir pekan lalu, demikian keterangan pada Rabu.
Badan Urusan Logistik (Bulog) membeli beras India dengan kadar patah 15% dari LT Foods Ltd. dan Amira Group lewat suatu tender pada akhir Oktober untuk sekitar $438 (sekitar Rp 4,2 juta) per ton berdasarkan biaya dan kargo (C&F). Besaran itu lebih kecil $32 (Rp 308 ribu) per ton dibanding beras patah (broken rice) Vietnam.
Indonesia merupakan importir beras terbesar dunia pada 2011. Penundaan pengiriman atau pembatalan pesanan dari India bisa memicu kenaikan harga beli beras dari Vietnam. Sebab, musim tanam lokal berikutnya baru akan dipanen pada Maret.
Jika Bulog tidak mengizinkan perpanjangan waktu pengiriman, pemasok dari India akan semakin berhati-hati saat menawarkan beras dengan tenggat sempit ke Indonesia, demikian prediksi pelaku saham di Singapura.
Impor beras adalah salah satu upaya Bulog untuk mempertahankan stok beras sekitar 2 juta ton. Pasokan sebesar itu untuk menjaga kesiapan Indonesia dalam menghadapi inflasi dan kenaikan harga. Bulog sejatinya ingin mengimpor 200 ribu ton beras India. Namun, sebagian besar tawaran melampaui $450 (sekitar Rp 4,3 juta) per ton C&F. Banyak pula penawar yang merasa tenggat pengiriman 25 Desember terlalu berat.
“Meski proses tender sudah diselesaikan pada akhir Oktober, verifikasi fisik stok beras di gudang pasokan oleh Bulog, pengesahan surat kontrak, serta pembukaan jalur kredit menghabiskan waktu sebulan lagi,” kata eksekutif LT Foods kepada Dow Jones Newswires.
Dari 30 ribu ton pesanan yang diserahkan kepada LT Foods, sebanyak 21 ribu ton di antaranya sudah dikirim ke Indonesia. Berdasarkan keterangan eksekutif LT Foods, sebanyak 9.700 ton lainnya masih berada di pelabuhan Kandla. Perusahaan itu secara khusus meminta penambahan waktu pengiriman.
Pejabat Bulog mengonfirmasi penundaan pengiriman. Namun, menurut mereka, pemerintah hanya mengizinkan Bulog mengimpor beras sesuai periode kontrak.
Amira Group, yang menerima pesanan 90 ribu ton beras dari Bulog, belum mengirim sekitar 49.400 ton. Petinggi perusahaan itu mengonfirmasi penundaan tanpa menjelaskan detailnya. Bulog juga menolak pengiriman beras dari Amira dalam kesepakatan sebelumnya pada Maret. Penolakan itu menyusul keterlambatan pengiriman beras.
“Sejak menyelesaikan kontrak sekitar sebulan lalu, hujan deras mengguyur pelabuhan. Pengiriman dari Vietnam juga tiba di Indonesia, mengakibatkan kepadatan. Sebanyak 50% pesanan sudah mulai dikirim. Bulog harus mempertimbangkan perpanjangan waktu pengiriman,” kata seorang pejabat All India Rice Exporters Association. Ia menambahkan, beras India adalah yang termurah. Selain itu, kualitas beras India juga memenuhi spesifikasi Bulog.
Gudang logistik Indonesia itu membeli 600 ribu ton beras patah 15% dari Vietnam untuk sekitar $470 (Rp 4,5 juta) per ton C&F pada Oktober dan November.
Pejabat Bulog mengatakan, sebelum penawaran dimulai, calon pemasok beras India telah mendapat penjelasan bahwa semua pengiriman sudah harus dilakukan pada 15 Desember dan tiba 25 Desember.
Indonesia biasanya membeli beras lewat kesepakatan pemerintah dengan Vietnam dan Thailand. Pada 2011, untuk pertama kali dalam hampir satu dekade, impor Indonesia berpindah ke India. Perpindahan terutama disebabkan pasokan beras Thailand yang minim. Ditambah lagi, pemerintah Thailand membeli beras dari petani lokal di atas harga pasar.

http://indo.wsj.com/posts/2012/12/27/beras-impor-india-terlambat-datang/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar