Rabu, 20 Januari 2016

Gubernur Gerah Ulah Bulog

Rabu, 20 Januari 2016

MATARAM – Gubernur NTB TGH Zainul Majdi kembali dibuat gerah oleh ulah  Badan Urusan Logistik  (Bulog) Divisi Regional (Divre)  NTB.

 Setelah dengan tegas menolak rencana Bulog yang akan menjadikan pelabuhan Lembar sebagai tempat singgah distribusi beras impor, kini beras dari Jawa Timur yang akan dimasukkan ke NTB yang membuatnya gerah. Menurut Gubernur, produksi beras NTB selama ini berlimpah ruah. Bahkan peningkatan produksi beras pada tahun 2015 diatas 10 persen sehingga mampu membantu kebutuhan nasional. "Ini kok  kenapa mau tambah stok beras dari luar, saya tetap menolak beras luar masuk NTB," tegasnya, Selasa  kemarin (19/1).

 Hal yang membuatnya semakin gerah karena sampai saat ini tidak pernah ada laporan sama sekali. Pihak Bulog seharusnya merundingkan terlebih dahulu dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) apabila ingin memasukkan beras dari luar daerah.

Menindaklanjuti masalah tersebut, dirinya akan segera mencari informasi lebih detail kepada pihak Bulog. "Nanti akan langsung saya minta laporannya ke Bulog, biar jelas hal darurat apa yang membuat Bulog mau masukkan beras luar," ujarnya.

 Ditegaskan Gubernur, apabila Bulog memang kekurangan stok beras, seharusnya tetap membeli di NTB. Masih banyak petani dan penjual beras yang bisa dibeli oleh pihak Bulog untuk memenuhi stok. Tidak perlu repot-repot mencari beras dari luar daerah lalu memasukkan ke NTB.

 Gubernur tidak ingin Provinsi NTB yang dikenal sebagai lumbung padi dan selalu membantu kebutuhan beras nasional malah mendatangkan beras dari luar daerah. "Kalau kekurangan stok, Bulog beli disini saja," tandasnya.

 Akhir bulan Januari ini, Divre Bulog NTB akan memasukkan beras dari Jawa Timur ke NTB. Hal itu dilakukan karena stok yang ada saat ini tinggal sedikit. Untuk mengantisipasi hal itu, pihak Bulog mendatangkan beras dari daerah lain.

  Perum Bulog  pada akhir Januari 2016 akan mendatangkan 7 ribu  ton lebih beras komersil dari Provinsi Jawa Timur. Bulog Divre NTB terpaksa memasukan beras asal Jatim, karena kondisi stok dalam daerah hanya sampai Februari 2016.

“Karena awal tahun belum dilakukan pengadaan, maka kami memasukan beras komersil asal Jatim. Ini bukan beras impor tapi beras pengadaan dalam negeri,” kata Kepala Perum Bulog Divre Provinsi NTB, W. Kuswinhartomo kepada  Radar Lombok Selasa kemarin (19/1).

Kuswin menegaskan, kedatangan beras komersil jenis premium dari Jawa Timur  tersebut merupakan beras pengadaan dalam negeri. Tidak seperti yang diisukan, kalau beras impor masuk di NTB. Karena sesuai dengan perintah Gubernur NTB,  TGH M . Zainul Majdi untuk menolah beras impor masuk ke wilayah NTB, maka Perum Bulog NTB mematuhi keinginan pemerintah daerah dengan tidak memasukan beras impor masuk ke NTB.

Menurut Kuswin, beras komersil yang akan dimasukan ke wilayah NTB sekitar akhir Januari 2016 sebanyak 7 ribu ton itu jenis premium. Beras komersil jenis premium itu akan dijadikan sebagai beras miskin (raskin). Beras komersil jenis premium ini akan dibagikan mengganti beras jenis medium yang selama ini menjadi raskin. “Karena stok beras sampai Februari, maka beras komersil jenis premium asal Jatim itu akan dibagikan untuk raskin di NTB,” terang Kuswin.

Kuswin mengaku kebijakan yang diambil untuk mendatangkan beras pengadaan dalam negeri dari Provinsi Jatim jauh sebelumnya sudah disampaikan dan dikoordinasikan dengan pemerintah provinsi (Pemprov) NTB. Pada prinsipnya Pemprov NTB menyetujui pemasokan beras pengadaan dalam negeri yang berasal dari Provinsi Jatim.

Selain itu, kebijakan untuk mendatangkan beras komersil jenis premium dari Provinsi Jatim dikarenakan stok a di gudang Bulog di NTB hanya sampai Februari, sementara saat ini di NTB ketersediaan belum ada karena masa panen belum ada.

“Pemasokan beras asal Jatim ini sebagai salah satu upaya agar tidak terjadi inflasi yang disebabkan oleh beras. Dan ini murni beras produksi dalam negeri bukan beras impor,” jelasnya.

 Keterbatasan stok cadangan beras produksi dalam daerah, disebabkan, pengadaan beras dalam daerah oleh Perum Bulog Divre NTB pada tahun 2015 gagal tercapai, khususnya pengadaan beras upsus dengan target 100 ribu ton. Namun yang tercapai dibawah 60 ribu ton.

 Rendahnya serapan  pembelian gabah petani oleh Bulog NTB karena persoalan harga jual di tingkat petani cukup tinggi. Akibatnya, Bulog tidak  mampu menyerap gabah petani sesuai dengan target meski mereka melibatkan sejumlah mitra termasuk juga pihak TNI dalam hal ini Babinsa di seluruh wilayah di NTB.

Akibat tidak bisa terpenuhinya pembelian gabah petani sesuai target 100.000 ton tersebut, berdampak terhadap stok beras dalam daerah yang terbatas. Alhasil, Bulog Divre NTB terpaksa mendatangkan beras pengadaan dalam negeri, asal Jatim sebanyak 7 ribu  ton dengan jenis preium yang merupakan beras komersil.

Sebelumnya, Pemerintah Pusat sudah mengirim beras impor asal Thailand dan Vietnam sebanyak 60 ribu ton ke wilayah Provinsi NTB. Namun belum sempat nyandar di Pelabuhan Lembar, kapal pengangkut beras impor asal Vietnam dan Thailand itu di “usir” oleh Gubernur NTB, TGH M. Zainul Majdi.

Pemprov NTB menolak keras dan bahkan mengharamkan beras impor masuk ke wilayah daratan NTB. Asalannya, jika beras impor sudah masuk di NTB, maka beras hasil petani dalam daerah akan anjlok dan barang tentu akan merugikan petani NTB. Akhirnya, beras impor sebanyak  60 ribu ton yang seharusnya masuk ke NTB dialihkan menuju Banyuwangi, Jawa Timur. “Karena Pemprov NTB menolak beras impor, maka di NTB tidak ada masuk beras impor hingga saat ini,” pungkas Kuswin. (zwr/cr-luk)

http://www.radarlombok.co.id/gubernur-gerah-ulah-bulog.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar