Jumat, 31 Juli 2015

Raskin Berkutu, Warga Enggan Konsumsi Raskin Bulog - iNews Siang 31/07

Sejumlah Petani di Padang Masih Enggan Jual Beras ke Bulog

Padang, 29/7 (Selasar) - Sejumlah petani di Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar) masih merasa enggan untuk menjual beras hasil produksinya ke Badan Urusan Logistik (Bulog), karena harga yang ditawarkan jauh lebih rendah dibandingkan dengan harga dari tengkulak.

Salah seorang petani di Kuranji Kota Padang, Nazir, Rabu, mengatakan kalau ia lebih memilih menjual beras ke tengkulak, karena lebih menguntungkan dibandingan dengan bulog.

"Saya tidak mendapat untung jika harus menjual ke Bulog, karena biaya yang dihabiskan untuk keperluan bertani cukup besar," katanya.

Ia menjelaskan, bulog membeli beras sesuan dengan harga pembelian pemerintah (HPP) yaitu sebesar Rp7.300 per kilogram, sedangkan tengkulak bisa membeli beras dengan Rp9 ribu per kilogram hingga lebih.

Berkaitan dengan itu, Kasi Tata Usaha (TU) Umum dan Humas Bulog Sumbar, Saidi mengatakan bahwa bulog diharuskan membeli beras dibawah atau sesuai dengan harga HPP.

"Jika harga beras di atas HPP, maka Bulog tidak diharuskan membelinya,"paparnya.

Menurutnya, hal tersebut dapat membantu petani Sumbar, karena bisa menjual beras daerah lain dengan harga di atas HPP.

"Kebanyakan beras dari Sumbar dikirim ke Pekanbaru dengan harga diatas HPP,"jelasnya.

Sementara itu, Menteri Pertanian (Mentan), Amran Sulaiman tetap meminta petani untuk menjual padi hasil produksi mereka ke Perum Bulog untuk mengamankan ketersediaan beras nasional.

"Meskipun harga (pembelian Bulog) lebih rendah Rp100 atau Rp200 per kilogram dari harga pasaran tidak masalah. Serahkan saja ke Bulog untuk kepentingan nasional."katanya.

Saat ini pemerintah menetapkan harga pembelian padi dan beras oleh Bulog untuk gabah kering panen (GKP) sebesar Rp3.700 per kg, gabah kering giling (GKG) Rp4.600 per Kg dan beras sebesar Rp7.300 per Kg.

https://www.selasar.com/gaya-hidup/sejumlah-petani-di-padang-masih-enggan-jual-beras-ke-bulog

Kamis, 30 Juli 2015

FPRM Sorot Kasus 70 Ton Raskin Raib

Kamis, 30 Juli 2015

* Pertanyakan Status Penadah

LANGSA - Kasus hilangnya 70 ton beras untuk rumah tangga miskin (Raskin) di Kecamatan Pante Bidari, Aceh Timur kembali menjadi sorotan masyarakat. Ketua Forum Peduli Rakyat Miskin (FPRM) Nasruddin mempertanyakan kinerja polisi dalam mengusut kasus yang terbongkar pada awal Maret 2015 lalu itu. Diduga kuat kasus ini melibatkan sejumlah kilang padi sebagai penadah. Menurut Nasruddin penadah adalah tindakan yang melawan hukum sehingga dapat dikenakan ancaman tiga bulan sampai empat tahun penjara (pasal 480 KUHP).
“Seharusnya, pihak penadah (pembeli) bisa juga dikenakan pasal pidana karena menerima barang dari hasil tindak kejahatan,” kata Nasruddin kepada Serambi, Selasa (28/7). Menurutnya penyidik sudah sepatutnya dapat menyangka bahwa barang tersebut berasal dari suatu kejahatan atau sebaliknya. Kapolres Aceh Timur AKBP Hendri Budiman melalui Kasat Reskrim AKP Budi Nasuha kepada Serambi, Minggu (28/6) menyebutkan, pihaknya telah memeriksa Nurmala, petugas penyalur Raskin di Kantor Camat Pantee Bidari, sebagai tersangka pada Selasa 9 Juni lalu.
Namun hingga kini tersangka belum ditahan karena masih menunggu hasil audit Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Provinsi Aceh. “Kita tunggu saja (hasil audit BPKP). Mereka yang berhak untuk mengaudit kerugian keuangan negara jadi kita saat ini menunggu giliran BPKP turun ke Aceh Timur untuk mengaudit,” ujarnya. Polisi juga masih mendalami keterlibatan pihak lain dalam kasus ini. “Sejauh ini belum ada tersangka lain yang tercium, namun kita masih mendalaminya,” papar Kasat Reskrim. Sebelumnya diberitakan, sejak diusut 3 Maret lalu, polisi masih menetapkan satu seorang tersangka yaitu Nurmala sebagai petugas penyalur Raskin di kantor Camat Pantee Bidari.
Selain menetapkan Nurmala sebagai tersangka, penyidik Polres Aceh Timur juga sudah memeriksa dua orang penadah yaitu Sabirin dan M Isa sebagai saksi. “Kita bukannya memperlambat atau menghambat prosesnya. Akan tetapi kita terkendala pada pihak BPKP yang sampai saat ini belum turun ke lapangan. Jadi saya harap masyarakat juga bersabar,” kata Kasat Reskrim AKP Budi Nasuha. Menurut rencananya tim audit BPKP dalam pekan ini turun ke Aceh Timur untuk mengaudit jumlah kerugian negara. Polisi juga masih mendalami kasus ini, dan memungkinkan adanya tersangka baru. Rabu (29/7) kemarin penyidik juga sudah melayangkan surat panggilan kepada kepala Bulog Drive Regional I Aceh untuk dimintai keterangan sebagai saksi. (yuh/c49)

http://aceh.tribunnews.com/2015/07/30/fprm-sorot-kasus-70-ton-raskin-raib

Berkurangnya Isi Raskin, Polres Gowa Akan Periksa Surveyor Bulog Provinsi

Rabu, 29 Juli 2015

Laporan Wartawan Tribun Timur Wa Ode Nurmin
TRIBUN-TIMUR.COM, SUNGGUMINASA - Kepolisian Resort Gowa menjadwalkan akan melakukan pemeriksaan terhadap surveyor Bulog Provinsi Sulsel, terkait kasus pencucukan raskin yang terjadi di Gowa awal Juni lalu.
Kasat Reskrim Polres Gowa, AKP Mochammad Yunus Saputra, mengatakan, pemeriksaan tersebut untuk mengetahui apakah telah terjadi pengurangan takaran raskin saat proses pendistribusian dari provinsi ke Gowa.
"Kita akan periksa surveyor nya. Apakah dia mengetahui ada pengurangan dari 15 kg menjadi 13 kg. Karena kita belum mengetahui dimana pengurangan takaran ini dilakukan. Apakah saat distribusi provinsi ke kabupaten, atau kabupaten ke tiap kecamatan, " ujarnya, saat ditemui tribun, Rabu (29/7/2015).
Juni lalu, Polres Gowa mengamankan tiga pelaku pencucukan raskin di Desa Kampili, Kecamatan Palangga, Gowa, saat proses pendistribusian ke kecamatan.
Pelaku yakni sopir truk, Ardi, dan dua kernetnya Zainuddin dan Syamsuddin, tertangkap tangan sedang mencucuk raskin atau mengurangi takaran dalam karung. Atas perintah oknum yang merupakan koordinator pengangkutan raskin.
Namun sayangnya, otak aksi pencucukan yakni LW dan RR berhasil kabur.
Raskin sebanyak 500 karung tersebut berisi 15 kg namun dikurangi menjadi 13 kg - 14 kg. Dan saat ini sekira 160 karung raskin masih diamankan di Polres Gowa.
"Kita belum mengetahui pasti apakah pengurangan terjadi ada kerjasama antara pegawai bulog dengan pihak distributor atau kepala bulog nya sendiri, " ujarnya.
Sebelumnya, diawal Juli kemarin Polres Gowa sudah melakukan pemeriksaan terhadap Kepala Bulog Gowa, Muh Nasir. Dari pemeriksaan, Nasir hanya menjelaskan proses pendistribusian raskin.

http://makassar.tribunnews.com/2015/07/29/berkurangnya-isi-raskin-polres-gowa-akan-periksa-surveyor-bulog-provinsi

Bulog Madiun Kesulitan Serap Beras Petani

Rabu, 29 Juli 2015

BULOG Sub Divre IV Madiun, Jawa Timur, sejak satu bulan terakhir ini kesulitan dalam pengadaan beras. Biasanya penyerapan beras rata-rata dapat 500 ton per hari, sekarang hanya bisa mendapatkan 150 ton per hari. Malah tak jarang hanya mendapat 100 ton atau 50 ton per hari.

"Seretnya penyerapan beras ini terasakan sejak satu bulan terakhir ini atau sejak bulan puasa lalu. Karena itu hingga akhir Juli ini, kami baru mendapatkan 17.000 ton beras," kata Kepala Bulog Sub Divre IV Madiun Rahmat Syahjoni Putra, Rabu (29/7).

Seretnya penyerapan beras ini, sambung Syahjoni, banyak ragam penyebabnya. Di antaranya dampak gagal panen akibat bencana kekeringan di berbagai daerah, harga beras di pasaran lebih tinggi, dan banyak pedagang beras luar kota yang melakukan pembelian dengan harga tinggi di wilayah Bulog Sub Divre IV Madiun (Kabupaten/Kota Madiun dan Kabupaten Ngawi).

"Saya kira itulah yang menjadikan Bulog Madiun seret melakukan penyerapan beras sekarang ini. Banyak petani sekarang menjual gabah atau berasnya kepada para pedagang yang membeli berasnya dengan harga lebih tinggi dibanding Bulog. Biasalah itu kalau harga di pasaran lagi tinggi, Bulog ditinggalkan. Tapi kalau harga di pasaran lagi jatuh, petani ramai-ramai memaksa Bulog untuk melakukan pembelian," ungkapnya.

Meski kini penyerapan beras jauh dari target, jelas Syahjoni, angka tersebut masih mencukupi untuk stok pangan di wilayahnya hingga akhir tahun 2015. Sebab masih ada sisa stok beras tahun 2014 lalu, yang bisa membantu untuk kebutuhan pangan tahun ini ketika penyerapan beras beras menurun.

Melihat fenomena bencana kekeringan yang meluas, ia pesimistis target penyerapan beras tahun 2015 sebesar 55.000 ton itu bisa tercapai. Sedangkan kini sudah setengah tahun baru bisa mendapatkan 17.000 ton.

Apalagi dengan bencana kekeringan sekarang banyak petani menanam palawija. Para petani beralih tanam palawija itu karena menghindari puso atau gagal panen akibat bencana kekeringan yang kini sedang berlangsung.

"Saya melihat sekarang ini petani banyak yang tanam palawija. Untuk itu penyerapan beras akan seret kita dapatkan. Tapi kami yang berada di daerah lumbung padi ini tetap optimis target penyerapan beras itu bisa terpenuhi untuk tahun 2015 ini," ucap Syahjoni penuh harap.(Q-1)

http://www.mediaindonesia.com/misiang/read/2645/Bulog-Madiun-Kesulitan-Serap-Beras-Petani/2015/07/29

Rabu, 29 Juli 2015

Dihargai Rendah, Petani Ogah Jual Beras ke Bulog

Rabu , 29 Juli 2015

Rimanews - Sejumlah petani di Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar) masih merasa enggan untuk menjual beras hasil produksinya ke Badan Urusan Logistik (Bulog), karena harga yang ditawarkan jauh lebih rendah dibandingkan dengan harga dari tengkulak.

Salah seorang petani di Kuranji Kota Padang, Nazir, Rabu (29/07/2015), mengatakan kalau ia lebih memilih menjual beras ke tengkulak, karena lebih menguntungkan dibandingan dengan bulog. "Saya tidak mendapat untung jika harus menjual ke Bulog, karena biaya yang dihabiskan untuk keperluan bertani cukup besar," katanya.

Ia menjelaskan, bulog membeli beras sesuan dengan harga pembelian pemerintah (HPP) yaitu sebesar Rp7.300 per kilogram, sedangkan tengkulak bisa membeli beras dengan Rp9 ribu per kilogram hingga lebih.

Berkaitan dengan itu, Kasi Tata Usaha (TU) Umum dan Humas Bulog Sumbar, Saidi mengatakan bahwa bulog diharuskan membeli beras dibawah atau sesuai dengan harga HPP.  "Jika harga beras di atas HPP, maka Bulog tidak diharuskan membelinya,"paparnya.

Menurutnya, hal tersebut dapat membantu petani Sumbar, karena bisa menjual beras daerah lain dengan harga di atas HPP. "Kebanyakan beras dari Sumbar dikirim ke Pekanbaru dengan harga diatas HPP,"jelasnya.

http://nasional.rimanews.com/peristiwa/read/20150729/225849/Dihargai-Rendah-Petani-Ogah-Jual-Beras-ke-Bulog

Selasa, 28 Juli 2015

Penyidik Polres Bojonegoro Panggil Kepala Gudang Bulog Kasus Raskin Berkutu

Selasa, 28 Juli 2015

TRIBUNNEWS.COM, BOJONEGORO - Selasa (28/7/2015) hari ini, penyidik Polres Bojonegoro berencana memeriksa seorang kepala gudang Badan Urusan Logistik Dubdrive Bojonegoro untuk kasus beras untuk orang miskin (raskin) berkutu.

Pemeriksaan ini yang pertama kalinya dilakukan penyidik terhadap kepala gudang Bulog tersebut.

Jika kepala gudang itu datang, penyidik akan menetapkan statusnya sebagai tersangka pendistribusian beras berkutu dan bermutu jelek sekitar dua bulan lalu.

"Mudah-mudahan yang bersangkutan memenuhi panggilan pemeriksaan oleh penyidik," ungkap Kapolres Bojonegoro, AKBP Hendri Fiuser kepada Surya (Tribunnews.com Network), Selasa (28/7/2015).

Menurut Hendri, jika dia datang, penyidik langsung menetapkan dia sebagai tersangka. Namun, jika tidak datang memenuhi panggilan penyidik hari ini, pihaknya akan memanggil dia hingga tiga kali.

Hendri enggan menyebutkan, siapa kepala gudang Bulog yang akan diperiksa.

Menurut Hendri, penyidik bakal menjerat kepala gudang Bulog itu menggunakan undang-undang pangan karena menyebarkan pangan tidak sesuai mutu.

"Yang jelas, nama sudah kami kantongi," ujarnya.

Sebelumnya, penyidikan itu dilakukan setelah polisi mendapat laporan dari warga mengenai buruknya kualitas raskin.
Raskin tersebut berkutu dan bubuken (sebagian menjadi tepung).

Penyidik kemudian mengamankan beras yang akan didistribusikan kepada warga itu sekitar 800 ton.

Hari Ini Satu Orang Bulog Dipanggil Sebagai Tersangka Kasus Raskin Berkutu

Selasa, 28 Juli  2015  

suarabojonegoro.com - Akhirnya kasus raskin tidak layak konsumsi yang didistribusikan untuk rakyat miskin (raskin) di Desa Jumok Kecamatan Ngraho Kabupaten Bojonegoro menetapkan satu tersangka.

"Sudah ada satu tersangka, besok Selasa (28/7) (hari ini.red) akan kami panggil sebagai tersangka," kata Kapolres Bojonegoro, AKBP Hendri Fiuser.

Menurutnya satu tersangka tersebut adalah orang yang bertanggung jawab penuh atas pendistribusian raskin di Desa Jumok Kecamatan Ngraho Kabupaten Bojonegoro yang berkwalitas buruk dan tidak layak konsumsi.

"Tersangka orang dari pihak Bulog bukan rekanan," tambahnya.

Lebih lanjut, Kapolres juga memaparkan satu tersangka yang merupakan salah satu kepala di Bulog Subdivre 3 Bojonegoro hari ini akan dipanggil sebagai tersangka dan jika tidak datang maka akan ada panggilan kedua dan penjemputan paksa.

"Ada beberapa pelanggaran hukum yang dilanggar salah satunya adalah UU Pangan," tandas AKBP Hendri. (Ney)

http://www.suarabojonegoro.com/2015/07/hari-ini-satu-orang-bulog-dipanggil.html

Bisnis Raskin di Ambon Menggiurkan

Senin, 27 Juli 2015

AMBON - Penjualan beras untuk rakyat mis­kin (Raskin) yang selama ini terjadi di se­jumlah desa di Ambon diduga tak sesuai de­ngan ketentuan. Karena ternyata masih ada kelurahan/desa di Kota Ambon yang me­ngambil untung dari penjualan raskin di masyarakat. Nyatanya, harga beli raskin di Bulog lebih rendah dari harga jual ke masya­rakat. Selisihnya bisa Rp 400 per kilogram.

Sesuai ketentuan setiap KK mendapat ja­tah 15 kilogram raskin setiap bulannya. Masya­rakat yang mendapat kupon bisa lang­sung datang ke kantor desa/kelurahan untuk mem­beli raskin. Namun, harga per karung yang dijual desa kepada masyarakat sebesar Rp 31.000. Padahal kalau dihitung hitung, har­ga beli dari bulog Rp 1.600 per kilogram atau Rp 24.000 per karung.

Salah satu warga Kapaha, Ke­lurahan Pan­­dan Kasturi, Rahma mengaku setiap mem­­beli raskin dirinya harus membayar Rp 31 .000. Ia pun tidak mengetahui harga per kilo­gram yang dijual bulog kepada pihak desa/kelurahan.

“Kita biasa beli harganya Rp 31 ribu. Kita ju­ga tidak tahu harga perkilonya. Karena kan dijatahi sekarung ukuran 15 kilo,” ujarnya, Sabtu (25/7).

Ia menandaskan, pihaknya juga tidak pernah mau bertanya-tanya kepada pihak kelurahan. Lantaran mendapatkan jatah raskin saja, dirinya sudah sangat bersyukur.

Setelah koran ini melakukan konfirmasi dengan Kepala Bidang Pe­layanan Perum Bulog Maluku-Maluku Utara, Kadir Kosso, ia mengaku kaget di Kota Ambon ada desa/kelurahan yang menjual dengan harga demikian.

“Kalau diluar Ambon dijual agak mahal memang wajar. Karena ada biaya transportasi dengan ja­rak yang cukup jauh. Tapi kalau di dalam kota, harga itu tergolong ma­hal,” ujarnya.

Sebenarnya, kata dia, Bulog tidak memiliki kewenangan untuk me­netapkan standar harga jual ras­­kin. Lantaran, yang diketahui, Bulog menjual raskin kepada dis­tri­butor atau desa/kelurahan/keca­matan dengan harga Rp 1.600 per kilogram. Untuk selanjutnya mau dijual berapa, Bulog tidak memiliki kewenangan sampai kesitu.

“Kalau harga jual demikian. Itu terserah masyarakat saja. Kalau mereka tidak keberatan ya tidak apa-apa,” tukasnya.

Ia menyebutkan, ada beberapa ke­mungkinan yang membuat har­ga jual mahal. Bisa saja, pihak de­sa/kelurahan menaikkan harga jual, guna membayar upah petugas yang melayani masyarakat mem­beli raskin atau kemungkinan-kemung­kinan lainnya yang buat harga jual menjadi mahal. (CR5)

http://www.kabartimur.co.id/index.php/amboina/item/9180-bisnis-raskin-di-ambon-menggiurkan

Senin, 27 Juli 2015

Kerap Susut, Pemkab Lebak Diminta Sediakan Timbangan di Titik Distribusi Raskin

Minggu, 26 Juli 2015

LEBAK, indopos.co.id – Pemerintah Kabupaten Lebak,B anten, dalam hal ini Bagian Ekonomi, diminta untuk mengalokasian bantuan timbangan di setiap titik distribusi beras untuk orang miskin (raskin) yang ada di Kabupaten Lebak, karena banyak ditemukan adanya penyusutan volume raskin yang sampai ke penerima manfaat.

”Berdasarkan hasil pantauan dilapangan, dibeberapa titik pendistribusian raskin  ditemukan adanya penyusutan berat dari raskin.Karena selama ini kebanyakan hanya menghitung jumlah karung yang dikirim, tanpa tahu berat dari raskin yang berada dalam karung itu,”  ujar Ahmad Syarif, seorang aktivis dari Komunas di Rangkasbitung, Minggu (26/7).

Oleh sebab itu menurut Syarif, tidak ada salahnya Pemerintah Kabupaten Lebak menyediakan timbangan di setiap titik pendistribusian Raskin.Karena sangat penting untuk menakar berat beras yang dialokasikan, karena selama ini kami mensinyalir timbangan atau berat raskin tidak stabil. Dan selama melakukan pantauan dibeberapa titik ditemukan adanya dugaan kekurangan volume disetiap karungnya.

“Kami mengusulkan kepada Pemerintah Kabupaten Lebak dalam hal ini bagian ekonomi untuk mengalokasikan dana untuk pengadaan timbangan disetiap titik pendistribusian raskin," katanya.

Sementara kepala Subdivre Badan urusan Logistik (Subdivre Bulog) Lebak, Herman Sadik yang dikonfirmasi,terkait tudingan adanya pemgurangan volume raskin menegaskan, isu seperti itu tidak ada dan tidak benar adanya dan terkesan mengada ada.

“Saya pastikan,volume raskin sesuai dengan yang tertera dalam karung, dan tidak ada pengurangan jumlah dan volume yang ada di kemasan milik Bulog,” katanya.

Bahkan Herman menantang kepada pihak pihak yang mencurigai adanya pengurangan volume raskin dalam karung, untuk dapat membuktikan tudingannya,” Silahkan buktikan,jika menemukan adanya pengurangan volume raskin,saya siap untuk bertanggungjawab,” tegasnya.(yas)

http://www.indopos.co.id/2015/07/kerap-susut-pemkab-lebak-diminta-sediakan-timbangan-di-titik-distribusi-raskin.html

Warga Bandarbaru Desak Usut Penggelapan Raskin

Minggu, 26 Juli 2015

SERAMBINEWS.COM, MEUREUDU - Warga Gampong Peub Lhok Nibong, Kecamatan Bandarbaru, Pidie Jaya (Pijay) mendesak aparat kepolisian Polsek setempat untuk segera mengusut kasus penggelapan beras untuk rakyat miskin (Raskin) gratis bantuan pemerintah sebanyak 22 Sak dengan memanggil Keuchik gampong setempat.
"Sampai saat ini baru dipanggil dan dimintai keterangan dari empat sksi saja,"sebut Aiyub M Yacob kepada Serambinews.com, Minggu (26/7/2015) selaku salah satu saksi.
Dijelaskan keempat saksi yang telah dimintai keterangan sejak satu pekan lalu yaitu, Aiyub M Yacob, Abdullah Amin, M Harun Usman, dan Abu Bakar Abdurahman. Dari berbagai keterangan saksi, beras Raskin dijual kepada M Ali lalu dijual kepada Mahdi. Adapun barang bukti dari masyarakat sebanyak 22 sak atau setara 330 Kg.
Tak hanya sebatas itu, pihak Keuchik juga menggutip biaya transportasi pada setiap Kepala Keluarga (KK) Rp 2.000 dari 307 KK penerima (Rp 614.000). "Artinya masyarakat telah dirugikan oleh ulah Keuchik hingga mencapai Rp 3 juta lebih,"ujarnya. (*)

http://aceh.tribunnews.com/2015/07/26/warga-bandarbaru-desak-usut-penggelapan-raskin

Minggu, 26 Juli 2015

Gerindra Curigai Mafia Beras Bisiki Jokowi Keluarkan Inpres 5 Tahun 2015

KETUA DPP Partai Gerindra Arief Poyuono mencurigai ada bisikan para mafia beras kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) sehigga mengeluarkan Instruksi Presiden (Impres) Nomor 5 Tahun 2015 tentang Kebijakan Pengadaan Gabah/Beras dan Penyaluran Beras oleh Pemerintah.

Latar belakang keluarnya Impres ini adalah untuk menjaga stabilisasi ekonomi nasional, melindungi tingkat pendapatan petani, dan stabilitasi harga beras.

"Namun Inpres ini memperbolehkan izin Import Beras. Dengan demikian Inpres tersebut kontradiktif dengan semangat Trisakti dan Nawacita dalam hal mensejahterakan petani dengan cara melindungi tingkat pendapatan petani.Serta pencanangan swasembada Pangan disektor pertanian," ujar

"Akibat Inpres Setan tersebut petani pada saat panen raya kuartal pertama tahun 2015 terancam rugi dan tersandera oleh para tengkulak. Inpres Setan ini akan membuat harga gabah kering jatuh," imbuhnya.

Arief menilai janji Bulog yang akan langsung membeli pada petani atau Gapoktan hanyalah omong kosong. Justru para Mafia Beras akan bekerja sama Dengan Bulog meyebarkan para tengkulak dan memodali pembelian gabah petani di bawah harga yang telah ditetapkan oleh Inpres Setan tersebut dengan dalih akan adanya Import Beras.

Setelah para tengkulak mengepul gabah petani, baru dijual Kepada Bulog atau dijual Kepada para Mafia Beras. Dan Hasil keuntungan dari selisih penjualan gabah petani dibagi rata oleh tengkulak dan oknum pejabat Bulog," bebernyaf.

Arief menilai pemerintah sengaja membuat kegaduhan dengan mengurangi pasokan Beras ke Pasar . Caranya dengan memperlambat distribusi beras atau menahan digudang gudang Bulog sehingga harga Beras naik lalu para Mafia Beras dan Tikus Beras di Bulog melakukan tender import Beras .

Izin impor beras sengaja diselipkan oleh Mafia Beras yang berkolaborasi dengan mafia di Istana Negara Dan Tim Ekonomi Jokowi dengan menakut nakuti Jokowi Jika harga Beras naik Jokowi akan digulingkan.

"Sebaiknya Jokowi melakukan Koreksi Terhadap Inpres yang akan membuat Petani tambah miskin akibat jatuhnya harga Gabah dan Inpres yang menghianati Trisakti dan Nawa cita yang disebabkan adanya klausul untuk mengizinkan import Beras," sergahnya.

Kalau, sambungnya, Jokowi tidak mengoreksi Inpres tersebut Dan mencoret Klausul Import Beras berarti Inpres no 5 Tahun 2015 adalah merupakan bagian dari balas budi Jokowi terhadap Mafia Beras yang telah menyumbang saat Pilpres.0.akt

http://korankota.co.id/index.php/web/berita/EKBIS/13680/gerindra-curigai-mafia-beras-bisiki-jokowi-keluarkan-inpres-5-tahun-2015

Warga Ancam ’’Serbu’’ Polres

SABTU, 25 JULI 2015

BLAMBANGANUMPU - Belum adanya perkembangan berarti penyelidikan dugaan kasus penyelewengan raskin di Kampung Jukuhbatu, Kecamatan Banjit, Waykanan, mengundang reaksi. Sekretaris elemen masyarakat Topan Waykanan Syahrial Effendi  mempertanyakan kasus yang terkesan mandek itu. ’’Semua bukti telah kami sampaikan kepada penyidik. Saksi-saksi dan satgas raskin juga telah diperiksa, tetapi mengapa hingga sekarang belum juga ada yang ditetapkan sebagai tersangka?” tandas Syahrial yang juga ketua Forum HKm (Hutan Kemasyarakatan) Waykanan kemarin.

    Dia menerangkan, pihaknya mendampingi masyarakat Jukuhbatu menyampaikan pengaduan ke polres pada 2 April 2015 lalu. Kerugian telah dikalkulasi tipikor polres, termasuk pihak Bulog juga sudah diperiksa oleh penyidik, tetapi belum ada juga yang jadi tersangka.

    Menurut dia, hal itu tentu memunculkan tanda tanya. Bahkan, bisa saja warga akan “serbu” Polres. Warga akan mempertanyakan langsung perkembangan kasus itu. “Warga sudah siap demo ke Polres  kalau dalam waktu dekat ini tidak ada ketentuan akan kelanjutan kasus ini,” tegas Syahrial.

    Terpisah, Kanit Tipikor Polres Waykanan Iptu Saipul Nawas mendampingi Kasatreskrim Polres AKP Ardhy Agung Permadi menerangkan bahwa penyelidikan dan penetapan tersangka dalam kasus Tipikor tidak semudah tindak pidana umum. Sebab harus memenuhi berbagai kriteria. Saat ini pihaknya masih melaksanakan hal itu.

    Ditegaskan, polres tidak pernah mendiamkan kasus yang masuk dan tidak akan pernah mau diintimidasi pihak lain dalam penegakan hukum. Tetapi tentunya sebelum menetapkan seorang tersangka harus terlebih dahulu terpenuhi semua syaratnya. Ini  agar orang yang tidak bersalah tidak menjadi tersangka.

    “Dan perlu saya jelaskan kami masih harus melakukan pemeriksaan terhadap beberapa orang warga Kampung Jukuh Batu lagi, dan setelah itu baru akan melakukan audit investigasi guna mengetahui berapa kerugian negara yang diakibatkan perbuatan tersebut. Hasilnya baru nanti kita ketahui dan menetapkan tersangka atas kasus ini,” tegas Saipul. (sah/c1/adi)  

http://www.radarlampung.co.id/read/lampung-raya/86352-warga-ancam-serbu-polres

Kamis, 23 Juli 2015

Beras Raskin Bau Apek

Kamis, 23 Juli 2015

Bulog: Jika Benar Kami Siap Ganti

PALANGKA RAYA - Dikeluhkannya beras apek oleh warga penerima beras miskin (Raskin) di Kelurahan Palangka, Kecamatan Jekan Raya langsung disikapi Badan Urusan Logistik (Bulog) dan lurah setempat. Petugas Satker Raskin Bulog Palangka Raya, Sisi menegaskan, jika benar beras yang diterima apek maka pihaknya (Bulog, Red) siap mengganti beras tersebut dengan yang baru.

“Selama ini beras yang kami distribusikan tak pernah dikomplain, hanya saja informasinya ada warga Kelurahan Palangka yang mengeluh,” tuturnya didampingi rekan timnya di Kelurahan Palangka, kemarin (22/7).

Menurutnya, kecil kemungkinan jika beras yang didistribusikan ke kelurahan apek atau tak layak konsumsi. Pasalnya, setiap kali beras keluar gudang pihak kelurahan selalu dirangkul untuk sama-sama melakukan peninjauan. Bahkan, lanjut dia, beras yang ada di gudang Bulog semuanya telah disortir untuk mengetahui sejauh mana kualitasnya.

“Intinya kami bertanggung jawab, jika beras kami tak layak konsumsi,” tukasnya.

Sementara, Lurah Palangka, Surya Omega mengaku belum mendapat informasi jika warganya telah mendapatkan beras apek. Pasalnya, jelas Omega, selama dirinya menjabat sebagai lurah, beras Raskin yang didistribusikan ke rumah tangga sasaran penerima manfaat (RTSM) melalui RT tak pernah mengalami masalah.

“Saya belum tahu jika ada masyarakat yang mengeluh,” terangnya.

Disinggung, apakah di Kelurahan Palangka beras Raskin kerap mengendap? Omega menegaskan, dari pendistribusian kepada 599 kepala keluarga pihaknya hanya membutuhkan waktu satu hari. Jika dibilang terjadi pengendapan, sebagai lurah dia merasa keberatan.

“Kami bekerja sama dengan RT dalam pendistribusian beras, sehingga prosesnya cepat dan tak pernah mengendap hingga beberapa hari,” jelasnya. (pri)

http://kaltengpos.web.id/berita/detail/21974/beras-raskin-bau-apek.html

Lagi, Warga Keluhkan Kualitas Raskin

Rabu, 22 Juli 2015

WARU – Meski sering diprotes, kualitas beras untuk warga miskin (raskin) belum juga membaik. Pihak desa hanya bisa ngelus dada ketika ada komplain dari warga penerima raskin. “Sebetulnya saya enggak tega melihat kondisi beras seperti itu.
Tapi mau bagaimana lagi? Kami ini hanya bertugas menyalurkan raskin kepada warga yang berhak,” ujar Nawawi, staf Pemerintah Desa Kureksari, Kecamatan Waru, kemarin. Menurut dia, sejak program raskin digulirkan beberapa tahun lalu, mutu beras raskin tak kunjung membaik meski sering dikeluhkan.
Sekitar tiga bulan lalu pihaknya terpaksa mengembalikan raskin ke kabupaten karena sangat tidak layak konsumsi. “Kutunya banyak,” cerita Nawawi.  Beras rusak itu kemudiandiganti dengan raskin baru. Mutunya pun tak bagus meski masih bisa dikonsumsi.
Nawawi mengaku sering melaporkan kondisi raskin setiap kali sosialisasi yang diadakan pemkab. Namun, pemkab tak bisa berbuat banyak karena program jaring pengaman sosial ini dari pemerintah pusat.
“Tugas kami hanya mengajukan nama-nama warga yang berhak menerima raskin,” katanya. Dengan harga Rp 1.600 per kilogram, menurut Nawawi, beras untuk keluarga miskin ini tidak akan pernah ditemukan di pasar mana pun. Nawawi pernah mencoba memasak raskin dan merasakannya secara langsung. Beberapa kali gagal karena airnya kurang.
“Beda dengan beras biasa di pasar, raskin ini harus pakai banyak air. Kalau tidak akan mengeras seperti kerak,” tuturnya. Dia menganjurkan sebaiknya beras raskin ini dicampur dengan beras biasa. Hasilnya akan jauh lebih bagus.
“Warga di sini umumnya sudah sangat paham kalau raskin itu perlu dioplos beras biasa. Enggak bagus kalau dimasak begitu saja,” katanya. Meski sering dikeluhkan karena kualitasnya yang apkiran, Nawawi berharap program raskin ini tetap dilanjutkan.
Sebab, masih banyak warga kurang mampu yang kesulitan membeli beras dengan harga pasar. Bagaimana kalau raskin diganti uang? Boleh saja, kata Nawawi. Asalkan besaran uangnya disesuaikan dengan harga beras di pasar. “Kalau diganti uang Rp 1600, jelas enggak bisa membeli beras di pasar,” katanya.
Sebelumnya, Bupati Sidoarjo Saiful Ilah meminta SKPD terkait agar memperbaiki kualitas beras yang digelontor untuk warga miskin. Pria yang akrab disapa Abah Ipul ini juga berjanji memastikan kondisi beras layak konsumsi.
“Saya minta agar raskin ini benar-benar diterima keluarga miskin di Sidoarjo. Jangan sampai ada yang menyalahgunakan raskin, misalnya dengan menjualnya lagi,” tegasnya. (nis/rek)

http://dprd-sidoarjokab.go.id/lagi-warga-keluhkan-kualitas-raskin.html

Volume Raskin Disinyalir Berkurang, Pemkab Diminta Alokasikan Bantuan Timbangan

Rabu, 22 Juli 2015

RANGKASBITUNG, BANPOS - Pemkab Lebak diminta untuk mengalokasikan bantuan timbangan di sejumlah titik distribusi Raskin yang ada di Kabupaten Lebak. Pasalnya, volume Raskin disinyalir mengalami pengurangan atau menyusut.

“Kita pikir tidak ada salahnya pemerintah kabupaten menyediakan timbangan disetiap titik pendistribusian Raskin, sebab itu sangat penting untuk menakar berat beras yang dialokasikan, karena selama ini kami mensinyalir timbangan atau berat raskin tak stabil,” ungkap Aktivis Omunas, Ahmad Syarif, Rabu (22/7/2015)

Dia memaparkan, jika pihaknya menemukan dibeberapa titik adanya kekurangan volume beras disetiap karungnya.

“Kami mengusulkan kepada pemerintah Kabupaten Lebak dalam hal ini bagian ekonomi untuk mengalokasikan dana untuk pengadaan timbangan disetiap titik pendistribusian raskin,” Katanya.

Berdasarkan pantauannya, dibeberapa titik pendistribusian raskin, jumlah volume berasnya menciut tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

“Kebanyakan orang dikampung melihat beras tersebut sesuai dengan takaran, padahal jika ditakar ulang volume beras tersebut menciut,”paparnya.

Sementara itu, Kepala Bulog Subdivre Lebak-Pandeglang, Herman Sadik menampik isu terkait pengurangan volume beras raskin tersebut.

“Di Kabupaten Lebak itu bulog baik penakaran ataupun pendistribusiannya sudah bagus dan akurat,” kilahnya. (ADE)

http://bantenpos.co/arsip/2015/07/volume-raskin-disinyalir-berkurang-pemkab-diminta-alokasikan-bantuan-timbangan/

Rabu, 22 Juli 2015

Cek Gudang Bulog di Tolikara, Mensos Temukan Beras Tidak Layak

Selasa, 21 Juli 2015

Jakarta - Saat berkunjung ke Tolikara, Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa menyempatkan diri melihat gudang bulog. Dirinya pun kaget dengan kondisi beras di sana yang tidak layak konsumsi.

"Jelek sekali berasnya. Padahal cadangan beras kita 100 ton dan beras yang diberikan merupakan beras medium bukan raskin," ujar Khofifah bertanya kepada wakil bupati di Tolikara, Papua, Selasa (21/7/2015).

"Bagaimana buat dimakan ini. Kasihan pengungsi juga dikasih beras seperti ini," tambah Khofifah lagi.

Mendengar hal itu, Wakil Bupati Tolikara Amosdi Jiqua mengutarakan beras uang diterima dari bulog memang kondisinya seperti itu. Oleh warga, beras tersebut dijadikan makanan hewan ternak.

"Kita dapat pengiriman tiga bulan sekali dari Wamena. Dengan kondisi seperti itu. Oleh warga akhirnya dijadikan makan ternak," terang Amosdi.

Menanggapi hal itu, Khofifah akan berkoordinasi dengan bulog untuk mengecek kembali beras-beras yang disuplai. "Itulah pentingnya saya ke luar kota untuk memonitoring soal raskin yang tidak layak," tutup khofifah.

(spt/gah)
http://news.detik.com/berita/2972309/cek-gudang-bulog-di-tolikara-mensos-temukan-beras-tidak-layak

Selasa, 21 Juli 2015

TERNYATA ORANG MAMPU MASIH TERIMA

Senin, 20 Juli 2015  
 
Penyaluran Raskin Menuai Protes

WALMAS--Berbicara soal Beras Miskin (Raskin) memang tidak akan pernah ada habisnya. Selain beras yang didrop tidak berkualitas alias kekung-kuningan, juga kondisi beras yang berulat dan tak layak konsumsi sudah menjadi fenomena setiap hari bagi masyarakat di Walmas.
Namun, persoalan yang paling parah yakni, ternyata sampai detik ini, kategori orang mampu (kaya, red) masih juga menerima raskin.
Pertanyaannya, apakah pemerintah salah data, atau pihak penyalur bersama pemerintah setempat bekerja sama dan sengaja memberikan orang mampu beras miskin.
Ini yang harusnya menjadi Pekerjaan Rumah (PR) bagi pemerintah, sebab jika dibiarkan berlarut-larut maka imbasnya akan diraskan sendiri oleh penyalur dan pemerintah.
Jika persoalan tersebut tidak secepatnya ada solusi, maka wajar saja kalau raskin selalu menjadi protes utama bagi masyarakat yang ada di wilayah IV tersebut.
Demikian disampaikan salah seorang warga, sebut saja Ulang, kepada Palopo Pos, via telepon, Minggu, 19 Juli sore kamarin.
Dalam SMS singkatnya, Ulang sangat kecewa terhadap kebijakan pemerintah yang seolah-olah tidak memperhatikan masalah penyaluran raskin di Walmas.
Bahkan, pria yang juga saat ini menahkodai Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gakoptan) di Desa Lalong, Kecamatan Walenrang, menyebutkan dalam pemberian zakat, dan infaq sangat jelas orang-orang yang masuk kategori mampu tidak akan diberikan zakat, justru mereka yang memberi zakat. Tapi kenyataannya dalam penyaluran raskin hak-hak orang yang membutuhkan masih juga diberikan kepada orang yang masuk kategori mampu.
"Perluka masyarakat tau akan kebenaran yang sesungguhnya?. Intinya, pemerintah memberikan raskin pada orang yang dianggaop layak, sementara pengelola zakat tidak memberi pada orang yang dianggap pemerintah orang miskin. Pertanyaannya siapa yang benar, apakah pengelola zakat yang melanggar Al-Qur'an, Surah Almaa'un, ataukah pemerintah yang berlebihan alias salah sata, "tegas Ulang.
Bapak yang juga mengatasnamakan dirinya Pemerhati Rakyat Indonesia Masyarakat Luwu Islam, juga menegaskan, pemerintah tidak boleh mendiamkan persoalan tersebut.
Harusnya, ada koordinasi yang tepat antara pemerintah, penyalur, Badan Pusat Statistik dan pihak Bulog. Mengapa BPS juga dilibatkan, karena instansi tersebut (BPD) yang mengelola data, mengferivikasi sampai mengvalidasi semua data yang ada di tingkat desa/kelurahan. Sehingga, benar atau tidaknya data yang diperoleh kuncinya ada pada BPS.
"Salah besar jika BPS tidak dipanggil jika ada kesalahan-kesalahan seperti ini, makanya saya selaku masyarakat biasa menyarankan kepada pemerintah supaya cepat bergerak sebelum hal-hal yang tidak diinginkan terjadi, "pungkasnya.(ded)

http://www.palopopos.co.id/walmas/item/7186-ternyata-orang-mampu-masih-terima.html

Kamis, 16 Juli 2015

Warga Keluhkan Kualitas Raskin Semakin Luntur di Rambutan Masam

Kamis, 16 Juli 2015

JAMS EKONOMI-Warga yang menerima Beras Miskin (Raskin) pada bulan ini harus merasa kecewa. Pasalnya Raskin yang mereka terima semakin luntur alias cukup buruk kualitasnya dari bulan-bulan sebelumnya.

Seperti diungkapkan beberapa  warga Desa Rambutan Masam, Kecamatan Muara Tembesi, untuk bulan ini kualitas Raskin tidak layak untuk makan.

"Berasnya buruk sekali, selain banyak yang hancur juga warga berasnya pirang." Ujar warga setempat.

Sementara saat wartawan menanyakan langsung dengan Sekdes Rambutan Masam, Moh Husin mengatakan, seharusnya sejak Raskin tersebut masuk ke desa, Kepala Dusun (Kadus) yang  menangani Raskin cepat mengambil tindakan, dan melaporkan hal itu ke pihak Pemkab Batanghari.

"Beras sudah ada datang sekitar 10 hari yang lalu. Dan seharusnya mengetahui kondisi tersebut, cepat beri laporan." Katanya, Rabu (15/7).

Menurut Solihan,  untuk ini Pemerintah Desa lebih cepat mengambil tindakan. Apalagi saat ini sudah memasuki pada pembayaran zakat fitrah. Kalau berasnya tidak layak di komsumsi bagaimana bisa untuk zakat fitrah.

"Ya kasihan warga yang menerima Raskin, Sementara beras tersebut juga akan digunakan untuk zakat fitrah" Sebutnya.

Menanggapi hal itu, Bagian Bulog Provinsi Jambi saat ditelpon oleh pihak Bagian Ekonomi Setda Batanghari mengatakan, agar Raskin yang tidak layak komsumsi dikembalikan ke Bulog, agar diganti dengan beras yang bagus.

"Kita juga memeriksa Raskin sebelum dikirim ke Batanghari dan kalau ada juga ditemukan yang tidak bagus, itu mungkin ada yang lupa. Kalau ditemukan Raskin tidak bagus kembalikan lagi, suapaya kita ganti yang lebih bagus lagi," katanya via telepon seluler.

Sebelumnya hal serupa juga dikatakan oleh Kabag Ekonomi Setda Batanghari, Hendri Jumiral, bila ada ditemukan Raskin tidak bagus, bisa dikembalikan lagi.

"Boleh ditukar lagi dengan beras bagus dari Bulog" Sebutnya.

http://jambstyle.com/detail/warga-keluhkan-kualitas-raskin-semakin-luntur-di-rambutan-masam/

Selasa, 14 Juli 2015

Berkutu, 17 Camat Diperintahkan Tarik Raskin dari Warga

Selasa, 14 Juli 2015

BIREUEN, KOMPAS.com - Bupati Bireuen, Aceh, Ruslan M Daud memerintahkan 17 camat dan Satuan Kerja Perangkat Kabupaten (SKPK) terkait untuk segera menarik seluruh beras untuk warga miskin (raskin) dari Bulog yang telah diterima warga. Perintah itu dikeluarkan Ruslan setelah mengetahui bahwa raskin yang dibagikan tersebut berkualitas buruk.

Ruslan mengaku tak bisa lagi memberikan tolerasi, setelah sekian kali Bulog mempermainkan warga dengan memebrikan beras tak layak makan. (Baca: Bupati Bireuen Berang Warganya Diberi Beras Bulog Berkutu)

Menurut dia, warga hanya tahu bahwa beras berkutu, berdedak, ataupun masih berbulir padi datang dari Pemerintah Kabupaten. Dalam hal ini Pemerintah Kabupatenlah yang disangka mempermainkan warga.

”Namanya juga warga, mana tau asal beras tersebut dari mana, yang diketahui pasti berasal dari Pemda, makanya dikembalikan kemari,” ungkap Ruslan saat dihubungi melalui sambungan telepon Selasa (14/7/2015) pagi.

Dia menegaskan, semua beras yang telah ditarik nantinya akan segera diantarkan kembali ke Bulog. ”Kalau memang timbul cost atau biaya antar dan lain-lain, suruh tanggung pada pihak Bulog supaya ini menjadi pelajaran terakhir bagi mereka,” tandas Ruslan dengan nada tinggi.

http://regional.kompas.com/read/2015/07/14/09282231/Berkutu.17.Camat.Diperintahkan.Tarik.Raskin.dari.Warga.?utm_source=WP&utm_medium=box&utm_campaign=Kknwp

Pengangkatan Tiga Dirut PLN, Pertamina, dan Bulog Dipersoalkan

Senin. 13 Juli 2015

JAKARTA, (PRLM).- Ketua Pendiri Indonesian Audit Watch (IAW) Junisab Akbar mempertanyakan pengangkatan tiga direktur utama di Badan Usaha Negara (BUMN) oleh Menteri BUMN Rini Soemarno. BUMN itu adalah PT Pertamina (Persero), PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), dan Perum Bulog.

"Saat Rini bergabung menjadi motor tim sukses Joko Widodo (Jokowi) yang sekaligus berhasil mengantarkannya menjadi Presiden RI, kami masih belum bisa menyimpulkan seperti apa sebenarnya yang ada dalam pemikirannya," kata Junisab Akbar kepada wartawan di Jakarta, Senin (13/7/2015).

Menurut Junisab, sekarang sudah mulai terang benderang terlihat seperti motifnya. Salah satu parameternya adalah ketika dia mengatur susunan jajaran-jajaran Direksi BUMN yang masuk kategori sangat strategis baik dari sisi tugas pokok dan fungsi maupun dari sisi aset.

Seperti yang sudah kami paparkan tentang regulasi-regulasi yang dipengaruhinya terkait dengan dugaan mengamputasi kemampuan kewenangan pengelolaan Pulau Batam yang sejak masa Presiden Soeharto diplot untuk menjadi wilayah penerima 'muntahan' banjir perekonomian dunia dari negara tetangga yang dikenal sebagai negara broker, Singapura. "Karena 'pengaruh' Rini sekarang kota itu menjadi kota mati, tidak seperti sediakala," papar Junisab.

Dijelaskan, dari lingkup tata kelola penempatan personal di jajaran Direksi BUMN, kami akan mendalami bagaimana nilai minus yang bisa dilekatkan kepada Rini. Minus, kata Junisab, karena terlihat keputusannya tersebut ternyata bukan dalam kerangka peningkatan kemampuan BUMN menjalankan fungsinya.

"Namun lebih pada titik berat karena 'pendekatan luar biasa' yang intens dilakukan oleh personal-personal yang ditempatkannya tersebut semata. Rentang pendekatan-pendekatan itu yang sempat menjadi 'bom' yang kemudian diledakkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Itulah protesnya SBY atas adanya kasak-kusuk atau intervensi dari oknum dari Tim Transisi Joko Widodo ke BUMN-BUMN," jelasnya.

Lebih lanjut Junisab menjelaskan, jejak awal atas dugaan adanya pendekatan itu mulai tampak saat Menteri BUMN Rini yang juga adalah sebagai kuasa pemegang saham milik negara di seluruh BUMN menunjuk Dwi Soetjipto sebagai Direktur Utama (Dirut) PT Pertamina Persero.

"Rini menempatkan Dwi di posisi BUMN yang sangat-sangat strategis dalam berbisnis dan melakukan tugas-tugas negara kepada warganya dalam bidang perminyakan," kata dia.

Tidak cukup sampai disitu, lalu Rini melakukan kebijakan yang juga patut untuk dipertanyakan dengan menempatkan Sofyan Basir yang adalah Dirut PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) menjadi Dirut PT Perusahaan Listik Negara (PLN) Persero.

Tidak ada yang bisa memungkiri bahwa PLN adalah BUMN terbesar dalam kepemilikan aset-aset yang berbentuk barang tidak bergerak, selain melakukan pemutaran uang publik secara harian dari penjualan energi listrik kepada masyarakat maupun dunia industri, ujarnya.

"Belum cukup menjamah dua BUMN strategis itu. Rini mendorong penempatan Djarot Kusumayakti yang adalah anak buah Sofyan Basir sebagai salah satu Direktur di Bank BRI menjadi Dirut Badan Urusan Logistik (Bulog). Bulog merupakan jantung dalam negara ini sebab kewenangannya akan sangat signifikan mempengaruhi konstelasi dalam bernegara sebab terkait mengelola pangan dan turunannya bagi masyarakat Indonesia," ungkap Junisab.

Penempatan dua orang petinggi Bank BRI itu menurut kami diduga penuh dengan aroma bau politis yang sangat menyengat, karena terkait Djarot yang diduga berdarah-darah terkait dugaan kredit fiktif yang jumlahnya ratusan miliar saat dia menjadi pimpinan Bank BRI di Sumatra Selatan.

Pasca kejadian berdarah yang herannya tidak sampai menyeretnya ke depan hukum itu, ternyata kemudian dia 'ditarik' Sofyan menjadi Tim saat fit and propertes pemilihan jajaran Direksi Bank BRI di jaman Dahlan Iskan. (Satrio Widianto/A-88)***

http://www.pikiran-rakyat.com/ekonomi/2015/07/13/334658/pengangkatan-tiga-dirut-pln-pertamina-dan-bulog-dipersoalkan

Senin, 13 Juli 2015

Terlalu, Bulog Distribusikan Beras Busuk ke Warga

Senin, 13 Juli 2015

WARTA KOTA, PALMERAH— Bupati Bireuen Ruslan M Daud merasa kecewa dan marah besar terhadap Bulog yang kedapatan mendistribusikan beras miskin ke sejumlah desa dalam konsidi busuk dan tidak layak dikosumsi.
"Saya kecewa dan mengecam tindakan Perum Bulog yang menyalurkan beras busuk untuk masyarakat kurang mampu di desa-desa," katanya saat acara sahur bersama dan penutupan safari Ramadhan di Meuligoe Bupati di Bireuen, Minggu.
Bupati Ruslan menyatakan rasa kecewa besar atas sikap tidak profesional Perum Bulog yang memasok raskin busuk, berkutu dan tak layak dikonsumsi ke daerahnya itu.\
Ruslan mendesak seluruh camat yang sudah menerima pengiriman raskin yang tidak layak di makan, agar segera mengembalikannya ke penyalur serta meminta ganti dengan beras berkualitas yang sesuai standar.
"Ini perbuatan yang tidak bermoral, perbuatan jahat, tidak pantas beras busuk ini disalurkan kepada masyarakat miskin. Saya benar-benar kecewa dan marah, begitu tahu raskin yang disalurkan ke Kabupaten Bireuen sudah busuk, berbau dan berkutu," sebut Ruslan.
Ia menyatakan, meskipun beras itu untuk warga kurang mampu, namun setiap masyarakat harus mengkonsumsi beras yang layak.
"Bukan beras busuk yang hanya pantas sebagai makanan unggas," tegas Bupati Ruslan.
Kekesalan Bupati Ruslan semakin memuncak, setelah sejumlah warga yang kecewa membawa raskin busuk itu ke Meuligoe Bupati Bireuen pada waktu sahur.
Bersama itu juga, Bupati Bireuen tidak habis-habisnya mempertanyakan mengapa raskin berkualitas sangat buruk.
"Beras miskin ini bukan gratis, tapi dibayar kok, meski disubsidi pemerintah, sehingga seharusnya yang disalurkan ke masyarakat kami di Bireuen haruslah beras layak konsumsi dan sesuai standar," tegasnya lagi. (Antara)

http://wartakota.tribunnews.com/2015/07/13/terlalu-bulog-distribusikan-beras-busuk-ke-warga

Minggu, 12 Juli 2015

Dinsos Temukan Dua Tronton Raskin Buloq Sampang Berkwalitas Jelek

Minggu, 12 Juli 2015
 
Sampang (beritajatim.com) - Dalam pendistribusian beras miskin (Raskin) di Kabupaten Sampang, Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) setempat mengaku kecewa dengan kinerja Tim Gudang Bulog Sampang.

Kasi Rehabilitasi Pelayanan Sosial, Dinsosnakertrans Syamsul Arifin, mengatakan, kekecewaan itu diakibatkan kualitas Raskin yang jelek, sehingga banyak penerima yang mengaluh.

"Bulan kemaren kami juga mendapatkan informasi dari Desa Ragung Kecamatan Pengarengan, Pelenggiyen Kecamatan Kedungdung dan Desa Rongdelem Kecamatan Omben, jika penerima Raskin mendapat jatah Raskin dengan kualitas jelek," kata Syamsul Arifin, Sabtu (11/7/2015).

Masih kata Syamsul, pada bulan kemaren tim surve Kabupaten Sampang menemukan sekitar dua truk tronton berisi beras miskin berkualitas jelek yang disalurkan dari Jawa ke Sampang. "Dari hasil tim, bahwa memang kualitas Raskin yang disebar jelek, jadi kami langsung minta untuk dikembalikan," ungkapnya.

Sementara itu Kepala Gudang Bulog Sampang Holly saat dikonfirmasi mengaku tidak pernah mendapatkan laporan terkait Raskin dengan kualitas jelek dari masyarakat maupun kepala desa (Kades). "Tidak ada laporan kesini, kalau memang ada temuan selama 1 x 24 jam, kami siap menggantinya," singkatnya. [sar/kun]

http://beritajatim.com/ekonomi/242839/dinsos_temukan_dua_tronton_raskin_buloq_sampang_berkwalitas_jelek.html#.VaJ6Jl_tmko

Raskin Seperti Makanan Binatang, Bupati Bireuen Marahi Bulog

Minggu, 12 Juli 2015

Bireuen – Bulog kedapatan mendistribusikan beras miskin (raskin) tak layak dimakan manusia ke sejumlah pelosok desa di Kabupaten Bireuen, temuan raskin busuk dan tak layak konsumsi itu, mendapat reaksi keras dari Bupati Bireuen H. Ruslan M. Daud yang mengecam keras tindakan Perum Bulog tersebut, karena menyalurkan beras busuk untuk masyarakatnya.

Saat berbicara di Meuligoe Bupati Bireuen, Minggu (12/7/2015) dalam acara sahur bersama dan penutupan Safari Ramadan Pemkab Bireuen, Bupati Ruslan di hadapan para wartawan dan pegiat LSM, menyatakan rasa kecewa besar atas sikap tidak profesional Perum Bulog yang memasok raskin busuk, berkutu dan tak layak dikonsumsi lagi oleh manusia ke Bireuen.

Dalam kesempatan itu, Ruslan mendesak seluruh camat yang sudah menerima pengiriman raskin yang tidak layak dimakan, agar segera mengembalikannya ke penyalur serta meminta ganti dengan beras berkualitas yang sesuai standar.

“Ini perbuatan yang tidak bermoral, perbuatan jahat, tidak pantas beras busuk ini disalurkan kepada masyarakat miskin. Saya benar-benar kecewa dan marah, begitu tahu raskin yang disalurkan ke Kabupaten Bireuen sudah busuk, berbau dan berkutu,” sebut H. Ruslan M. Daud geram.

Terhadap penyaluran raskin yang tidak standar, memang cukup beralasan. Pasalnya meskipun miskin namun setiap masyarakat harus mengkonsumsi beras yang layak. Bukan beras busuk yang hanya pantas sebagai makanan unggas, Bupati Bireuen menyomprot Bulog di hadapan sejumlah tamu, termasuk pada SKPK, camat, LSM, OKP dan sejumlah wartawan serta tokoh masyarakat.

Kekesalan Bupati Ruslan semakin memuncak, setelah sejumlah warga yang kecewa membawa raskin busuk itu ke Meuligoe Bupati Bireuen pada waktu sahur bersama itu juga, Bupati Bireuen tidak habis-habis mempertanyakan mengapa raskin berkualitas sangat buruk.

“Beras miskin ini bukan gratis, tapi dibayar kok, meski disubsidi pemerintah. Sehingga, seharusnya yang disalurkan ke masyarakat kami di Bireuen haruslah beras layak konsumsi dan sesuai standar,” tukasnya. Alamak! [Hamdani/Kontributor]

http://www.juangnews.com/raskin-seperti-makanan-binatang-bupati-bireuen-marahi-bulog/

Anggota DPR: Jangan ada lagi beras berkutu buat rakyat

Minggu, 12 Juli 2015

Merdeka.com - Anggota Komisi VI DPR, Refrizal menyatakan posisi Badan Urusan Logistik (Bulog) otomatis berada di bawah Kementerian Perdagangan (Kemendag) dan bisa saja sekaligus dirangkap oleh Kemendag. Sebab, kata dia, Bulog nantinya adalah operator yang menjalankan kebijakan pemerintah.

Dia mengatakan tentang posisi Bulog dalam kaitan implementasi Undang-undang (UU) Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan. Dijelaskan, UU Pangan mengamanatkan pembentukan Badan Pangan Nasional yang berfungsi sebagai regulator.

Sementara operator berbagai kebijakan pemerintah atau Kementerian Perdagangan dalam hal pangan dan stabilisasi harga adalah Bulog.

"Tugas pemerintah/Kemendag adalah wajib menjaga stabilitas harga dan ketersediaan pangan. Kemendag yang memiliki dana dan kementerian itu yang memerintahkan Bulog untuk membeli pangan untuk rakyat. Jadi ke depan posisi Bulog otomatis di bawah Kementerian Perdagangan atau bisa saja Mendag merangkap sekaligus sebagai Kepala Bulog," katanya di Jakarta, Sabtu (11/7).

Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu lebih jauh mengatakan, pemerintah sudah mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 71 Tahun 2015 tentang Penetapan dan Penyimpanan Harga Kebutuhan Pokok dan Barang Penting. Perpres itu ditandatangani tanggal 15 Juni 2015.

Sayangnya, kata Refrizal, dalam Perpres itu belum terlihat ada sanksi untuk pedagang atau mafia yang menaikkan harga seenaknya.

"Kalau di Malaysia ada UU Pengawalan Kebutuhan Pokok dan di dalamnya ada sanksi tegas untuk pelanggar. Saya harapkan Kementerian Perdagangan yang membawahi Bulog harus memberi sanksi keras kepada pedagang atau oknum Bulog yang bermain-main soal harga pangan," katanya.

Mengenai maraknya mafia beras, Refrizal mengatakan, itu tugas Kemendag untuk mengatasinya. Serta melalui Bulog untuk memberantas mafia beras, termasuk menyediakan beras berkualitas untuk rakyat miskin.

"Jangan lagi memberikan beras berkutu seperti yang terjadi selama ini," katanya.

Banyak pihak mengapresiasi kinerja Kemendag dalam menjaga stabilitas harga dan ketersediaan barang kebutuhan pokok serta melakukan distribusi ke seluruh Indonesia selama bulan Ramadan. Menteri Perdagangan (Mendag), Rahmat Gobel juga dinilai mampu memberantas mafia yang selama ini menjadi momok bagi publik yang kerap menaikkan harga setiap kali hari raya tiba.

Ketua DPP Partai Golkar (PG), Priyo Budi Santoso mengatakan, UU Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan sudah ada, tetapi lagi-lagi pemerintah tak berdaya melawan maraknya mafia.

"Tetapi melihat kinerja Mendag Rachmat Gobel yang mampu melawan ancaman mafia pangan, saya pikir adalah bagus kalau Bulog berada di bawah Kementerian Perdagangan atau Mendag menjadi ex officio kepala Bulog," kata Priyo.

Mantan Wakil Ketua DPR RI ini mengatakan, dirinya mengamati cara kerja Mendag ini agak lain. Dia tidak hanya melakukan operasi pasar besar-besaran di berbagai tempat untuk menjaga stabilitas harga, tetapi juga memberantas para mafia pangan.

"Memberantas mafia pangan itu tidak main-main, karena kerap seorang menteri yang justru menjadi korban. Karena itu, Mendag harus diberi kewenangan mengendalikan Bulog, sehingga para mafia akan takut dengan sendirinya," kata Priyo.

Sementara Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Irman Gusman mengatakan posisi Bulog berada langsung di bawah Presiden dan tidak berada di bawah kementerian BUMN seperti saat ini. Bulog bertanggung jawab langsung kepada Presiden, sementara kebijakan sehari-harinya berada di bawah Kementerian Perdagangan.

"Lebih jelasnya, Dirut Bulog sebagai pelaksana dari kebijakan Kementerian Perdagangan (Kemendag). Karena Kemendag itulah yang melaksanakan fungsi sebagai pengendali persoalan perdagangan di dalam negeri," ungkapnya.

http://www.merdeka.com/peristiwa/anggota-dpr-jangan-ada-lagi-beras-berkutu-buat-rakyat.html

Bupati Bireuen Berang Warganya Diberi Beras Bulog Berkutu

Minggu, 12 Juli 2015

BIREUEN, KOMPAS.com - Bupati Bireuen Ruslan M Daud berang menemukan beras raskin Bulog yang tidak layak konsumsi. Beras tersebut banyak kutunya dan berbatu.

”Bukan sekali ini saja tapi sudah berulang kali seperti ini, apa dipikir bukan manusia yang memakannya,” kata Ruslan dengan tinggi saat menerima aduan masyarakat pada Minggu (12/7/2015).

Serta bukan kali ini saja ia mengaku temuan ini diadukan ke pihak bulog. "Tapi jawaban diperoleh tetap sama, yakni 'akan kami ganti, mohon bersabar'," kata Ruslan menirukan jawaban yang dia terima setelah mengadukan hal tersebut.

Dia mengaku tak habis pikir mengingat Lebaran yang tinggal beberapa hari lagi. Namun, masyarakat terpaksa mengonsumsi beras raskin berkualitas buruk.

Amatan Kompas.com, Minggu (12/7), ratusan kilo beras raskin yang dikembalikan masyarakat kepada bupati saat sahur tadi pagi terlihat berkutu, berbatu bahkan masih banyak berbentuk padi. Belum lagi dedaknya yang mengepul setiap beras digenggam.

Kepala Bulog Perwakilan Lhokseumawe Ruslian yang dihubungi melalui telepon selulernya mengakui kurangnya kontrol dari petugas di gudang bulog. Seharusnya, kata dia, setiap beras yang disalurkan harus disortir dengan ketat dan disaksikan oleh petugas raskin kecamatan atau petugas yang ditunjuk oleh pemkab terkait.

”Beras yang dinyatakan tidak layak salur akan diganti dengan beras sesuai standar medium, bukan premium,” ungkapnya.

Ia pun meminta maaf atas kejadian tersebut dan berjanji hal itu tidak terulang lagi.

http://regional.kompas.com/read/2015/07/12/15201011/Bupati.Bireuen.Berang.Warganya.Diberi.Beras.Bulog.Berkutu

Sabtu, 11 Juli 2015

Bupati Temukan Beras Bulog Berkutu

Sabtu. 11 Juli 2015

KENDAL – Bupati Kendal, Widya Kandi Susanti geram ketika mendapatkan beras di Gudang Bulog Sumberejo, Kaliwungu yang mulai berkutu. Temuan ini diketahui setelah Bupati melakukan inspeksi mendadak (sidak), kemarin. Widya meminta agar beras-beras yang mulai berkutu jangan sampai didistribusikan kepada warga. Sebab beras yang sudah mulai berkutu tidak boleh dikonsumsi.

Sidak dilakukan untuk memastikan agar warga yang terdaftar penerima beras miskin (raskin) atau Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat (RTS PM) menerima raskin dalam kondisi layak konsumsi. “Jangan sampai raskin yang sampai bermasalah, apalagi ini mau lebaran,” kata Widya, disela sidak kemarin.

Bupati menambahkan, jika satu karung ditemukan lima kutu, Bulog tidak boleh mendistribusikannya kepada warga. Begitupun warga yang mendapatkan beras berkutu dan warna sudah tidak cerah lagi bisa ditukar ke Bulog. “Warga boleh menukar tanpa dipungut biaya sepeserpun,” imbuhnya.

Widya mengatakan, jika beras yang tersimpan di gudang bulog tidak boleh lebih dari enam bulan. Jika lebih dari waktu, maka beras akan mudah diserang bubuk atau kutu serta beras sudah tidak lagi layak dikonsumsi. “Jadi sebelum enam bulan harus sudah didistribusikan kepada warga, agar tidak rusak,” tambahnya.

Kepala Gudang Bulog Sumberejo, Aruman mengatakan jika beras-beras tersebut baru disimpan digudang sekira tiga bulan. Sebab beras yang tersimpan di gudang, bulan april lalu. Sehingga baru tiga bulan berada digudang bulog. “Perihal adanya kutu, memang sudah seharusnya kami lalukan fumigasi. Sebab, beras ketika disimpan digudang harus dilakukan fumigasi setiap tiga bulan sekali agar tidak berkutu. Rencananya, pekan depan beras-beras ini akan kami lakukan fumigasi,” katanya.

Ia memastikan untuk kebutuhan beras masih mencukupi untuk empat sampai lima bulan kedepan. Sebab saat ini stok beras di Gudang Bulog Sumberejo ada sebanyak 3.000 ton. Setiap bulannya dikirim sebanyak 886.995 kilogram dari total RTS PM 19.133 kepala keluarga.
“Sebenarnya sejak awal tahun kami sudah ada 4.000 ton beras. Sebanyak 1.000 ton diantaranya sudah kami distribusikan kepada RSPM. Sisa beras yang ada ini ada untuk memenuhi beras kepada warga,” tambahnya.

Ia tidak menampik jika banyak beras di gudang kurang bagus dan itu merupakan kendala. Sebab beras-beras dari yang masuk ke Bulog adalah beras kualitas menengah kebawah. Yakni beras dari para petani yang sudah tidak bisa dijual dengan harga tinggi ke pedagang, oleh petani dijual kepada Bulog. Karena bulog hanya mampu membeli Rp 7.500 perkilogram,” tambahnya. (bud/fth)

http://www.radarsemarang.com/2015/07/11/bupati-temukan-beras-bulog-berkutu.html

Warga Legok Ngeluh Dapat Raskin tak Layak

Jumat, 10 Juli 2015

Laporan WArtawan Tribun Jambi, Bandot Arywono
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Pembagian beras miskin (Raskin) di Kelurahan Legok diprotes warga, pasalnya warga menilai beras yang dibagikan tidak layak konsumsi.
Jamain satu diantara warga RT 21, Kelurahan Legok kepada Tribunjambi.com, Jumat (10/7) mengatakan beras Raskin kondisinya hancur dan tidak layak konsumsi. "Cubalah kalau mau bagi raskin yang bagus berasnya, jangan macam ini," kata Jamain.
Warga menurutnya minta agar Pemerintah segera mengganti beras yang mereka sebut tidak layak konsumsi tersebut. "Kita minta ke Pemkot agar diganti, inikan untuk dimakan apalagi bulan puasa seperti ini," kata Jamain.
Sementara itu pihak Bulog Divre Jambi mengaku baru mendengar adanya keluhan warga yang menyebutkan beras tidak layak konsumsi. "Kita malah belum terima laporan, kalau memang benar besok kita turun ke lapangan untuk cek," kata David Susanto Kabid Pelayanan Publik Bulog Divre Jambi, Jumat malam.

http://jambi.tribunnews.com/2015/07/10/warga-legok-ngeluh-dapat-raskin-tak-layak

Tiap Bulan Sampel Raskin Dipajang di Pendapa

Sabtu,11 Juli 2015

PURWOKERTO – Penyaluran beras miskin (raskin) kepada masyarakat penerima di Kabupaten Banyumas setiap bulannya akan diambil sampel dan dipajang di Pendapa Si Panji.

Hal itu dilakukan untuk memudahkan pengawasan dan koordinasi jika sewaktuwaktu ada temuan atau laporan raskin kurang memenuhi syarat langsung bisa ditindaklanjuti atau dicarikan solusi.

Kepala Bagian Perekonomian Setda Banyumas, Sugiyanto, menyatakan semula pengambilan sampel hanya direncanakan tiga bulan, yakni dari Juli hingga September. Namun dari hasil evaluasi Kamis sore lalu, Bupati mengharapkan bisa dilakukan seterusnya tiap bulan.

”Tujuannya untuk memastikan raskin yang tersalurkan kondisinya benar-benar seperti yang diharapkan masyarakat penerima, karena di Banyumas pihak Bulog sudah berkomitmen merupakan hasil penyerapan beras baru,” katanya, kemarin.

Terkait hasil sampel dari 27 kecamatan untuk jatah Juli disalurkan akhir Juni lalu yang warna berasnya agak kecokelatan hanya ditemukan di Desa Kalicupak Lor dan Kalisogra Kecamatan Kalibagor. Untuk mayoritas di desa lain kualitasnya bagus.

Saat evaluasi Kamis lalu, kades dari dua desa tersebut juga datang dan memperlihatkan beras yang sudah disalurkan ke warga. Menurut mereka warga yang sudah menerima tidak ada yang komplain.

Panen Baru

”Itu berarti memang masih layak dikomsusmsi. Saat dicium bau berasnya juga hasil panenan baru. Cuma saat raskin datang ke desa sebelum dibagikan ke warga, saat diambil sampel dan dikirimkan ke Bupati sempat ditemukan warnanya cokelat dan ada yang remuk,” terangnya Kepala Subbulog Divre IV Banyumas, Setio Wastono, mengatakan kejadian temuan sampel di dua desa di Kecamatan Kalibagor sudah dilakukan pelacakan. Saat ada laporan masuk waktu itu pihak gudang dan satgas juga turun langsung ke desa tersebut.

”Hasil pelacakan kita, kondisi berasnya seperti itu karena dari sumber asal panenan, kondisi tektur berasnya memang seperti itu. Beras yang dikirim rekanan itu campuran ada yang dari Banyumas dan Cilacap,” jelasnya.

Untuk jatah raskin di Banyumas semua hasil panenan baru. Stok yang ada di gudang Bulog saat ini bisa mencukupi sampai Januari tahun depan. Adapun daerah lain seperti Cilacap, kata dia, stok lama masih setengah penyaluran.

Kemudian Purbalingga satu penyaluran dan Banjarnegara juga setengah penyaluran. Sebelum disalurkan, juga dilakukan perbaikan kualitas. Setelah itu semua penyaluran raskin sudah memakai beras baru. (G22-17)

http://berita.suaramerdeka.com/smcetak/tiap-bulan-sampel-raskin-dipajang-di-pendapa/

Jumat, 10 Juli 2015

Pejabat Bulog Ditantang Makan Beras Berkutu

Jumat, 10 Juli 2015

MEDAN (Waspada): Kebijakan Bulog yang menyalurkan beras berkutu untuk masyarakat miskin di Sumatera Utara, menuai kecaman dari berbagai kalangan.

Bahkan, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) dan Lembaga Advokasi Perlindungan Konsumen (LAPK) menantang pejabat Bulog Sumut untuk mengkonsumsi beras berkutu tersebut. Sebaliknya, beras yang dikonsumsi pejabat Bulog Sumut seharihari, disalurkan untuk masyarakat miskin.

Ketua harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Tulus Abadi melalui selularnya, Kamis (9/7) menilai, tindakan Bulog Sumut sangat tidak manusiawi. “Mentangmentang masyarakat tersebut miskin, lalu diberikan beras yang tidak berkualitas,” katanya.

Tulus menegaskan, sudah menjadi tugas pemerintah untuk menjamin pasokan bahan pangan dengan kualitas yang baik. “Jadi, Bulog jangan menyalurkan beras berkutu tersebut kepada masyarakat miskin dan menggantinya dengan beras yang lebih baik,” ujarnya.

Dia mempertanyakan kesiapan seluruh pejabat Bulog untuk mengkonsumsi beras dengan kualitas rendah itu. “Bila Bulog berada di posisi sebagai penerima Raskin, apakah mereka juga mau mengkonsumsi beras berkutu seperti itu. Alangkah baiknya bila beras itu dikembalikan ke daerah asalnya,” tambah Tulus.

Pernyataan bernada tantangan serupa juga diutarakan Lembaga Advokasi Perlindungan Konsumen (LAPK). “Kalau menurut Bulog beras berkutu itu memang layak dikonsumsi, kenapa tidak pejabat Bulog saja yang mengkonsumsinya. Sebaliknya, beras yang biasa dikonsumsi pejabat Bulog disalurkan untuk masyarakat miskin. Setidaknya agar mereka juga dapat merasakan terhinanya warga penerima raskin karena harus mengkonsumsi beras berkutu,” ujar Direktur LAPK, Farid Wajdi.

Menurutnya, beras yang terkontaminasi kutu ini lebih cocok untuk dijadikan pakan ternak. “Bulog harus segera mengembalikan beras yang terkontaminasi kutu itu ke daerah asalnya. Karena LAPK menganggap, masuknya beras yang terkontaminasi kutu jelas melecehkan masyarakat Sumut,” tegasnya.

Sementara itu, Humas Bulog Sumut Rudi Adlyn menegaskan, beras medium tersebut tidak mengandung bahaya dan layak untuk konsumsi. “Beras itu tidak berbahaya. Kejadiannya ini ibarat gula yang dikerumuni semut, beras juga mengandung hama. Bahkan beras yang dijual di pasaran juga ada pasir dan akan ada kutu bila disimpan dalam suhu tertentu,” katanya.

Dia juga tidak mempermasalahkan bila pejabat Bulog harus mengkonsumsi beras tersebut. “Nggak jadi masalah karena beras itu layak untuk dikonsumsi, terkecuali beras busuk baru kita tolak,” ujarnya sembari meminta agar permasalahan tersebut jangan diperbesar, sebab anggota DPRDSU sudah meninjau gudang Bulog dan tidak mendapati keanehan pada beras itu.

Dia menambahkan, pasokan beras untuk konsumsi masyarakat Sumut adalah kualitas medium. “Jadi tidak ada masalah. Boleh kita cek ke gudang, beras yang kemarin kita pasok tidak ada masalah, dan kutu yang sempat ada sudah bersih dengan sendirinya karena ditiup angin saat bongkar di pelabuhan,” ujarnya. (c02)

http://www.waspadamedan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=43486:pejabat-bulog-ditantang-makan-beras-berkutu&catid=51:medan&Itemid=206

Timbangan Kurang, Dewan Berang

Kamis, 9 Juli 2015

PASEH - Sejumlah warga di Desa Sukamantri mengeluhkan timbangan beras bersubsidi atau beras raskin yang takarannya selalu kurang. Rata-rata, mereka selalu menerima raskin yang jika ditimbang hanya berisi 13,5 kilogram, yang seharusnya per karungnya berisi 15 kg.

Mendapat keluhan tersebut, seorang ketua RW membenarkan kejadian itu ada di lingkungannya. Dia menduga hal tersebut adalah campur tangan oknum yang berbuat curang. Pasalnya, di dalam karung beras bersubsidi itu ditemukan colokan berbentuk pipa besi. ’’Diduga alat tersebut digunakan untuk nyolok karung beras saat mengurangi timbangan,’’ ungkap Ketua RW Desa Sukamantri, Kecamatan Paseh Abdul Malik, saat ditemui Soreang Ekspres (Grup Bandung Ekspres) di Aula Kantor Desa Sukamantri kemarin (8/7).

Menurutnya, jika timbangan tersebut terus berkurang, pihaknya akan kewalahan menghadapi keluhan dari warga. Dia mengatakan, warga tidak ingin tahu kalau memang dari sananya kurang, ’’Mereka tahunya mau kebagian semua. Bahkan satu bulan lalu saya sampai nombok 90 liter, supaya warga tetap aman dan konsudif,’’ keluhnya.

Menanggapi persoalan itu, anggota Komisi B DPRD Kabupaten Bandung Ir Ma’mun Irawan menekankan, guna mengantisipasi hal itu pihaknya akan memanggil pihak terkait guna dimintai keterangan. ’’Kita sebelumnya akan melakukan koordinasi dengan Kepala Bagian Ekonomi untuk dimintai keterangan. Selanjutnya akan memanggil Kepala Bidang Ketahanan Pangan Kangupaten Bandung,’’ terang Ma’mun.

Seharusnya, kata dia, ketika beras itu dikirimkan dan datang ke desa jangan dulu diterima. Dia menyarankan untuk menimbang dan mengecek dulu keseluruhan berasnya. ’’Kami juga tidak menutup mata, kami tahu soal ini. Dan akan kami tindak lanjuti, kita akan luruskan masalah ini,’’ tuturnya.

Anggota DPRD Kabupaten Bandung Asep R menambahkan, keluhan yang disampaikan warga ini bukan hanya berkisar timbangan saja, melainkan kualitas berasnya pun dipertanyakan. Pasalnya, selain bau apek, juga ujung berasnya menghitam dan terasa pahit setelah menjadi nasi.

’’Kalaupun ada oknum dari pihak Bulog yang berbuat curang, nanti akan kita laporkan ke pihak berwenang. Karena sudah enam orang yang sedang menjalani proses hukum terkait dengan kecurangan terhadap beras untuk warga kurang mampu ini,’’ terangnya. (aku/far)

http://bandungekspres.co.id/2015/timbangan-kurang-dewan-berang/

Titiek Soeharto : Jangan Bagikan Beras Berkualitas Jelek Untuk Masyarakat

Kamis. 9 Juli 2015


LAMPUNG -- Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Siti Hediati Soeharto meminta Bulog Lampung agar menjaga kualitas dan mutu beras yang disimpan di gudang. Dalam kunjungan kerja  masa reses tersebut  Ia turun langsung guna melakukan pengecekan kualitas beras yang tersimpan  di dalam gudang dengan membuka salah satu karung.

“Kalau beras yang sudah disimpan lama segera dikeluarkan dan diganti  jangan sampai beras yang disimpan di gudang Bulog kualitasnya jelek. Jangan membagikan beras berkualitas jelek kepada masyarakat" pesan Titiek Soeharto di gudang Ganjar Agung Subdrive Lampung Tengah Perum Bulog Divre Lampung, Rabu (8/7/2015)

Mbak Titiek, demikian Ia biasa dipanggil menghimbau agar Bulog mampu menyediakan kebutuhan masyarakat akan beras terutama selama bulan Ramadhan dan menjelang Hari Raya Idul Fitri.

Kepala Bulog Subdrive Lampung, Usep Hariana mengungkapkan selama ini Bulog Subdrive Lampung mampu  menyerap 4 juta ton beras dalam setahun dan  baru mampu diserap 1,4 juta ton dari para petani sementara di gudang Bulog Lamteng sudah tersimpan sebanyak 1,4 juta ton.

“Masih ada kesempatan untuk melakukan penyerapan beras dari para petani yang bisa disimpan di bulog" ungkap Usep Hariana.

Serapan beras dari masyarakat tersebut ungkapnya telah bekerjasama dengan Dinas Pertanian Provinsi Lampung yang bertugas menjaga kualitas beras yang bisa digunakan untuk persediaan beras Bulog.

Perum Bulog selama ini juga telah melakukan langkah stabilisasi harga dengan melakukan operasi pasar selama bulan Ramadhan.

Gagasan peningkatan produktifitas gabah untuk menghasilkan beras juga telah dilakukan dengan melakukan kerjasama dengan Universitas Lampung ( Unila), dengan cara melakukan  Pertanian Terpadu melibatkan sektor perbankan untuk mendapatkan permodalan.

“Kita akan terus tingkatkan kerjasama dengan beberapa pihak untuk meningkatkan tak hanya jumlah tapi juga kualitas beras kita" ujarnya.

Dalam kunjungan ke gudang bulog yang memiliki sebanyak 7 gudang dengan rata-rata mampu menampung sekitar 10 ribu ton tersebut anggota komisi DPR RI yang dipimpin Siti Hediati Soeharto juga mengharapkan agar Bulog meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia yang ada di Bulog.

Kamis, 09 Juli 2015

Temuan 600 Zak Beras Oplosan Mengarah ke Bulog Sulsel

Kamis, 9 Juli 2015

MAKASSAR, KOMPAS.com — Hasil penyelidikan Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Dit Reskrimsus) Polda Sulselbar terkait kasus 600 zak beras oplosan mengarah ke gudang Bulog Sulawesi Selatan.

Oplosan beras rusak itu sudah dilakukan dua tahun. Hal tersebut diungkapkan Direktur Reskrimsus Komisaris Besar Heri Bahana, Kamis (9/7/2015).

Namun, polisi belum menetapkan tersangka. "Dari empat orang yang sempat diamankan, belum ditetapkan tersangka. Kasus ini terus diselidiki dan mengarah ke gudang Bulog. Di mana setelah dioplos di sebuah gudang Jalan Haji Kalla, selanjutnya dibawa ke gudang Bulog," kata Heri.

Heri mengungkapkan, menurut pengakuan pegawai gudang di Jalan Haji Kalla, aksi ini sudah dilakukannya dua tahun. Namun, Heri enggan mengungkapkan keterlibatan pegawai Bulog. "Saya belum bisa mengungkapkan adanya keterlibatan orang dalam Bulog karena masih kita selidiki. Kita juga masih selidiki ke mana-mana saja beras oplosan itu dijual," kata dia.

Sebelumnya telah diberitakan, aparat Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Sulselbar menyita 600 zak beras oplosan yang dicampur dengan beras rusak. Beras tersebut disita dari salah satu gudang di Jalan Haji Kalla, Kelurahan Panaikang, Kecamatan Panakukang, Makassar, Sabtu (4/7/2015).

Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Sulselbar Komisaris Besar F Barung Mangera mengatakan, 600 zak beras yang disita itu tidak layak konsumsi.

http://regional.kompas.com/read/2015/07/09/10562421/Temuan.600.Zak.Beras.Oplosan.Mengarah.ke.Bulog.Sulsel


Warga Keluhkan Beras Raskin Berkutu dan Bau Apek

Rabu, 8 Juli 2015

Beras raskin tak layak konsumsi terjadi RT 03/04 Kelurahan Rangga Mekar, Bogor Selatan, Kota Bogor.

Heibogor.com – Adanya temuan kasus jeleknya kondisi beras miskin (raskin) dan bisa dikatakan tak layak konsumsi ditemukan dan menuai keluhan warga. Kali ini terjadi RT 03/04 Kelurahan Rangga Mekar, Bogor Selatan, Kota Bogor.

Ketua RW 04 Acep Ihar menjelaskan, pihaknya menerima 126 karung beras raskin seharga Rp 2 ribu per kilo dari pihak Kelurahan Rangga Mekar dan kondisinya memang sudah tidak layak konsumsi.

“Kita hanya menerima 126 karung beras raskin. Parahnya lagi lebih dari setengah dari jumlahnya beras tersebut banyak menir, kekuning-kuningan, berbau, dan banyak terdapat kutu beras,” ujarnya kepada heibogor.com, Rabu (08/07/15).

Selanjutnya Ia menambahkan, akan melaporkan dan mengembalikan temuan beras raskin karena tidak layak konsumsi. “Kita akan melaporkan temuan raskin tidak layak konsumsi ini ke pihak kelurahan, kalo dijual ke masyarakat juga pasti mereka akan kecewa,” jelasnya.

Sementara itu, salah satu warga Yuli (45) sangat mengeluhkan kondisi ini. Kejadian serupa bukan hanya terjadi di pembagian raskin kali ini saja, melainkan sudah terjadi berulang dan untuk kesekian kalinya.

Diharapkannya selaku masyarakat yang bisa dikatakan tak mampu, kiranya kondisi ini bisa mendapatkan perhatian dari pihak terkait, baik itu Pemkot Bogor atau dari pihak Bulog, selaku penanggung jawab pembagian jatah raskin tersebut.

“Kalau bisa, kami minta  petugas bisa mengawasi setiap pendistribusian berasnya, jadi kasus seperti ini tidak terulang lagi kedepan. Dan untuk jatah beras yang sudah terlanjur kami terima ini, diberikan gantinya, kami akui kami sangat membutuhkannya,” jelasnya.

http://www.heibogor.com/post/detail/13463/Warga-Keluhkan-Beras-Raskin-Berkutu-dan-Bau-Apek

Warga Menemeng Kompak Kembalikan Raskin

Rabu, 8 Juli 2015

PRAYA—Buruknya kualitas bantuan beras miskin (raskin) kembali ditemukan di Lombok Tengah.

Warga Desa Menemeng Kecamatan Pringgarata kompak mengembalikan sedikitnya 14 ton raskin ke Bulog Regional Divre Ubung Kecamatan Jonggat, Senin (6/7). Mereka tidak terima dengan kualitas raskin yang disalurkan Bulog. Berkas itu layaknya menjadi pakan ternak, karena bau, kuning, hitam dan berkutu.

Parahnya lagi, warga menemukan beras tersebut bercampur nasi aking (nasi kering) dan semacam beras palsu. Beras ini seperti butiran batu warna kuning keemasan dan mirip pecahan jagung. Namun, setelah diperiksa secara teliti, butiran campuran beras itu ternyata bukan nasi jagung, melainkan benda yang tidak dikenal.

Karenanya, warga Menemeng beramai-ramai mengembalikan raskin tersebut. ‘’Kalau sekedar kutuan dan kuning, kami masih bisa terima. Tapi kalau sudah bercampur seperti ini, tidak ada warga yang mau menerimanya,’’ tegas Kepala Dusun Presak Desa Menemeng, Mahmud Ali kepada Radar Lombok, kemarin (7/7).

Diakuinya, memang tidak semua beras yang didapatkan seperti itu. Namun, dirinya tidak mau mengambil resiko dengan penolakan warga. Sehingga langsung mengembalikan raskin tersebut untuk ditukar kemudian. ‘’Saya tidak mau ambil resiko, makanya kita kembalikan,’’ cetusnya.

Ditambahkan Staf Kantor Desa Menemeng, Sofyan Hardi menuturkan, tidak semuanya beras yang dikembalikan itu buruk. Hanya saja, warga banyak menemukan raskin buruk, sehingga tidak mau mengambil resiko. Mereka beramai-ramai mengembalikan raskin tersebut.

Waktu kejadian, ungkap Sofyan, dirinya mengawal langsung pendistribusian raskin tersebut di setiap dusun. Dia kemudian dihubungi Kepala Dusun Gundul, Fajarudin, bahwa raskin yang diterimanya sangat buruk. Berkas itu bercampur nasi aking dan butiran mirip beras palsu.

Tak lama kemudian, ia dihubungi Kadus Dasan Gundul, disambut Kadus Montng Are, Jabon dan Sempoja. Semua dusun itu mengembalikan jatah raskin 2 bulan tersebut. Rincinya, Dusun Gundul mengembalikan sebanyak 222 karung, Sempoja 219 karung, Dasan Gundul 198 karung, Jabon 261 karung, dan Montong Are 282 karung. ‘’Totalnya itu mencapai  19 ton lebih,’’ katanya.

Dijelaskan Sofyan, semua beras yang dikembalikan itu memang tidak buruk. Namun, kepala dusun dan masyarakat tidak mau mengembil resiko dengan sampel yang mereka temukan. Pihaknya memang curiga dengan kualitas beras yang disalurkan Bulog tersebut.

Dari temuan masyarakat, ia diberitahuan bahwa beras itu merupakan stok tahun 2014. Artinya, beras itu pengadaan tahun 2013 dan baru disalurkan tahun 2015 sekarang ini. Dari karung yang ditemukan, Sofyan mengaku menerima laporan bahwa beras tersebut merupakan pengadaan UD Tekad Makmur.

Dalam hal ini, pihaknya tidak mau berpolemik dengan Bulog, sehingga harus mengembalikan beras tersebut. ‘’Dan sekarang semuanya sudah diganti,’’ sebutnya.

Sementara Kepala Bulog Regional Divre Ubung, Khaerudin yang dikonfirmasi membenarkan, bahwa beras tersebut dikembalikan warga Menemeng. Pihaknya mendapatkan protes, bahwa beras tersebut tidak layak komsumsi. Khaerudin membantah tegas dalam hal ini, bahwa beras tersebut tidak semuanya buruk.

Hanya beberapa saja yang kebetulan ditemukan masyarakat, sehingga langsung dikembalikan. ‘’Ada sekitar 14 ton yang dikembalikan,’’ akunya.

Bagaimana dengan campuran nasi aking dan beras palsu? Khaerudin tidak menampik, bahwa kemungkinan bisa saja terjadi hal seperti itu. Artinya, bisa saja semasa penjemuran padi berdampingan dengan nasi aking. Sehingga terjadi percampuran saat penggilingan.

Namun, untuk beras palsu dan butiran benda asing menyerupai nasi jagung tersebut, dia tidak tahu. Yang diketahuinya hanya laporan soal bercampurnya beras tersebut dengan nasi aking. ‘’Tidak menutup kemungkinan hal itu bisa terjadi,’’ bebernya.

Untuk beras yang dikembalikan ini, Kherudin mengaku akan melakukan seleksi kembali. Beras yang memang tidak layak komsumsi akan dipisahkan untuk disalurkan. Sedangkan beras yang layak komsumsi akan tetap disalurkan. ‘’Yang jelas, dia mengklaim, bahwa beras itu stok tahun 2015,’’ tandasnya. (dal)

http://www.radarlombok.co.id/warga-menemeng-kompak-kembalikan-raskin.html

Rabu, 08 Juli 2015

Kualitas Raskin Buruk , Bulog Tidak Peduli Nasib Warga Miskin

Rabu, 8 Juli 2015

MEDAN ( Berita ): Beras miskin (Raskin) yang dipasok Bulog ke wilayah Sumatera Utara, terus menuai masalah. Akibatnya, Bulog dituding tidak peduli dengan nasib warga miskin.
Terbukti, belum tuntas kasus Raskin di Kota P. Sidimpuan yang sulit dimasak dan keras,kini warga miskin Kota Medan terancam mengkonsumsi beras berkutu. Meski ditemukan beragam masalah terkait kualitas Raskin,namun pihak Bulog Sumatera Utara yang dikonfirmasi Waspada, Selasa (7/7), tetap bersikeras memasok dan menyimpan Raskin sebanyak 4.200 ton itu kegudang sebagai tambahan stok.
Bulog beranggapan bahwa beras sebanyak 4.200 ton yang berasal dari Jawa Timur ini masih layak dikonsumsi sehingga tidak dipulangkan ke daerah asalnya.
“Beras yang ada kutunya hanya sebagian kecil, sehingga diyakini tidak membahayakan. Apalagi Bulog akan segera melakukan fumigasi terhadap beras itu setelah semua sampai di gudang,” kata Humas Bulog Sumut, Rudi Adlyn di Medan, Selasa (7/7).
Menurutnya, kutu beras itu kemungkinan muncul karena kondisi lembab di dalam kapal selama perjalanan dari Surabaya menuju Belawan, Medan. Mengenai bau kurang sedap yang berasal dari beras ini, Rudi membantahnya. “Tidak benar bau, hanya ada kutu dan itu pun tidak sampai mengganggu kualitas beras itu,” katanya.
Sebelumnya, sebanyak 4.200 ton Raskin berkutu dipasok Bulog Sumut dari Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya dengan menggunakan KM Segara Bapak, yang dibongkar di dermaga 006 Gudang Arang, Pelabuhan Belawan, pada Senin (6/7).
Adanya temuan beras berkutu ini bertolak belakang dengan komitmen Perum Bulog yang berjanji tidak akan memberikan masyarakat beras dengan kualitas rendah dan berkutu.
Tidak Peduli
Mengetahui beras itu tetapakan disimpan sebagai tambahan stok beras Bulog, sejumlah masyarakat menuding Bulog tidak peduli dengan nasib warga miskin yang akan menerima beras dengan kualitas buruk tersebut.“Kasihan sekali warga miskin mau dikasi makan beras berkutu.
Bagaimana masyarakat kita bisa sehat kalau makanan pokoknya saja mengandung kutu,” tutur seorang ibu rumah tangga, Dewi, warga Jl.Brigjen Katamso, Kelurahan Sei Mati Medan. Hal senada diutarakan Sulaiman, warga Medan. Dia mengharapkan beras itu segera dikembalikan ke daerah asalnya.
“Seharusnya Bulog lebih memperhatikan kualitas beras yang akan diberikan kepada warga miskin. Kita harap Bulog mengembalikan beras berkutu itu ke daerah asalnya,” tambahnya.
Di P. Sidimpuan, warga miskin penerima Raskin kecewa. Pasalnya, beras dari Bulog sulit dimasak dan keras serta tidak lengket seperti kebanyakan beras lainnya. “Kami tidak lagi mengkonsumsi beras Ras tidak enak, kasar dan tidak lengket,” ujar Sahril Tanjung , 44,warga Aek Tuhul Kota P. Sidim-puan, Senin (6/7).
Hal senada juga diakui Rosida, 37, penduduk yang sama. Raskin kali ini jauh beda dengan Raskin sebelumnya.“Nasinya serser (tidak lengket), seperti mentah begitu,”kata Rosidah.
Sementara itu, Kepala Bulog Divre IV P. Sidimpuan Ali Akbar Siregar yang dikonfirmasi melalui Kasi Pelayanan Publik, Berdian Wiradika Damanik mengatakan, Raskin yang didistribusikan pada Juni 2015 itu, berasal dari gudang Medan. “Kita hanya melihat dari tampilan fisik berasnya. Sedang rasanya kita tidak tahu, apalagi sulit dimasak dan keras,”katanya.(WSP/c02/c13)

http://beritasore.com/2015/07/08/kualitas-raskin-buruk-bulog-tidak-peduli-nasib-warga-miskin/

Karena Raskin, Kadivre Bulog Jateng Dicopot

Rabu, 08 Juli 2015

KEPALA Divisi Regional (Divre) Bulog Jawa Tengah (Jateng), Damin Hartono, akhirnya dicopot dari jabatannya. Pencopotan itu diduga lantaran banyaknya persoalan beras miskin (raskin) di Provinsi Jateng yang Tidak Memenuhi Syarat (TMS) Inpres Perberasan.

Diketahui, berdasarkan Keputusan Direksi Perum Bulog Nomor KD-196/DS 102/06/2015 tertanggal 07 Juli 2015, telah ditetapkan alih tugas pejabat struktural jenjang I Perum Bulog, dimana Damin Hartono yang sebelumnya menjabat sebagai Kadivre Bulog Jateng, dialih-tugaskan menjadi Peneliti Utama R & D Direktorat Perencanaan dan Pengembangan Usaha.

Sementera itu, posisi Damin digantikan oleh Usep Karyana yang sebelumnya menjabat sebagai Kadivre Bulog Lampung.
Koordinator Nasional Protanikita, Bonang mengingatkan, agar Kadivre yang baru mampu mengemban amanah dengan baik.
“Kadivre yang baru harus optimal menyerap gabah/beras produksi petani lokal, dan harus berani menjamin kualitas beras raskin sesuai amanat Inpres Perberasan,” tegas Bonang kepada Media Indonesia,Rabu(8/7/2015).

Kadivre yang baru, kata Bonang, harus seirama dengan Gubernur dalam berpihak terhadap petani lokal, dan Keluarga Miskin (Gakin) penerima raskin.

“Kadivre yang baru pun harus melakukan pengecekan terhadap kualitas raskin hasil pengadaan Kadivre yang lama, agar tidak terus-menerus merugikan Gakin,” ujarnya.

Selain dua pejabat tersebut, Direksi Perum Bulog juga merombak sejumlah pejabat lainnya. Dindin Syamsudin yang semula menjabat sebagai Wakil Kadivre Bulog Jatim, dipercaya menjadi Pjs TK I Kadivre Bulog Lampung, dan Abdullah Djawas yang semula menjabat Kadivre Bulog Sulsel dan Sulbar dipindahkan menjadi Peneliti Utama Divisi R & D Direktorat Perencanaan dan Pengembangan Usah.

Selanjutnya, Abd.Muis S Ali yang semula menjadi Kadivre Bulog Kalbar dipercaya menjadi Kadivre Bulog Sulsel dan Sulbar, serta Muhammad Attar Rizal yang semula menjadi Kasubdivre Bulog Idramayu kini dipromosikan menjadi Kadivre Bulog Kalbar. (Faw)

http://www.mediaindonesia.com/misiang/read/2475/Karena-Raskin-Kadivre-Bulog-Jateng-Dicopot/2015/07/08

Raskin Sudah Jadi Bubuk, Warga Ngadu ke Bupati

Selasa, 7 Juli 2015

Laporan Wartawan Tribun Jambi, Awang Azhari

TRIBUNJAMBI.COM, KUALA TUNGKAL -‎ Beberapa orang warga dari Parit Perabungan, Kecamatan Betara ‎datang menemui Bupati Usman Ermulan, Selasa (7/7), mereka mengadukan soal kualitas raskin yang diterima warga, sembari membawa beras yang dimaksud.
Beras di dalam kantong plastik satu kilogram itu terlihat sudah menjadi bubuk, warnanyapun tidak lagi putih, sudah seperti kapur dan berkutu.
Mereka mengaku sangat keberatan dengan kualitas beras yang dibeli seharga Rp 2000 per kilogram tersebut, karena selain tak enak dipandang, ketika dimasak juga rasanya sudah berubah.
"Jadi kami bermaksud mengadukannya ke Pak Bupati akan diambil tindakan, karena sudah beberapa bulan terakhir beras yang kami terima seperti ini terus," kata seorang warga, Bujang kepada awak media usai menemui Usman Ermulan.

http://jambi.tribunnews.com/2015/07/07/raskin-sudah-jadi-bubuk-warga-ngadu-ke-bupati

Polisi Periksa Kepala Gudang Bulog

Rabu, 8 Juli 2015  

GOWA, BKM -- Kepolisian Resort (Polres) Gowa memeriksa sejumlah petugas gudang Bulog Kabupaten Gowa terkait kasus dugaan pencurian beras miskin (raskin) setelah penangkapan terhadap sopir dan dua karnet pengangkut truk di Desa Kampili, Kecamatan Pallangga, beberapa waktu lalu.
Kepala Gudang Bulog Gowa, Nasir yang dikonfirmasi, Senin (6/7) di Mapolres Gowa mengaku tengah berada di ruang Sat Reskrim terkait pemeriksaan kasus tersebut. Hanya saja Nasir tidak menjelaskan lebih jauh terkait pemeriksaan itu.
"Maaf saya sementara di ruang Sat Reskrim ini untuk memberikan beberapa penjelasan terkait kasus pencurian raskin tersebut," kata Nasir.
Selain Nasir, sejumlah staf Gudang Bulog Gowa juga ikut diperiksa oleh penyidik Satuan Reskrim Polres Gowa.
Nasir sendiri berharap masalah ini segera terungkap sebab bisa menjadi pemicu rusaknya citra institusi yang ia tempati. " Saya juga kurang tahu sebab saya baru di sini (baru pindah dari Takalar), semoga segera terungkap," terang Nasir.
Terpisah Kabag Perekonomian Setkab Gowa, Iriansyah selaku penanggungjawab raskin untuk wilayah Gowa mengaku tidak tahu menahu dengan agenda pemeriksaan yang dilakukan pihak Polres Gowa.
"Saya tidak tahu itu. Tapi mudah-mudahan dengan adanya pemeriksaan ini akan terkuat dimana benang kusut itu sehingga tidak ada lagi masalah yang menimpa pengelolaan raskin di Gowa. Dan saya yakin pak kepala gudang Dolog bisa membongkar semua kecurangan-kecurangan yang terjadi sebab persoalan raskin ini sudah mendera sejak lama sebelum kepala gudang diganti yang baru," kata Iriansyah.
Iriansyah juga berharap agar kasus kebocoran raskin segera terungkap, sehingga para pengelola raskin di desa/kelurahan tidak lagi menjadi sasaran kesalahan penyaluran raskin ke warga penerima.
Berdasarkan hasil pemantauan di Bulog diketahui berat beras sesuai standart Bulog yaitu 15,05 Kg bruto/karung atau Tarra (berat karung kosong = 0,5 kg). Berat ini yang harus diterima dan disalurkan ke gudang Bulog tapi pada saat penerimaan beras di gudang dari mitra Bulog/penggilingan para mitra Bulog diimbau untuk mengisi karung beras raskin 15,20 Kg Bruto sehingga terdapat kelebihan timbangan sekitar 0,15 Kg atau 15 Ons/karung.  
Seorang sumber yang laik dipercaya menyebutkan jika sudah ada kelebihan beras dari isi karung berarti seharusnya tidak mesti lagi ada pengurangan dari berat standar karena sudah ada kelebihan sebesar 15 Kg.
"Tapi masalahnya, kalau selama di dalam gudang saja sudah dicucuk artinya harus dicucuk untuk diperiksa kualitas berasnya kemudian hasil cucukan  itu tidak lagi dikembalikan ke karungnya semula dikalikan ribuan karung yang harus dicucuk maka berarti sudah berapa Kg beras yang terambil tanpa disadari. Belum lagi ketika dalan proses pengangkutan dicucuk orang-orang yang tidak bertanggungjawab maka sudah pasti kekurangan akan bertambah lebih besar," kata sumber yang minta namanya dirahasiakan.
Sementara itu Kasat Reskrim Polres Gowa, AKP Muh Yunus yang dikonfirmasi Selasa (7/7) membenarkan adanya pemeriksaan kepada kepala Gudang Dolog Gowa bersama sejumlah staf terkait. Pemeriksaan itu telah dimulai sejak Senin lalu hingga sekarang.  (sar-ril/b)

http://beritakotamakassar.com/bkm-gojentakmapan/item/23262-polisi-periksa-kepala-gudang-bulog

Kadivre Jateng Dicopot

Selasa, 07 Juli 2015

Karena Raskin TMS

Jakarta_Barakindo- Kepala Divisi Regional (Divre) Bulog Jawa Tengah (Jateng), Damin Hartono, akhirnya dicopot dari jabatannya. Pencopotan itu diduga lantaran banyaknya persoalan beras miskin (raskin) di Provinsi Jateng yang Tidak Memenuhi Syarat (TMS) Inpres Perberasan.

Diketahui, berdasarkan Keputusan Direksi Perum Bulog Nomor KD-196/DS 102/06/2015 tertanggal 07 Juli 2015, telah ditetapkan alih tugas pejabat struktural jenjang I Perum Bulog, dimana Damin Hartono yang sebelumnya menjabat sebagai Kadivre Bulog Jateng, dialih-tugaskan menjadi Peneliti Utama R & D Direktorat Perencanaan dan Pengembangan Usaha.

Sementera itu, posisi Damin digantikan oleh Usep Karyana yang sebelumnya menjabat sebagai Kadivre Bulog Lampung.

Koordinator Nasional Protanikita, Bonang mengingatkan, agar Kadivre yang baru mampu mengemban amanah dengan baik.

“Kadivre yang baru harus optimal menyerap gabah/beras produksi petani lokal, dan harus berani menjamin kualitas beras raskin sesuai amanat Inpres Perberasan,” tegas Bonang kepada Barak Online Group, Selasa (7/7/2015).

Kadivre yang baru, kata Bonang, harus seirama dengan Gubernur dalam berpihak terhadap petani lokal, dan Keluarga Miskin (Gakin) penerima raskin.

“Kadivre yang baru pun harus melakukan pengecekan terhadap kualitas raskin hasil pengadaan Kadivre yang lama, agar tidak terus-menerus merugikan Gakin,” ujarnya.

Senada diungkapkan, Julio Michael, koresponden Hilversum Indonesia yang juga penasehat Guruh Sukarno Putra. Menurutnya, sudah tepat Kadivre Jateng dicopot, karena kinerjanya dibawah standar minimal. “Mestinya sejak dulu. Perhatikan saja penyerapan gabah/beras petani lokal yang rendah, dan penyaluran raskin yang bermasalah. Lihat saja kualitasnya yang TMS,” ujarnya.

Selain dua pejabat tersebut, Direksi Perum Bulog juga merombak sejumlah pejabat lainnya. Dindin Syamsudin yang semula menjabat sebagai Wakil Kadivre Bulog Jatim, dipercaya menjadi Pjs TK I Kadivre Bulog Lampung, dan Abdullah Djawas yang semula menjabat Kadivre Bulog Sulsel dan Sulbar dipindahkan menjadi Peneliti Utama Divisi R & D Direktorat Perencanaan dan Pengembangan Usah.

Selanjutnya, Abd.Muis S Ali yang semula menjadi Kadivre Bulog Kalbar dipercaya menjadi Kadivre Bulog Sulsel dan Sulbar, serta Muhammad Attar Rizal yang semula menjadi Kasubdivre Bulog Idramayu kini dipromosikan menjadi Kadivre Bulog Kalbar. (Redaksi)*

http://beritabarak.blogspot.com/2015/07/kadivre-jateng-dicopot.html#more

Selasa, 07 Juli 2015

Masih Ada Raskin Berkualitas Rendah

Selasa, 7 Juli 2015

Hasil Sampel ke Tim Pemkab

PURWOKERTO – Hasil pengiriman sampel penyaluran raskin jatah bulan Juli yang diajukan bulan Juni lalu, ternyata masih ada laporan temuan beras subsidi tersebut masih berkualitas rendah, berwarna cokelat dan kondisi remuk. Padahal sebelumnya Pemkab bersama Buliog setempat menyatakan raskin yang disalurkan menggunakan beras hasil panenan baru. Kepala Bagian Perekonomian Setda Banyumas, Sugiyanto, mengatakan dari sampel 27 kecamatan yang dikirim ke tim kabupaten ternyata ada satu kecamatan yakni Kalibagor yang menerima penyaluran raskin dengan kualitas rendah. ”Temuannya di Desa Kalicupak Lor dan Kalisorga Wetan, raskin yang diterima masyarakat dari laporan dan sampel kondisinya kurang bagus,” katanya, kemarin.

Menurut dia, pihaknya baru sebatas menerima laporan dari sampel yang dikirim masing-masing kecamatan. Terkait penyebabnya apa belum mendapatkan laporan jelas. ”Belum tahu apakah karena masih menggunakan stok lama atau bagaimana. Informasinya masih kita kumpulkan,” katanya.

Belum Ada Keluhan Dari hasil temuan itu, lanjut dia, akan menjadi bahan evaluasi bersama agar penyaluran tahap berikutnya tidak terulang kejadian seperti di beberapa desa di Kecamatan Kalibagor. Pihaknya juga akan segera berkoordinasi dengan Bulog Sub Divre IV Banyumas dan pihak kecamatan setempat. ”Penyebab dan solusinya seperti apa, baru akan kita bahas dalam rapat Kamis (9/7) mendatang,” kata dia.

Humas Bulog Sub Divre IV Banyumas, M Priyono, mengatakan untuk penyaluran raskin jatah Juli yang diajukan Juni lalu sejauh ini pihaknya belum mendapat keluhan dari masyarakat. ”Biasanya kalau ada raskin dengan kualitas rendah masyarakat langsung komplain, tapi sampai sekarang belum ada komplain,” kata dia terpisah. Lebih jauh dia mengatakan, jika ada sampel dengan kualitas rendah seharusnya raskin tersebut langsung dikembalikan. Namun hingga saat ini belum ada raskin yang dikembalikan. ”Sampel raskin itu diambil sebelum terdistribusikan ke masyarakat. Jika memang ditemukan kualitas rendah , seharusnya beras tersebut tidak dibagikan. Karena sudah disetujui Pemkab, berarti raskin tersebut layak komsumsi,” terangnya.

Terkait informasi tersebut, kata dia, pihaknya juga sudah melakukan pengecekan ke lokasi, namun tidak ada keluhan dari masyarakat terkait hal tersebut maupun ditemukan raskin dengan kualitas rendah. ”Tidak ada. Kami sudah melakukan pengecekan langsung ke lokasi,” tegasnya.

Dia menilai, dari sampel yang dikirimkan tersebut tidak bisa mewakili kualitas raskin di lapangan terus dinilai rendah semua di wilayah tersebut. ”Itu kan cuma satu sendok, jadi saya rasa tidak bisa mewakili raskin yang disalurkan ke masyarakat,” jelasnya.(G22-17)

http://berita.suaramerdeka.com/smcetak/masih-ada-raskin-berkualitas-rendah/

Raskin Bau dan Berkutu? Ini Solusi Wakil Bupati Banjarnegara

Senin, 06 Juli 2015

TEMPO.CO, Banjarnegara - Wakil Bupati Banjarnegara, Jawa Tengah, Hadi Supeno, meminta masyarakat berani menolak beras murah dari pemerintah yang tak layak konsumsi. Beras untuk penduduk miskin ini mulai dibagikan pada 1 Juli 2015.

“Bila sampai menemukan beras dengan kondisi tak layak makan, apalagi berkutu dan bau, masyarakat harus berani menolak. Karena beras tak layak konsumsi jelas tidak manusiawi,” kata Wakil Bupati Banjarnegara Hadi Supeno, Senin, 6 Juli 2015. Menurut Hadi, warga berhak menolak beras semacam itu. “Jangan khawatir, beras yang ditolak itu akan diganti oleh Bulog” katanya.

Kepala Gudang Depot Logistik 407 Purwonegoro menjamin pihaknya akan mengganti jika ada beras dari gudang itu yang jelek. “Kami garansi seratus persen. Kalau memang beras raskin yang dibagikan kondisinya jelek, akan kami ganti langsung” kata Purwonegaro.

Kepala Bagian Perekonomian Kabupaten Banjarnegara Teguh Handoko menegaskan, beras untuk penduduk miskin yang dibagikan pada bulan Juli merupakan hasil pengadaan bulan ini juga. “Sehingga besar kemungkinannya kondisi beras masih baik,” ujar Teguh.

Menurut Teguh, kasus beras tak layak yang ditolak penduduk pernah terjadi. Tapi, kata dia, hingga kini belum ada laporan penduduk miskin menerima beras tidak layak. “Untuk pembagian raskin bulan Juli saya juga belum menerima laporan adanya penerimaan beras raskin di bawah standar. Semoga saja hal ini tidak terjadi,” katanya.

Di Banjarnegara, ada 8865 keluarga miskin yang menerima pembagian beras murah. Tiap keluarga mendapat jatah 15 kilogram. Kepala Desa Merden, Sukarso, mengatakan belum pernah ada penduduk di desanya yang menolak pemberian beras murah karena kualitas yang buruk.

“Selama ini tidak ada penolakan dari masyarakat terhadap kondisi beras,” ujar Sukarso. Di desanya ada 749 kepala keluarga yang mendapat jatah beras murah.

ARIS ANDRIANTO

http://nasional.tempo.co/read/news/2015/07/06/058681559/raskin-bau-dan-berkutu-ini-solusi-wakil-bupati-banjarnegara

Senin, 06 Juli 2015

Bulog Jangan Jual Barang Busuk kepada Rakyat

Senin, 6 Juli 2015

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kasus cabai rawit yang banyak ditemukan telah kering dan membusuk dalam Operasi Pasar (OP) Bulog, Minggu (5/7/2015), menunjukkan bahwa Bulog tidak dikelola secara profesional.
Demikian dikemukakan Anggota Komisi VI. DPR RI Indra P Simatupang di Jakarta, Senin (6/7/2015).
"Bulog sebagai badan usaha yang diberi amanat oleh negara untuk menjaga ketersediaan stok bahan pangan pokok dan stabilitas harga, semestinya bekerja sebaik-baiknya sesuai amanat yang diberikan," ujar politikus PDIP ini.
Dikatakan selain kasus cabai pada operasi pasar kemarin, masih sering kita dengar kasus-kasus bahan pangan lain yang dijual Bulog dengan kualitas rendah. Contohnya adalah beras.
"Masih banyaknya kasus bahan pangan kualitas rendah yang dijual oleh Bulog semakin memperkuat dugaan bahwa terjadi salah kelola di Bulog," katanya.
Padahal, menurut dia, dalam operasi pasar tahun ini, Bulog direncanakan menjual 6 jenis bahan pangan pokok, seperti bawang merah, beras, cabai, minyak goreng, gula pasir, hingga daging.
"Jika manajemen Bulog masih seperti ini, saya khawatir rakyat membeli 6 bahan pangan strategis dengan kualitas rendah atau busuk. Jelas rakyat yang akan sangat dirugikan," katanya.
Untuk mengantisipasi kasus-kasus tersebut terulang kembali, dia menyarankan Bulog perlu segera melakukan perbaikan manajemen logistik mulai dari subdolog dan dolog.
Selain itu, Bulog harus membangun sistem quality control terhadap bahan pangan pokok sebelum dilepas ke pasar.
"Terakhir, penempatan sumberdaya manusia yang kompeten menjadi kunci dalam perbaikan manajemen Bulog," katanya.
Indra mengatakan Dirut Bulog dan Menteri BUMN wajib bertanggung jawab dalam kasus cabai busuk ini.
"Menteri BUMN dan Bulog yang bertugas menjaga ketahanan pangan harus diisi oleh orang-orang yang kompeten. Jangan sampai menjelang hari raya Idul Fitri nanti Bulog menjual daging busuk kepada rakyat," ujar Indra.

http://www.tribunnews.com/bisnis/2015/07/06/bulog-jangan-jual-barang-busuk-kepada-rakyat