Selasa, 30 Juni 2015

Warga Adukan Beras Kualitas Jelek ke Gudang Bulog Sumenep

Senin, 29 Juni 2015

Sumenep, 29/6 (Media Madura) – Warga yang mengatas namakan Laskar Anti Korupsi Indonesia (LAKI) mendatangi gudang Bulog Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, untuk mengadukan kualitas beras untuk warga miskin (raskin) yang sangat jelek.

Salah satu perwakilan LAKI, Bambang Supratman menuturkan, beras yang di distribusikan oleh Bulog Sumenep kualitasnya sangat jelek dan tidak layak konsumsi.

“Kedatangan kami kesini untuk mengadukan bahwa beras yang di distribusikan kepada masyarakat kualitasnya sangat jelek,” ujarnya.

Pihaknya berharap ada tindak lanjut dari Bulog Sumenep, agar masyarakat tidak mengkonsumsi beras yang kualitasnya sangat jelek.

“Ini tidak bisa dibiarkan, Bulog harus bertanggung jawab, jadi kami meminta Satker agar melakukan survey, untuk kedepannya agar selektif melakukan pendistribusian,” tegasnya.

Sementara itu, Kepala Gudang Bulog Sumenep Aminullah berjanji untuk menindak lanjuti laporan tersebut.

“Kami akan menindak lanjuti laporan tersebut, dan kalau memang ada beras yang kualitas jelek kami menghimbau agar dikembalikan,” ujarnya. (Bahri/Esa)

Terima Raskin Tak Layak Konsumsi, Warga Surati Jokowi

Senin , 29 Juni 2015

BANYUMAS, RAJA – Sejumlah warga penerima beras untuk keluarga miskin (raskin) di Desa Srowot, Kecamatan Kalibagor, Kabupaten Banyumas, melayangkan surat protes ke Presiden Joko Widodo. Surat itu berisi keluhan warga atas kualitas raskin yang buruk.

Warga menduga raskin berkualitas buruk itu sudah terlalu lama disimpan di gudang Bulog. Kepala Desa Srowot, Handoyo mengungkapkan, beras bantuan pemerintah itu tak layak dikonsumsi. “Kualitas beras yang disalurkan kepada warga penerima raskin di Desa Srowot ini jelek dan kualitasnya tidak layak, sehingga kurang enak disantap,” katanya.

Hanya saja, kata Handoyo, warga penerima raskin berkualitas buruk itu enggan menukarnya ke Bulog.  “Karena jika beras itu ikembalikan, akan lama prosesnya,” katanya.

Handoyo menegaskan, warganya hanya berharap kualitas raskin yang akan disalurkan pada bulan berikutnya lebih baik. Menurutnya, warga menginginkan beras bersubsidi itu tetap harus enak dinikmati.

Sedangkan Camat Kalibagor, Sudarso mengatakan ada warganya yang menyampaikan keluhan soal raskin ke presiden. “Untuk raskin, kemarin warga kita juga ada yang menyurati Presiden Jokowi terkait masalah mekanisme dan kualitas raskin tersebut,” ungkapnya. (Jp)

http://fajar.co.id/fajaronline-jateng/2015/06/29/terima-raskin-tak-layak-konsumsi-warga-surati-jokowi.html

Senin, 29 Juni 2015

Gubernur NTT: Rencana Penghapusan Raskin Itu Kebijakan Nasional

Senin, 29 Juni 2015

Kupang, HanTer - Gubernur Nusa Tenggara Timur Frans Lebu Raya mengatakan, rencana penghapusan program beras untuk warga miskin (raskin) merupakan kebijakan nasional.

"Itu kebijakan nasional, dan sejauh ini belum ada keputusan resmi mengenai kebijakan baru pengganti raskin," kata Gubernur Frans Lebu Raya di Kupang, Senin (29/6) terkait rencana pemerintah menghapus raskin mulai 2016.

Menurut dia, jika program raskin benar-benar dihapus, maka pemerintah tentu akan menyiapkan program lain untuk membantu masyarakat miskin.

Dia mengatakan, alasan penghapusan beras raskin adalah banyaknya masalah-masalah dalam penyaluran di lapangan.

Dari jatah 15 kilogram beras yang seharusnya diterima, terkadang masyarakat yang berhak tidak menerima secara utuh.

"Dari penjelasan pemerintah pusat, raskin ini banyak sekali masalahnya di lapangan. Titik lemahnya ada di desa-desa dan itu merupakan hasil temuan BPK dan KPK. Itulah yang menjadi alasan pemerintah menghapus raskin ini mulai 2016," katanya.

Hanya saja, belum ada keputusan resmi di tingkat nasional mengenai kompensasi jika pemerintah menghapus program raskin, katanya.

"Masih dilakukan evaluasi menyeluruh, sebelum ada keputusan resmi pemerintah untuk menghapus raskin," katanya.

Mengenai sosialisasi, dia mengatakan pemerintah daerah akan melakukan sosialisasi setelah ada keputusan resmi pemerintah pusat, kata Lebu Raya.

Theresia Doren, warga Desa Watoone, Kabupaten Flores Timur mengharapkan program raskin tetap dilanjutkan karena sangat membantu keluarga mereka.

"Raskin sangat membantu meringankan keluarga kami. Saya harap program ini tetap dilanjutkan," katanya.

(ruli)

http://www.harianterbit.com/hanterdaerah/read/2015/06/29/33701/81/20/Gubernur-NTT-Rencana-Penghapusan-Raskin-Itu-Kebijakan-Nasional

Warga Julok Dapat Jatah Raskin tak Layak Konsumsi

Minggu, 28 Juni 2015

ACEH TIMUR – Warga miskin di Kecamatan Julok, Kabupaten Aceh Timur mendapatkan suplay beras raskin yang tak layak komsumsi kepada masyarakat. Beras raskin tersebut dengan kondisi hitam dan berbatu.

Masyarakat maskin menduga Pemerintah tidak lagi menghargai dan telah melecehkan masyarakat miskin  dalam menjalani ibadah puasa dengan mengsuplay beras raskin yang tidak layak komsumsi.

Seperti yang dikatakan, Jufri Zainuddin  Direktur Civil Society, kepada wartawan Minggu 28 Juni 2015 mengatakan, dan mengecap pihak Buloq yang menyuplay beras tak layak kosumsi kepeda warga miskin.

"Meski kami Rakyat Miskin tapi coba lah sedikit dihargai, jangan beras hitam dan berbatu di suplai ke kami,'' ujar Jufri.

Jufri menambahkan, beraskin yang disuplai pihak buloq layaknya Beras  raskin, yang di konsumsi binatang. Katanya, beras raskin yang kami terima melalui Desa, sangat tidak layak untuk di konsumsi, karena berasnya hancur hitam dan berbatu, kondisi bulan puasa seperti ini seharusnya dapat bantuan beras semestinya layak konsumi, Bupati harus mengontrol kinerja Bulog," katanya.

Jufri juga mengatakan, kasus beras raskin yang tidak layak komsumsi ini akan kami laporkan ke pihak  berwenang, agar pihik bulog dan Pemerintah Aceh Timur dapat mempertangung jawabkannya," tegas Jufri.

Sementara itu, Camat Julok Zainuddin, SE mengatakan, pihaknya telah menerima laporan dari masyarakat, terakait beras raskin yang jelek tak layak konsumsi yang diterima masyarakat miskin, '' kita akan minta aparat Desa untuk menarik ulang beras yang tidak layak konsumsi tersebut,'' ujar Zainuddin. [Iskandar].

http://www.lintasatjeh.com/2015/06/warga-julok-dapat-jatah-raskin-tak.html

Minggu, 28 Juni 2015

Kinerja Jeblok, Bulog Pantas Dipetralkan

Minggu, 28 Juni 2015

Jakarta_Barakindo- Jika Direktur Utama (Dirut) Perum Bulog, Lenny Sugihat, dilengserkan dalam tempo 5 bulan, maka itu bisa dimaklumi. Sebab, bisa saja penggantian itu diakibatkan oleh ketidak-mampuan Lenny memainkan peran sebagaimana mestinya. Namun, jika baru 2 bulan Dirut yang baru sudah mulai menghela napas panjang dan bersiap-siap untuk hengkang, maka itu baru masalah yang sebenarnya.

Koordinator Front Nasional Relawan Indonesia (FNRI), S Indro Tjahyono menuturkan, hal itu bisa dipahami mengingat kerusakan Bulog sebagai otoritas yang paling kompeten di bidang perberasan, sudah bersifat sistemik.

“Semua subsistem dan  komponen organisasi sudah disabot oleh para aktor yang selama ini bermain. Organ-organ dalam Bulog telah digrogoti oleh perilaku korup yang kronis, mulai dari proses pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian,” ujarnya.

Kata S Indro, permainan yang disinyalir melibatkan semua pejabat Bulog itu, adalah konsekuensi dari banyaknya transaksi yang berlangsung dalam badan tersebut. “Mulai dari bunga pinjaman, selisih harga, penjatahan, kadar air, timbangan, butir patah/menir, transportasi, kepangkatan, sampai promosi kepangkatan/jabatan ditransaksikan dan menjadi ajang korupsi. Tidak aneh jika KPK merekomendasikan 50 persen pejabat BULOG harus direposisi,” katanya.

Sebagai sebuah lembaga, lanjutnya, Bulog sudah kehilangan kekuatan pengendaliannya (controlling power). Hal itu terjadi, lantaran semua orang, baik di dalam maupun dari luar, sepakat mengeksploitasi tugas dan fungsi Bulog sebagai penjaga stok dan stabilitas harga. “Mereka secara kolektif menjadi parasit yang secara langsung dan tidak langsung membusukkan dan menghancurkan Bulog,” jelas Ketua Gerakan Rakyat Tanpa Partai (Getar) tersebut.

Seperti BUMN lain, semacam PLN, katanya, kebijakan-kebijakan Bulog justru dikendalikan oleh pihak luar atau para vendor, yang dalam hal ini adalah mafia beras/pangan. Sementara pucuk pimpinan Bulog mengendalikan kebijakan impor dan pendanaan. Oleh mereka, lanjutnya, Bulog bisa dibuat harus tetap melakukan impor dan mendapat pinjaman dari bank tertentu untuk pengadaan beras, tentunya dengan tingkat suku bunga yang “diatur”.

“Apa yang dialami Bulog, persis seperti yang terjadi pada Pertamina periode 1970-1990 yang digrogoti dari luar dan dari dalam. Kebocoran akibat korupsi dalam tubuh Pertamina sangat fantastis. Akibatnya Pertamina tidak mampu mempertahankan statusnya sebagai produser, tetapi sekedar menjadi trader,” ujar pengamat bidang pangan yang juga kordinator relawan pemenangan Jokowi-JK tersebut.

Bahkan, tambahnya, ketika memerankan sebagai trader melalui  anak perusahaannya di Singapura, Petral, ekonomi negara justru dihancurkan oleh Pertamina. BBM dipaksa terus disubsidi, sehingga membuat APBN mengalami defisit secara permanen. Kondisi Bulog dengan Petral tidak berbeda jauh, karena terus menerus memposisikan diri sebagai beban bagi ekonomi pemerintah.

“Saatnya pemerintah waspada terhadap kondisi Bulog. Akrobat dalam penunjukan Dirutnya merupakan indikasi, bahwa Bulog sudah terserang penyakit stroke dan layak dimasukkan ke ruang ICCU.  Penanganan Bulog harus dilakukan secara extra-ordinary.  Sebab, jika kinerjanya terus jeblok, maka Bulog pantas dipetralkan oleh pemerintah,” tandasnya. (Redaksi)*


http://beritabarak.blogspot.com/2015/06/kinerja-jeblok-bulog-pantas-dipetralkan.html#more

Kasus Raskin Berkutu Jadi Atensi Kepolisian

Sabtu, 27 Juni 2015

blokBojonegoro.com - Kepolisian Resor (Polres) Bojonegoro menegaskan kasus beras untuk rumah tangga miskin (raskin) berkutu, harus diusut tuntas dan ditangani dengan cepat dan fokus. Sebab, kasus ini menjadi atensi khusus kepolisian yang mendapat dukungan Forum Pimpinan Daerah (Forpimda) Jawa Timur.

"Selain bisa dikenakan undang - undang pangan, Kasat Reskrim sudah saya minta cek pengadaan beras berkutu," ungkap Kapolres Bojonegoro, AKBP Hendri Fiuser.

Menurut Kapolres, pada akhirnya nanti, semua pihak yang terlibat dalam pengadaan tersebut akan dipanggil lagi. Termasuk pihak yang mengendalikan anggaran-anggaran raskin. "Semua pihak yang terlibat tentu berpotensi jadi tersangka," tegasnya.

Sementara itu, Kapolres menjelaskan alasan penyidikan kasus raskin berkutu ini untuk melindungi masyarakat kecil mendapat pangan yang layak. Kendati kasus tersebut sudah ditangani penyidik Polres Bojonegoro, namun sampai sekarang daftar tersangka masih kabur.

Saat ditanya soal penetapan calon tersangka dalam kasus ini, Kapolres  menyatakan hal itu akan digelar perkara lebih dahulu oleh penyidik. Selain itu, pihaknya tidak akan gegabah dalam menetapkan tersangka dalam kasus tersebut.

Polisi masih mengusut kasus ditemukannya beras raskin berkutu di Desa Jumok, Kecamatan Ngraho. Meski sudah memeriksa pihak Badan Urusan Logistik (Bulog), pemilik gudang, sopir truk dan dinas kesehatan, sejauh ini polisi belum menetapkan satu orang pun tersangka dalam kasus ini.

Selain menyita sampel beras 808,4 ton dan sebuah truk milik Bulog Nopol S 8345 D, polisi juga menyegel gudang UD Rahayu Gumilang yang dipinjam oleh Bulog untuk menyimpan raskin. [oel/mu]

http://blokbojonegoro.com/read/article/20150627/kasus-raskin-berkutu-jadi-atensi-kepolisian.html

Sabtu, 27 Juni 2015

Ada Indikasi Bulog Dijadikan Bom Waktu Untuk Pemerintahan Jokowi

Sabtu, 27 Juni 2015

Jakarta_Barakindo- Berdasarkan analisis intelijen, isu-isu ataupun peristiwa yang terkait dengan kebobrokan Bulog sudah bisa disebut dengan upaya sabotase untuk mendiskreditkan pemerintahan Jokowi-JK. Pasalnya, masalah-masalah tersebut bukan lagi persoalan manajemen atau tata-laksana, namun terindikasi merupakan bagian dari operasi intelijen pihak lawan. Salah satu persoalan yang menonjol adalah beras plastik dan pencampuran bahan kimia dalam beras.

Sabotase tersebut diperkirakan dilakukan untuk menghancurkan citra pemerintah Jokowi-JK yang mengangkat kedaulatan pangan sebagai fokus dari program-program kerjanya. “Mendatangkan beras plastik, mendistribusikan, dan mempublikasikan ke publik, merupakan kegiatan yang disengaja dan terorganisir. Kejahatan semacam ini belum pernah dialami oleh Bulog sebelumnya”, demikian dikatakan, Ketua Forum Nasional Relawan Indonesia (FNRI), S. Indro Tjahyono, kepada Barak Online Group, Jumat (26/6/2015).

Di Gegesik Kabupaten Cirebon, katanya, ditemukan beras yang dicampur dengan pupuk urea. Pencampuran yang dilakukan di penggilingan itu bisa saja bertujuan sebagai bleaching atau pemutihan beras. Tetapi kemungkinan itu sangat kecil, karena semua orang tahu, bahwa bahan yang digunakan untuk pupuk itu berbahaya jika dikonsumsi.

Di samping beras plastik dan beras yang dicampur dengan urea, lanjut mantan aktivis mahasiswa yang pernah mengecam pahitnya perjuangan era Orba itu, sebelumnya ada kebijakan Bulog yang sangat berbahaya, yakni beras raskin yang tidak layak dikonsumsi dan di bawah standar mutu, tetap dibagikan. Beras tersebut di samping warnanya berubah dan secara fisik rapuh, juga berulat dan sangat berbahaya bagi kesehatan jika dimakan.

Indro Tjahyono menjelaskan, pembagian beras raskin di bawah mutu adalah cara yang efektif untuk melakukan pembunuhan karakter terhadap Jokowi yang sejak kampanye gemar membagikan beras kepada korban bencana. Begitu pula dengan kebijakan-kebijakan Bulog yang serba keliru terindikasi dilakukan dengan sengaja.

"Selama ini, ada beberapa kebijakan Bulog yang janggal, misalnya  tidak mendistribusikan raskin pada saat paceklik. Bagitu pula pada saat panen tidak segera menetapkan HPP agar bisa maksimal menyerap gabah/beras petani nasional," katanya.

Ia menambahkan, HPP yang dikeluarkan pemerintah melalui Inpres No 5 Tahun 2015 dinilai masih rendah dan tidak optimal menyerap beras petani. Hal ini disebabkan karena pemerintah menetapkan harga tunggal untuk menyerap beras. Apalagi penetapan kadar air 14 persen dinilai sulit dicapai oleh petani.

Hal lain, katanya lagi, kebijakan Bulog yang dinilai paling janggal adalah pada saat Bulog melakukan operasi pasar, tetapi pada saat yang sama Bulog melakukan penyerapan beras petani. "Kami menduga ada oknum-oknum tidak bertanggung-jawab yang memberi input yang salah tentang pertanian dan pangan kepada Presiden, sehingga Presiden mengeluarkan pernyataan yang keliru, bahwa hasil panen kedua lebih banyak dari panen pertama. (Redaksi)*

http://beritabarak.blogspot.com/2015/06/ada-indikasi-bulog-dijadikan-bom-waktu.html#more

Jumat, 26 Juni 2015

Raskin Jelek, Warga Surati Presiden

Jumat,26 Juni 2015

Kalibagor- Di tengah oprasi pasar yang sedang gencar dilakukan untuk mengantisipasi harga beras yang terus mengalami kenaikan, ternyata masih banyak warga penerima beras miskin (raskin) yang mengeluhkan jatah raskin berkualitas buruk.
Sejumlah warga penerima raskin di Desa Srowot Kecamatan Kalibagor mengatakan, kualitas beras mereka terima sangat jelek dan kualitasnya sangat rendah. Diduga beras yang disalurkan tersebut sudah lama disimpan di gudang Bulog.
“Kualitas beras yang disalurkan kepada warga penerima raskin di Desa Srowot ini jelek dan kualitasnya tidak layak, sehingga kurang enak disantap,” kata Kepala Desa Srowot, Handoyo.
Menurut dia, warganya berharap kualitas raskin yang akan disalurkan untuk bulan berikutnya lebih baik. Menurut mereka, meski raskin merupakan beras subsidi, namun rasanya harus bisa untuk dinikmati.
“Meskipun ada perintah bagi warga yang menerima raskin dengan kualitas buruk untuk segera datang ke Bulog untuk menukarnya, namun masyarakat enggan. Karena jika beras tersebut dikembalikan, akan lama prosesnya,” katanya.
Camat kalibagor, Sudarso mengatakan, raskin di Kecamatan Kalibagor sudah akan dibagikan sampai tahap kedua. Rencananya akan dibagikan pada tanggal 26 Juni yang akan datang.
“Barusaja saya rapat koordinasi dengan kabupaten, katanya jadwal pembagian raskin untuk Kecamatan Kalibagor tanggal 26 besok,” jelasnya.
Untuk pengambilan, beras bisa diambil langsung keb Bulog. Menurut Sudarso, sejauh ini dia belum menemukan kendala yang berarti, hanya ada sedikit kemacetan oleh pengelola.
Terkait dengan raskin, dia mengaku ada warganya yang menyampaikan keluhannya kepada presiden.
“Untuk raskin, kemarin warga kita juga ada yang menyurati Presiden Jokowi terkait masalah mekanisme dan kualitas raskin tersebut,” ungkapnya. (tgr/din)

http://www.radarbanyumas.co.id/raskin-jelek-warga-surati-presiden/

Kualitas Raskin Sangat Jelek Dikeluhkan Warga Sumenep

Jumat, 26 Juni 2015

SURYA.co.id| SUMENEP – Penerima bantuan beras untuk orang miskin (Raskin) di Desa Talang, Kecamatan Saronggi, Sumenep, dikejutkan dengan pengiriman beras tidak layak konsumsi dari gudang bulog Sumenep.
Padahal pemerintah sudah mewanti-wanti pada bulog, agar raskin tidak layak konsumsi dikembalikan pada pengirimnya, dan tidak dibagikan pada penerimanya, sehingga penerima bantuan merasa puas karena beras bantuan dari pemerintah, kwalitasnya sesuai harapan.
Raskin yang diterima penerima manfaat, warnanya menguning, berdebu, serta banyak kutunya, bahkan sebagian sudah hampir jadi tepung.
Selain kondisinya tidak layak konsumsi, beras raskin yang diterima masyarakat beratnya sudah tidak sesuai ukuran.
Raskin yang semestinya diterima warga sebanyak 15 Kg, saat ini menjadi 13,5 Kg persaknya.
"Awalnya saya senang, karena sudah lama menununggu pencairan raskin. Tapi setelah kami terima, malah kualitasnya sangat jelek, tidak ubahnya seperti pakan ternak," kata Bambang Supratman, anak penerima raskin asal Desa Talang, Kecamatan Saronggi, Sumenep.
Pihaknya sempat akan mengembalikan beras tersebut kepada Kepala desa, namun warga merasa tidak enak karena takut dikira sudah tidak butuh bantuan raskin.Sehingga penerima raskin memilih diam, dan menyimpan beras tersebut untuk dimasak.
Namun begitu, pihaknya berharap pendistribusian raskin selanjutnya tidak sama seperti yang diterima warga saat ini.
Pada pendistribusian raskin berikutnya, pemerintah desa harus lebih selektif dalam menerima kiriman raskin dari bulog, sebelum dicairkan pada masyarakat.
“ Jika kwalitasnya memang jelek dan tidak layak konsumsi, maka sebaiknya ditolak, kami siap kok membantu desa untuk menolak raskin tidak layak konsumsi,” bebernya.
Sementara Ainul Fatah, Kepala Gudang Bulog Sumenep membantah jika kwalitas raskin yang telah didistribuikan kepada penerima kwalitasnya jelek.
Sebab, sebelum dikirim kepada penerima manfaat, beras tersebut sudah dilakukan pemeriksaan oleh petugas di gudang bulog.


Pemilik Penggilingan Padi Akui Belajar dari Teman

Kamis, 25 Juni 2015

PEMILIK penggilingan padi, KS, mengakui penggilingan padi dilakukan dengan mencampur bahan kimia berupa larutan pupuk urea. Ia juga mengakui campuran bahan kima itu berupa dua sendok makan pupuk urea dengan campuran air sebanyak satu botol air mineral dengan ukuran 600 mili liter.
Campuran tersebut dimasukkan ke ember yang ditempatkan di sisi atas mesin penggiling padi. “Itu hanya sedikit saja saya campur. Hanya beberapa sendok larutan pupuk urea. Fungsinya agar mengurangi terjadinya beras menir saat dilakukan penggilingan dan mengubah warna menjadi bening dan bersih terlihatnya,” katanya di depan petugas.
Saat disinggung sudah berapa lama mencapurkan bahan kimia pada beras tersebut, KS mengaku sudah satu bulan berjalan. Cara itu didapat dari temannya di Karawang. “Ada teman yang berasnya lebih bagus. Dan saya tanya bagaimana caranya, katanya pakai ini (pupuk urea, red),” ujarnya.
Sementara Kepala Bulog Sub Divre Cirebon, Miftahul Ulum, mengatakan, pihaknya belum mengetahui adanya tempat penggilan padi yang menggunakan bahan kimia. Dia berjanji akan turun melakukan pengecekan langsung di pabrik penggelingan tersebut.
Jika pemilik penggilingan melakukan hal itu dan bermitra dengan Bulog, maka pihaknya akan memberikan sanksi.
“Jika benar, dan bermitra dengan Bulog maka kami akan blacklist. Sekali lagi kami memang belum mengetahui adanya penyalahgunaan tersebut. Besok (hari ini, red) kami akan lakukan pengecekan apakah dia bermitra dengan kami atau tidak. Perbuatan itu membahayakan dan tentunya mencemarkan nama baik Bulog,“ tegas Miftah saat dihubungi melalui telepon selular, tadi malam.
Masih dikatakan Miftah setiap kali pasokan beras dari mitra, pihaknya selalu melakukan pengecekan kadar kandungan dan kelayakannya. “Kami selalu melakukan pengecekan jika ada beras yang masuk. Namun jika memang melakukan kecurangan dan bermitra dengan kami, tidak segan-segan kami tindak,” tegasnya. (arn)

http://www.radarcirebon.com/pemilik-penggilingan-padi-akui-belajar-dari-teman.html

Kamis, 25 Juni 2015

Bulog Akui Ada Ribuan Ton Beras di Gudangnya yang Mutunya Jelek

Kamis, 25 Juli 2015

Jakarta -Pihak Perum Bulog mengakui dari stok 1,4 juta ton beras yang tersebar di seluruh Indonesia ada ribuan ton yang mutunya rendah. Bulog akan melakukan proses agar bisa meningkatkan mutu sebagian beras-beras tersebut.

"Dari 1,4 juta ton merupakan pengadaan tahun 2014 sejumlah 138.000 ton. Dari 138.000 ton tersebut terdapat yang turun mutu kurang lebih 14.000 yang saat ini sedang dilakukan proses reprocessing," kata Direktur Pelayanan Publik Wahyu Suparyono dalam surat elektronika yang diterima detikFinance, Kamis (25/6/2015).

Pihaknya saat ini sedang melakukan proses ulang terhadap beras-beras yang mutunya jelek tersebut melalui proses sortasi, blower dan pengayaan sehingga mutunya menjadi lebih baik.

"Beras itu barang biologis, maka dari itu seiring waktu penyimpanan akan mengalami perubahan kualitas. Apalagi Indonesia ini negara tropis yang kelembabannya tinggi," katanya.

Ia mengatakan, untuk mencegah hama dan penurunan mutu beras, maka gudang Bulog dijaga kebersihan, sanitasi dan aerasinya (dianginkan). Untuk pemberantasan hama gudang setiap bulan dilakukan spraying dan 3 bulan sekali dilakukan fumigasi.

Wahyu mengatakan di beberapa gudang juga telah dilakukan perawatan dengan memakai sistem CO2 stack. CO2 stack itu beras disungkup sekedap mungkin dengan plastik khusus , kemudian gas CO2 diinjeksikan hingga konsentrasinya mencapai minimal 80 % dan komoditas beras dibiarkan tersungkup dengan gas CO2 hingga kurun waktu yang lama dengan harapan respirasi komoditas dapat ditekan dan hama maupun jamur dapat ditekan pertumbuhannya.

"Dengan cara ini beras bisa awet disimpan lama," katanya.

Sebelumnya pemerintah mengungkapkan soal keberadaan beras untuk masyarakat miskin (raskin) yang berkualitas buruk yang saat ini tersebar di gudang-gudang Perum Bulog di daerah. Berdasarkan perkiraan ada sekitar 400.000 ton raskin tak layak konsumsi yang harus dimusnahkan.
(hen/rrd)

http://finance.detik.com/read/2015/06/25/143916/2952222/1036/bulog-akui-ada-ribuan-ton-beras-di-gudangnya-yang-mutunya-jelek

Papua Barat Minta Bulog Perbaiki Beras PNS

Kamis, 25 Juni 2015

Manokwari, Jubi/Antara – Pemerintah Provinsi Papua Barat minta Bulog agar memperbaiki kualitas beras jatah yang diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil (PNS) di provinsi itu.
“Seluruh Kabupaten di Provinsi Papua Barat mengeluhkan kualitas beras untuk PNS karena menurut mereka beras tersebut tidak layak di konsumsi manusia,” kata Wakil Gubernur Papua Barat, Irene Manibuy, di Manokwari, Rabu (24/6/2015).
Dia mengatakan seluruh Kabupaten dalam pertemuan bersama Pemerintah Provinsi awal pekan ini meminta agar kualitas beras untuk PNS diperbaiki oleh Bulog.
“Bahkan menurut Pegawai di tingkat Kabupaten bahwa mereka tidak konsumsi beras jatah tersebut tetapi dijadikan sebagai makanan ternak,” katanya.
Oleh karena itu, Pemerintah Provinsi Papua Barat akan membangun komunikasi dengan pihak Bulog terkait keluhan PNS atas buruknya kualitas beras jatah mereka.
Ia mengatakan tidak hanya kualitas beras tetapi PNS juga mengeluhkan kinerja kontraktor yang ditunjuk pemerintah guna menyalurkan beras jatah karena sering mengalami keterlambatan bahkan akhir-akhir ini PNS tidak mendapat beras.
Menurutnya, keterlambatan penyaluran beras jatah PNS juga disebabkan lambatnya pencairan anggaran oleh instansi yang menangani distribusi beras tersebut.
“Pemerintah Provinsi Papua Barat akan melakukan evaluasi dan mencari jalan keluar agar penyaluran beras jatah pegawai berjalan lancar,” katanya. (*)

http://tabloidjubi.com/2015/06/24/papua-barat-minta-bulog-perbaiki-beras-pns/

Pakai Pemutih, Penggilingan Beras untuk Bulog Digerebek

Rabu, 24 Juni 2015

CIREBON - Sebuah pabrik penggilingan beras di Desa Gegesik Kidul, Kecamatan Gegesik, Kabupaten Cirebon, di grebek polisi karena diduga menggunakan pemutih dari urea.

Berdasarkan informasi, penggrebekan tersebut dilakukan Satuan Reskrim Polres Cirebon bersama Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Cirebon. Penggerebekan dilaksanakan setelah polisi memperoleh informasi dari masyarakat.

"Kami grebek setelah adanya laporan dari masyarakat," ungkap Kasatreskrim Polres Cirebon, AKP Jarot Sungkowo kepada wartawan, Rabu (26/6/2015).

Setelah mendapat laporan, polisi bersama petugas Disperindag meluncur ke lokasi dan menemukan adanya kelengkapan mencurigakan di penggilingan tersebut. Petugas menemukan sebuah galon berisi air yang mengalir ke dalam beras yang tengah digiling mesin penggilingan.

Kata dia, menurut pemilik penggilingan, Kasmin mengaku, galon tersebut berisi cairan urea. Cairan itu dicampurkannya ke dalam beras agar warnanya lebih putih, cerah, dan tak mudah pecah.

"Supaya berasnya lebih putih, cerah, dan tak pecah-pecah, jadi saya tak rugi," terang Jarot sebagaimana pengakuan Kasmin.

Meski ditemukan pemutih, petugas belum dapat memastikan kandungan maupun bahaya beras tersebut jika dikonsumsi manusia. Guna mengetahui hal itu, semua bukti yang ditemukan di lokasi dan diamankan petugas dan akan di uji laboratorium.

Dari penggerebekan itu sendiri, polisi mengamankan satu karung beras berisi 50 kilogram, satu jerigen bahan urea, maupun satu jerigen galon tempat air yang ditempatkan di atas penggilingan beras.

Sementara itu, Kepala Seksi Pembimbingan Konsultasi dan Mediasi Bidang Perlindungan Konsumen Disperindag Kabupaten Cirebon, Didin Wahidin berjanji akan melakukan pembinaan terhadap pengusaha yang diduga menggunakan bahan kimia bercampur urea.

Namun, tegasnya, bila hasil uji laboratorium membuktikan beras tersebut mengandung bahan kimia berbahaya, pihaknya akan menyerahkan proses selanjutnya kepada kepolisian.

"Kami akan segera bina. Tapi kalau memang kandungannya berbahaya, kami serahkan kepada polisi," katanya.

Jika terbukti, pemilik penggilingan telah melanggar pasal 7 UU No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Dia menyebutkan, penggilingan milik Kasmin mampu setiap hari mampu menghasilkan lima ton beras.

Pemutih yang terbuat dari urea bercampur air itu sendiri digunakan untuk beras yang akan dipasok ke Bulog. Sementara beras yang akan dijual ke pasaran, seperti pengakuan Kasmin kepada petugas, tidak memakai bahan tersebut. Kasmin sendiri mengklaim, cara tersebut diperolehnya dari seorang teman di Karawang. (awl)

(sus)

http://news.okezone.com/read/2015/06/24/340/1170909/pakai-pemutih-penggilingan-beras-untuk-bulog-digerebek

Pencurian Raskin di Gowa Marak, Kerugian Rp 2 Miliar per Tahun

RABU, 24 JUNI 2015

TEMPO.CO, Gowa - Aksi pencurian beras miskin atau raskin marak terjadi di Kabupaten Gowa. Pencurian raskin ini terjadi tiap tahun saat raskin disalurkan kepada warga miskin.

Kepala Bagian Ekonomi Pemerintah Kabupaten Gowa, Iriansyah, mengatakan modus pencurian raskin ini dilakukan dengan cara mengurangi isi karung beras saat dalam perjalanan menuju tempat penyaluran raskin. Beras miskin yang dikurangi itu hampir terjadi secara merata di semua desa dan kelurahan. "Kekurangannya sampai 3 kilogram per karung," katanya.

Kabupaten Gowa, kata Iriansyah, mendapat jatah raskin sebanyak 543 ton setiap bulan. Raskin tersebut dikemas dalam karung sebanyak 36.212 karung berukuran 15 kilogram. "Jika 1 kilogram saja yang dicuri, artinya raskin milik warga hilang 36 ton lebih tiap bulan," ucapnya.

Iriansyah pun memprediksi jumlah kerugian dari praktek pencurian raskin ini ditaksir mencapai Rp 2 miliar per tahun. Kerugian akibat tindak pencurian ini juga banyak dikeluhkan masyarakat. "Hampir semua penerima mengaku beratnya sudah tidak sampai 15 kilogram," ujarnya.

Ia meminta Bulog memperketat pengawasan dalam proses penyaluran raskin tersebut. Pihaknya menyarankan agar jasa pengangkutan raskin menyiapkan timbangan khusus. "Setiap raskin yang akan diserahkan ke kelurahan atau desa sebaiknya ditimbang terlebih dulu," tuturnya.

Kepala Gudang Bulog Kabupaten Gowa, Nasir, membenarkan bahwa aksi pencurian raskin ini marak terjadi tiap tahun. Ia pun mengaku telah bertemu dengan pihak Pemerintah Kabupaten Gowa untuk membicarakan masalah tersebut. "Kami sudah sepakat untuk memperketat penyaluran raskin nanti," ucapnya.

Menurut dia, proses penimbangan beras sebenarnya selalu dilakukan tiap akan disalurkan kepada warga miskin. Hanya, pengawasan yang dilakukan saat pengangkutan masih dinilai lemah. "Agar lebih transparan, ke depan kami sepakat untuk menyiapkan timbangan di tiap mobil yang mengangkut raskin ini," ujar Nasir.

AWANG DARMAWAN

http://nasional.tempo.co/read/news/2015/06/24/058678034/pencurian-raskin-di-gowa-marak-kerugian-rp-2-miliar-per-tahun

Rabu, 24 Juni 2015

Polisi Temukan 900 Ton Beras Berkutu Milik Bulog Bojonegoro

Rabu, 24 Juni 2015

Liputan6.com, Bojonegoro - Polres Bojonegoro, Jawa Timur, terus melakukan penyelidikan terkait 900 ton beras berkutu dan tak layak konsumsi yang disalurkan Perum Bulog Divisi Regional 3, Bojonegoro.

Awalnya polisi hanya menemukan 8,5 ton beras rusak yang hendak dibagikan atas laporan perangkat Desa Jumok, Kecamatan Ngraha, Kabupaten Bojonegoro. Namun setelah memeriksa gudang pengambilan beras Bulog, ada 800 ton beras lainnya yang dalam kondisi serupa.

Hampir 2 pekan sudah penyelidikan, tapi Polres Bojonegoro belum juga mengumumkan siapa yang bertanggungjawab terhadap 900 ton beras berkutu itu.

"Kita juga akan bongkar nanti  bagaimana mekanismenya dari rekanan ini, beras yang diterima Bulognya seperti apa, melalui rekanan seperti apa, mulai dari petani seperti apa. Ada 3 mekanisme itu: sistem kontrolnya kemudian didistribusikan kepada masyarakat seperti apa, siapa yang bertanggungjawab, ini yang kita gali," kata Kapolres Bojonegegoro AKBP Hendri Fiuser, seperti ditayangkan Liputan 6 Siang SCTV, Rabu (24/6/2015).

Pada Rapat Kabinet Terbatas, Senin 22 Juni lalu, Presiden Joko Widodo sudah memerintahkan jajarannya memperbaiki kualitas beras raskin.

"Yang lalu kita lihat, ternyata stoknya benar-benar habis. Yang hitam, berkutu, berjamur, yang tidak layak konsumsi. Berganti dengan stok baru yang baru kita beli dan kita harapkan jauh lebih baik lagi," ucap Presiden Jokowi.

Kini masyarakat menantikan apakah perintah Presiden Joko Widodo atau Jokowi benar-benar dilaksanakan oleh bawahannya. (Mar/Sun)

Raskin dari Bulog Masih Tak Layak Konsumsi

Rabu, 24 Juni 2015

NEGARA,BALIPOST.com – Beras dari Bulog untuk warga miskin (raskin) yang baru didistribusikan ke desa-deda ternyata masih didapati kualitasnya rendah. Hal itu didapati Ketua DPRD Jembrana I Ketut Sugiasa, saat mengecek beras raskin di desa Dangintukadaya Rabu pagi (24/6/2015).
Sugiasa yang awalnya menyerahkan bantuan kursi roda untuk KK miskin di Sebual ini, menerima informasi bahwa raskin yang diterima selama ini tidak layak dikonsumsi. Padahal pekan lalu, pihaknya bersama Muspida sempat melakukan sidak ke gudang Bulog dan didapati masih banyak beras disana yang kurang berkualitas.
“Saya cek (raskin) yang baru datang ternyata masih pecah-pecah,” ujarnya geram.

Para aparat desa juga mengaku sering menerima keluhan warga penerima raskin itu. Namun dua bulan terakhir sudah mulai lumayan dibandingkan tiga bulan lalu yang menyerupai pakan ayam. “Ada yang mengembalikan ada juga yang terpaksa dikasihkan makan ayam, karena tidak layak,” terang salah satu perangkat desa.
Sugiasa mengaku kecewa masih adanya beras kurang berkualitas tersebut (surya dharma/balipost)

Haramnya Raskin 'TMS'

Rabu, 24 Juni 2015

SUNGGUH sebuah pertanyaan mendasar, ketika beras untuk orang miskin (Raskin) yang selama bertahun-tahun dikeluhkan karena tidak memenuhi syarat (TMS) menurut Inpres-inpres tentang Perberasan, ternyata baru kali ini mengundang perhatian Presiden. Dalam rapat terbatas di Istana Negara, Senin sore, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memang mengingatkan dengan keras perlunya pembenahan raskin karena kelewat TMS. Dalam arahannya, beliau menyatakan pernah menemukan raskin di lapangan yang sudah menghitam dan berkutu.

Itulah raskin yang lebih sering penyebutannya diplesetkan menjadi beras <I>penguk<P>, beras remuk, beras berkutu (rasnguk, rasmuk, rastu) atau kombinasi dari ketiganya. Sebagian penerima, oleh karena rasa syukurnya menyebut bahwa masih lumayan dapat jatah rasmuk, bukan remukan beras.
Bersyukurnya rumah tangga miskin (RTM) itu telah terwujud dalam nyaris tiadanya <I>claim<P>, protes dan tuntutan dari pihak RTM. Boleh jadi karena harga tebusnya yang hanya Rp 1.600/kg. Atau dalam kultur masyarakat, penerima yang <I>wong cilik<P> cenderung diam dan <I>narima ing pandum<P>, daripada namanya dicoret dari daftar. Bersyukurnya RTM ternyata adalah senjata empuk para pengelola raskin. Dan TMS-nya raskin tetap saja berkepanjangan.

Sementara itu, karena TMS, tidak sedikit yang ditukar dengan beras yang memenuhi syarat (MS), layak pangan dengan harga jual raskin TMS yang bisa mencapai lebih kecil dari separohnya, 50% dari harga beras yang memenuhi syarat minimal sebagai pangan. Dan pasti lebih kecil lagi dari <I>book value<P> raskin sebagaimana teranggarkan dan tercatat dalam angka anggaran Kementerian Sosial sebagai Kuasa Pengguna Anggaran.
Benar bahwa tebusannya hanya Rp 1.600/kg. Tetapi, hak RTM adalah raskin yang harus memenuhi syarat: mutu, catu, waktu, target, harga dan administratif, yang dalam penyelenggaraannya disebut sebagai Enam Tepat (6T). Sebagian dari 6T ini berkenaan dengan sifat beras dengan <I>mutu-catu-waktu<P> yang memenuhi syarat sebagai hak RTM. Sementara secara keseluruhan 6T dimaksud sangat berkenaan dengan sistem keuangan negara.

Lantas apakah makna penyimpangan terhadap hak RTM selama sekian lama? Mudah sekali dihitung, bahwa selama ini hak RTM disunat, terutama dalam hal mutu raskin TMS. Keluhannya ada di mana-mana, sampai dikeluhkan Jokowi. Penyunatan kualitas ini pun luar biasa besarannya ketika diukur dari harga jualnya yang bisa mencapai 50%. Tanpa menyebut siapa yang bertanggung jawab, implikasi dari penyimpangan tersebut tentu manipulatif dan koruptif.

Misteriusnya adalah tiada mencuatnya kasus korupsi dan/atau manipulasi raskin yang bisa mencapai sebesar itu, serta terkesan aman-aman saja. Lebih aneh,  bahkan mencitrakan kebesaran pemerintah sebagai dewa penyelamat yang mencintai rakyat fakir-miskin.
Ternyata penuh manipulasi. Besaran itu pun berdampak sampai ke segala arah. Tidak hanya merampas hak RTM. TMS-nya raskin sekaligus tidak efektif sebagai cara pengendalian stabilitas pasar beras. Cadangan raskin adalah hasil pengadaan beras besar-besaran waktu panen. Ketika raskin tidak dikonsumsi karena TMS, maka akan muncul permintaan tambahan pada tingkat individu dan membuat pasar beras setempat membengkak. Karena semuanya butuh pangan, bukan pakan. Harga beras pun berpotensi meroket gara-gara ada permintaan ganda, <I>doubling demand<P>. Pada gilirannya, inflasi dan instabilitas perekonomian nasional akan menjadi-jadi. Untuk diketahui, rerata kontribusi beras terhadap inflasi pangan selama ini bisa mencapai 20%.

Raskin dengan demikian punya potensi pemenuhan konsumsi, pengendalian inflasi sampai stabilitas perekonomian. Ketika raskin memenuhi syarat, maka tidak butuh impor, tidak sibuk urusan inflasi, dan terjaminlah stabilitas Indonesia. Karenanya, kegusaran Jokowi harus diterjemahkan secara operasional dengan: mengharamkan peredaran raskin TMS. Insya Allah, stabilitas perekonomian akan terjaga.

M Maksum Machfoedz
(Penulis adalah Ketua PBNU, Guru Besar UGM, dan Anggota Pokja Ahli DKP Pusat)

http://krjogja.com/liputan-khusus/analisis/4066/haramnya-raskin-tms.kr?r=1&width=1366&Height=768

Dijewer Jokowi, Bulog janji beras raskin tak lagi berkutu

Selasa, 23 Juni 2015

Merdeka.com - Beberapa kali Presiden Joko Widodo atau akrab disapa Jokowi mengeluhkan kualitas beras rakyat miskin (raskin). Seperti yang disampaikan saat rapat terbatas di kantor kepresidenan, kemarin. Jokowi kecewa lantaran kualitas beras raskin buruk dan berkutu.

Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) menyadari itu. Usai dijewer Jokowi, direksi Bulog pun berjanji memperbaiki kualitas raskin yang disimpan di gudang mereka.

"Direksi sepakat akan kita perbaiki semua, manajemen gudang dan manajemen SDM. Tidak ada beras berkutu lagi," ujar Direktur Pelayanan Publik Perum Bulog Wahyu Suparyono di kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Selasa (23/6).

Dia menyebut, saat ini Bulog memiliki 1.500 gudang tersebar di seluruh Indonesia. Upaya perbaikan dilakukan dengan penyemprotan (spraying) dan pemrosesan kembali (reprocessing) supaya berasnya bermutu dan layak dikonsumsi.

"Gudang harus ISO, standarnya harus bersih dan bebas kuman," imbuh dia.

Sementara itu terkait impor beras, Bulog menyatakan belum perlu melakukannya. Bulog memilih hasil produksi petani lokal dalam rangka mencapai ketahanan pangan. Saat ini stok beras Bulog sekitar 1,4 juta ton atau untuk persediaan enam bulan ke depan.

"Kita sepakat harus dengan mendayagunakan petani kita. Ketahan pangan harus dari dalam. Karena itu jati diri bangsa. Dari petani cukup," ungkapnya.

[noe]

http://www.merdeka.com/uang/dijewer-jokowi-bulog-janji-beras-raskin-tak-lagi-berkutu.html

Selasa, 23 Juni 2015

Tiga Instruksi Wajib dari Presiden Jokowi Soal Raskin

Selasa, 23 Juni 2015

Jakarta, HanTer - Presiden Joko Widodo memerintahkan anak buahnya untuk memperbaiki penyaluran beras untuk rakyat miskin.

Perbaikan pertama, mekanisme penyaluran. Jokowi menilai penyaluran beras untuk masyarakat miskin selama ini banyak yang tidak tepat sasaran.

"Ada laporan data raskin yang tidak sinkron sehingga penyaluran ke rumah tangga sasaran tidak tepat, ini harus diperbaiki," kata Tim Komunikasi Presiden, Sukardi Rinarkit, dalam keterangan tertulis di Jakarta.

Perbaikan kedua, kualitas beras yang disalurkan. "Jangan sampai buruk, hitam, berkutu, dan tidak layak konsumsi," katanya.

Sedangkan perbaikan ketiga, penyediaan raskin. Menteri terkait untuk menjaga ketersediaan dan kecukupan raskin.

"Keterlambatan penyaluran raskin yang dialami daerah tertentu karena letak geografis yang sulit dan jarak yang jauh, saya minta juga diperbaiki," katanya.

http://nasional.harianterbit.com/nasional/2015/06/23/33048/0/25/Tiga-Instruksi-Wajib-dari-Presiden-Jokowi-Soal-Raskin

Mensos Minta Bulog Musnahkan 400 Ribu Ton Raskin Kualitas Jelek

Senin, 22 Juni 2015

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengungkapkan ada sekitar 400 ribu ton beras miskin (raskin) berkualitas buruk yang beredar di masyarakat. Ia meminta Perum Bulog untuk melakukan penyisiran dan menarik beras tak layak konsumsi tersebut.

"Diharapkan ini segera disisir, kemudian yang betul-betul tidak layak konsumsi Bulog diharapkan memusnahkan beras-beras itu," katanya usai mengikuti rapat terbatas soal perbaikan kebijakan program raskin di Kantor Presiden, Senin (22/6).

Khofifah juga meminta Bulog menerapkan mekanisme first in first out dalam penyimpangan beras di gudang. Dia menjelaskan, beras yang dibeli pemerintah untuk program raskin sebenarnya berkualitas medium.

Namun, pada faktanya di lapangan banyak ditemukan raskin berkualitas buruk. Ada yang warnanya menghitam, berjamur dan berkutu. Khofifah menduga, beras itu adalah raskin stok lama yang baru didistribusikan.

"Biasanya beras itu warnanya berubah kalau sudah lewat setahun. Oleh karena itu kapan beras itu datang masuk ke gudang, itupula yang seyogyanya didahulukan dikeluarkan," kata mantan menteri pemberdayaan perempuan tersebut.

Menurut Khofifah, total kebutuhan raskin dalam setahun mencapai 2,78 juta ton, atau setara dengan Rp 18,9 triliun. Berdasarkan laporan dari Bulog, cadangan raskin aman sampai Oktober mendatang.

"Artinya proses pembelian beras pada petani ini terus berjalan," ujarnya.

Walikota Tebingtinggi: Beras Berkutu Akan Dikembalikan kepada Bulog

Senin,  22 Juni 2015

Tebingtinggi,sidaknews.com – Terkait keluhan sejumlah warga di Kelurahan Pasar Gambir Kecamatan Tebingtinggi Kota yang menemukan kutu di dalam beras miskin (raskin) yang dibagikan ke masyarakat mendapat respon langsung oleh Walikota Tebingtinggi Ir H Umar Zunaidi Hasibuan saat melakukan kunjungan Jumling ke kelurahan tersebut, Jumat lalu (19/6).
Salah seorang warga Kelurahan Pasar Gambir, Ahmad Syafii, berharap temuan serangga kutu di dalam beras raskin yang dijual ke warga prasejahtera menjadi perhatian walikota, “Kami ini orang miskin pak, hanya mampu beli raskin dari pemerintah dan ini sangat membantu kami pak”, katanya.
Menanggapi hal itu, Walikota Tebingtinggi menegaskan, jika menemukan beras raskin yang berkutu jangan dipakai dan dikumpulkan saja untuk dikembalikan ke Bulog. “Kita sudah berkomitmen akan mengembalikan beras (berkutu) tersebut kepada Bulog, saya dapat laporan hal semacam ini terdapat dibeberapa kelurahan tidak merata, mari bantu saya, kita bersama-sama akan mengembalikannya”, jelas Umar Zunaidi.
Selain mengeluhkan masalah kutu di dalam beras raskin, warga Kelurahan Pasar Gambir juga mengeluhkan soal kelanjutan pendidikan anak-anak mereka. Sabariah yang merasa khawatir anaknya tidak akan bisa melanjutkan sekolah karena mendengar kabar untuk masuk SMA atau SMK harus membayar Rp 1 juta hingga Rp 1,5 juta, “Bagaimana kami mampu pak”, ujarnya.
Walikota Tebingtinggi Ir H Umar Zunaidi Hasibuan MM menegaskan, untuk masuk sekolah di semua tingkatan SD, SMP, SMA dan SMK Negeri di Tebingtinggi tidak ada bayaran apapun. “Tidak ada dikenakan bayaran untuk masuk ke sekolah negeri di kota ini, silahkan daftarkan anak-anak kita untuk bersekolah ke sekolah negeri karena semuanya gratis”, kata walikota didampingi sejumlah pimpinan SKPD, Camat dan Lurah.
Masalah kesehatan juga menjadi pertanyaan warga terutama susahnya mengurus administrasi penggunaan BPJS, untuk mengklaim-nya selalu terkendala meskipun sudah mendapat pelayanan perawatan. Disampaikan Walikota, jika ingin berobat manfaatkan saja RSUD Kumpulan Pane. “Kapan saja, mau tengah malam pun, saya garansi pasti dapat pelayanan, kalau ada rumah sakit negeri mengapa harus berobat ke tempat lain, Pemerintah Kota telah menyiapkan dana talangan di APBD untuk warga Tebingtinggi berobat ke rumah sakit”, sebut walikota.
Sebelumnya, Walikota juga memberikan informasi tentang program pembangunan yang sedang dan akan dilakukan, dengan berbagai upaya agar pemerintah atasan berkenan mengucurkan dana buat Kota Tebingtinggi. “Kepergian saya keluar daerah untuk menggali dana dari manapun buat Kota Tebingtinggi, itu makanya kalau saya sering diluar kota, bukanlah untuk jalan-jalan, semua untuk kesejahteraan warga Tebingtinggi, jika hanya berharap dari PAD kita, Tebingtinggi tak bisa terbangun”, tandasnya.
Untuk itu, jangan percaya dengan fitnah yang selalu dilontarkan tentang saya dan para staf yang sengaja diisukan ke tengah masyarakat, fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan, biarkan mereka yang akan bertanggung jawab kepada Allah SWT, ujarnya.
Pada kesempatan itu, Walikota Tebingtinggi secara pribadi memberikan bantuan kepada pengurus PKK Kelurahan, berupa satu unit genset untuk kelurahan serta bibit tanaman yang bermanfaat untuk dikembangkan bagi warga di kelurahan tersebut. (Hans)

http://www.sidaknews.com/walikota-tebingtinggi-beras-berkutu-akan-dikembalikan-kepada-bulog/

Senin, 22 Juni 2015

Jokowi Ingatkan Mensos, Beras Raskin yang Hitam dan Berkutu

Senin, 22 Juni 2015

JAKARTA - Presiden Joko Widodo meminta kementerian terkait menjaga kualitas dan kelayakan beras untuk rakyat miskin (raskin) yang diberikan pada masyarakat.‎ Presiden mengaku dirinya masih mendapatkan laporan adanya raskin yang tidak layak dikonsumsi.

"Semoga kualitasnya ke depan lebih baik," ujar Presiden yang akrab disapa Jokowi itu dalam rapat terbatas soal raskin 2016 di kantornya, Jakarta, Senin (22/6).

Selain itu, Jokowi juga memerintahkan jajaran pembantunya untuk menyempurnakan mekanisme penyaluran beras itu agar sampai ke tangan yang berhak.

“Saya masih  menerima laporan tentang permasalahan raskin. Di antaranya pagu anggaran yang tidak cukup untuk rumah tangga sasaran (RTS). Ini karena data penerima raskin tidak sinkron, sehingga mekanisme penyaluran tidak berjalan dengan baik,” keluh Jokowi.

Ia menegaskan perlunya mekanisme distribusi raskin dievaluasi agar tidak terjadi keterlambatan penyaluran. Sistem yang sudah berjalan saat ini tetap bisa diteruskan dengan beberapa  perbaikan validasi data penerima (RTS).

Terakhir, Jokowi meminta kementerian terkait menaruh perhatian khusus terhadap masalah kerawanan pangan yang terjadi di Nusa Tenggara Timur (NTT). Menurut Presiden, meskipun masalah di sana sudah ditangani, tapi kenyataannya pemberitaan tentang kerentanan pangan di NTT masih terus berlangsung.

"Ini perlu dicek ke pemerintah daerah," kata Jokowi. (flo/jpnn)

http://www.jpnn.com/read/2015/06/22/311067/Jokowi-Ingatkan-Mensos,-Beras-Raskin-yang-Hitam-dan-Berkutu

Kualitas Beras Bulog Disorot

MINGGU, 21 JUNI 2015

NEGARA- Fajar Bali | Kualitas beras di gudang Bulog di wilayah Desa Penyaringan, ternyata kurang baik. Hal itu menjadi sorotan Ketua DPRD Jembrana Ketut Sugiasa ketika melakukan sidak bersama-sama dengan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah, Jumat (19/6). Hadir pula dalam sidak tersebut Wakil Bupati Jembrana Made Kembang Hartawan.
Ketika itu, Sugiasa ikut mengambil sempel beras di tumpukan karung, yang berlabel Bulog. Tampak ketika dilihat, kondisi berasnya banyak rusak dan pecah-pecah. Kondisi itu, ditanyakan pada penanggungjawab Bulog. Sugiasa menyoroti, kedatangan beras tersebut sampai ke Bulog. Dia heran, kenapa kondisinya banyak yang hancur. “Bila didistribusikan ke masyaraka, apalagi diberikan pada masyarakat miskin, bisa dikomplin,” ujarnya. Dia menekankan, bulog tersebut milik pemerintah, mestinya kualitasnya yang layak.
Gusti Rai Yadnya dari pihak Bulog mengatakan Bulog di Jembrana, hanya menerima sesuai dengan orderan saja. Sebagian, berasnya dari beras Jembrana dan sebagian juga didatangkan dari NTB. W-003

http://fajarbali.co.id/index.php/berita/jembrana/3514-kualitas-beras-bulog-disorot.html

Diancam dan Dilarang Meliput di Bulog Pasaman, Dua Wartawan Melapor ke Polisi

Minggu, 21-06-2015

Covesia.com- Kasus pengancaman dan menghalangi tugas wartawan saat peliputan di Bulog Pasaman, Sumatera Barat akhirnya dilaporkan ke polisi.

Dua wartawan yakni Willian Abib dari harian pagi Padang Ekspres, dan Yunefrizal dari media Sumbar Post didampingi sejumlah media harian dan media online mendatangi SPKT Polres Pasaman, Sabtu (20/6) siang setelah sebelumnya mendatangi Kapolres Pasaman, AKBP.AS Widayat.

Keduanya jurnalis tersebut melaporkan inisial Y, yang diketahui sopir atau bagian transportasi dan pendistribusian beras Bulog Pasaman, Sumbar.

Kepada petugas SPKT Polres Pasaman, Yunefrizaldan Wilian Abib mengatakan, kejadian pengancaman dan menghalang-halangi itu terjadi pada Jumat (19/6) sekitar pukul 11.00 WIB. Saat itu keduanya mewawancarai Yones E salah satu Wakil Pimpinan Bulog Pasaman. Kedua jurnalis itu menanyakan ketersediaan stok beras selama Ramadhan.

Tiba-tiba datang mobil Avanza warna hitam. Tak lama kemudian si pengendara inisal Y turun dan langsung melarang serta mengancam kedua awak media untuk melakukan peliputan.

Keduanya didorong dan dimaki-maki, bahkan dihadiahi kata-kata kotor. "Tidak buliah berita-beritaan Bulog ko do. Pai kalian baduo, kalau ndak den tinju kalian baduo. Kalau ndak suko, baok sado wartawan kasiko, kalau paralu wartawan 'paliang bagak, bia batenju wak," kata Yunefrizal menirukan gertakan urang bagak yang melarangnya liputan tersebut dengan bahasa minangkabau.

Mendapat hal itu, ia dan Wili terpaksa balik arah. Bahkan Yones Esva yang sedang diwawancarai tidak berkata sedikitpun. Ia diam seribu bahasa sembari kembali menutup gudang.

"Kami melakukan peliputan sesuai kode etik jurnalistik. Tidak ada unsur memeras atau semacamnya. Bahkan sebelum wawancara kami memperkenalkan diri dan meminta izin untuk wawancara. Kamipun diberi izin wawancaera oleh Yones Esva dan dipersilahkan mengambil foto,"terang Yunefrizal.

Yunefrizal dan Wiilian Abib serta wartawan lainnya berharap kasus ini dapat diusut tuntas oleh Kepolisian. Bahkan ia ingin keadilan ditegakkan dan hukum dijalankan terkait kasus yang dialamainya bersama rekannya.

Kapolres Pasaman, AKBP. Agoeng S Widayat mengatakan, kasus ini akan diusut tuntas oleh pihaknya. Ia sendiri sangat kaget mendengar ada wartawan yang diancam dan dihalangi untuk meliput Bahkan kecurigaannya semakin tinggi terkait pelarangan wartawan dalam meliput Bulog Pasaman tersebut.

"Ada apa ini sebenarnya di Bulog Pasaman. Kenapa ada wartawan dilarang meliput," tanya kapolres saat diwawancarai covesia.
Ia berjanji, akan menuntaskan kasus yang menimpa wartawan ini secepat mungkin. " Secepatanya kita akan menuntaskan kasus ini," ujarnya. (man)

http://www.covesia.com/berita/18143/diancam-dan-dilarang-meliput-di-bulog-pasaman-dua-wartawan-melapor-ke-polisi.html/halaman/2/

Polisi Segera Jerat Tersangka Pengoplos Beras Bulog-JPNN.com

Minggu, 21-06-2015

BENGKULU – Kepolisian Resor (Polres) Bengkulu terus mengusut kasus pengoplosan beras. Bahkan, saat ini statusnya telah ditingkatkan menjadi penyidikan setelah polisi meminta keterangan 15 orang saksi yakni para karyawan Bulog, kuli gudang termasuk Kepala Bulog Divisi Regional (Divre) Bengkulu, Sugeng Rahayu.

Kapolres Bengkulu AKBP Ardian Indra Nurinta membeberkan, semua barang bukti yang berhasil disita oleh anggota Reskrimsus Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) berupa 872 karung beras yang sudah dioplos, 11 karung beras kualitas jelek (menir), 7 karung beras berkualitas baik, 1 timbangan, 2 mesin jahit, dan 161 karung beras kosong ukuran 15 Kg.

“Jadi beras kualitas baik dicampur degan beras menir. Beras menir itu adalah sisa-sisa beras yang biasanya untuk makanan ternak. Tapi saya belum tahu pasti berapa perbandingannya antara beras kualitas baik dengan beras menir. Soal itu tanya saja ke bulog. Kata mereka sudah sesuai SOP. Tanya SOPnya seperti apa,” ujar Kapolres dilansir Rakyat Bengkulu (Grup JPNN.com), Sabtu (20/6).

Karena sudah ada barang bukti yang disita, Kapolres memastikan bahwa kasus tersebut sudah masuk tahap penyidikan. Itu artinya, dalam waktu yang tidak lama lagi penyidik akan menggelar ekspose penetapan tersangka.

“Perkara ini masih penyidikan, belum ada tersangka. Untuk barang bukti mungkin bisa mengembang, mungkin kita akan melakukan penyitaan lagi. Ini barang buktinya, lihat saja beras ini, kira-kira layak atau tidak untuk dikonsumsi,” kata Kapolres sembari menunjuk sampel beras menir.

Polres sendiri memergoki langsung saat petugas Bulog melakukan pengoplosan.

“Saat anggota datang ke gudang bulog, ada 9 kuli gudang yang sedang mengoplos beras. Dan semuanya sudah kita periksa termasuk kepala bulognya (Sugeng Rahayu). Untuk perkara ini bisa dikenakan sanksi berdasarkan Undang-undang perlindungan konsumen dan pidana korupsi,” beber Kapolres.

Masih keterangan Kapolres, polisi mengambil tindakan-tindakan kepolisian tentunya ada sebab.

http://www.kamarberita.com/read/polisi-segera-jerat-tersangka-pengoplos-beras-bulog-jpnn-com/

Bulog Bengkulu Berkilah Pengoplosan Beras Kualitas Rendah dan Bagus, Sesuai "SOP"

Minggu, 21-06-2015

KBRN, Bengkulu : Terkuaknya dugaan kasus beras oplosan yang diduga telah diperjual belikan kepada masyarakat umum, Bulog Divre Bengkulu mengklaim bahwa langkah mencampurkan beras kualitas bagus dan kualitas rendah yang dilakukan pihaknya bisa dipertanggungjawabkan.

Menurut Kepala Bulog Divre Bengkulu Sugeng Rahayu, pengolahan beras dengan mencampurkan beras yang kualitas bagus dengan kualitas rendah itu diperbolehkan, sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) satuan tugas pengadaan beras/gabah dalam negeri tahun 2015 nomor SOP-13/DO201/03/2015 di Ferum Bulog.

“SOP tersebut juga mengatur penugasan satgas dalam negeri untuk membeli beras petani setempat dan diperbolehkan mengolah beras deny quality atau Beras dengan macam-macam kualitas,” ungkapnya Minggu, (21/6/2015).

Dikatakan Sugeng, hal itu dilakukannya untuk memenuhi harga beras sesuai dengan Inpres Instruksi Presiden dengan harga Rp. 7.300 atau lebih rendah dari harga pasar.

Apalagi harga beras di Bengkulu saat ini masih tinggi, sehingga jika tidak dilakukan pengolahan, maka tidak akan dapat harga sesuai Inpres.

“Pengolahan beras yang dilakukan dengan mencampurkan beras yang diambil dari petani lokal dengan harga yang tinggi, lalu dicampurkan dengan beras kualitas rendah yang telah disediakan Bulog,” tandasnya.(Roki)

Sabtu, 20 Juni 2015

Ditegur Mensos Soal Distribusi Raskin, Ini Jawaban Bupati Sumenep

Jumat, 19 Juni 2015

Sumenep, 19/6 (Media Madura) – Teguran Menteri Sosial (Mensos) Khofifah Indar Parawansa yang dialamatkan kepada Bupati Sumenep Busyro Karim, terkait buruknya sistem distribusi raskin di daerah ditanggapi dingin.

Saat berkunjung ke Sumenep, Khoififah tidak hanya menegur namun juga mengkritik keras kerja Pemerintah Kabupaten Sumenep yang dinilai tidak disipilin lantaran tidak mampu mengatasi keterlambatan distribusi dan banyaknya penerima yang tidak tepat sasaran.

Namun begitu, Busyro Karim saat dimintai konfirmasi hanya memberikan komentar jika persoalan raskin sudah dijawab jelas oleh pihak Bulog mengenai persoalan keterlambatan distribusi.

“Soal raskin kan sudah dijelaskan bulog kemarin, keterlambatan itu karena kekurangan stok digudang dan kiriman yang tidak utuh dari Jawa Timur, bukan sengaja diterlambatkan,” terang Busyro, Jum’at (18/6).

Selain itu, ia berdalih soal raskin yang tidak tepat waktu tidak hanya dihadapi oleh Kabupaten Sumenep, melainkan hampir diseluruh daerah mengalaminya termasuk Kabupaten di Madura.

“Rasanya kalau itu bukan hanya Sumenep, tapi hampir diseluruh daerah di Indonesia yang kesulitan mendistribusikan raskin tepat waktu,” tandasnya. (Rosy/Esa)

http://mediamadura.com/ditegur-mensos-soal-distribusi-raskin-ini-jawaban-bupati-sumenep/

Bulog Grobogan Terseok-seok Membeli Beras Petani

Jumat, 19 Juni 2015


PegeyeNews - Program pengadaan pangan yang dilakukan Bulog Grobogan tahun 2015 terseok-seok. Hingga kini dari target sebesar 30.000 ton, baru tercapai 9.106 ton. Alasannya, harga di tingkat petani jauh di atas harga pembelian pemerintah (HPP).

“Tahun-tahun sebelumnya, musim tanam pertama (MT-I) kami bisa menyerap paling tidak 20.000 ton. Sisanya yang 10.000 ton kita serap hasil panen MT-II. Tetapi hingga memasuki panen MT-II, kami baru mampu menyerap 9.106 ton,” ungkap Kepala Gudang Bulog 104 Depok Grobogan, Teguh Widhiyanto didampingi Koordinator Petugas Pemeriksa Kualitas (PPK) Ahmad Aris Budiyanto di ruang kerjanya.

Minimnya penyerapan beras dari petani, menurut Teguh, karena harga beras di tingkat petani cukup tinggi di atas HPP. Hal ini karena banyak pedagang dan tengkulak dari luar daerah menyerbu daerahnya dengan membeli beras di atas HPP. Berdasarkan Inpres Nomor 5 Tahun 2015, HPP sebesar Rp 7.300 perkilogram.

“Tingginya harga beras di tingkat petani karena pada saat panen raya MT-1 bulan Maret-April 2015, banyak pedagang luar daerah seperti dari Demak, Kudus, Semarang dan bahkan dari Jabar seperti Indramayu menyerbu Grobogan karena daerah ini merupakan gudangnya beras Jateng. Harga berapapun mereka beli. Mereka berani berspekulasi membeli dengan harga tinggi karena tahu pemerintah tidak akan mengimpor beras. Akibatnya, Bulog kelabakan dan kalah bersaing dengan pedagang,” ujar Teguh.

Meski begitu, untuk menghadapi Lebaran, masyarakat Grobogan, khususnya penerima raskin, diminta tidak perlu khawatir karena stok beras yang ada di Gudang Bulpg 104 Depok cukup aman. “Jatah raskin Grobogan setiap bulannya 1.788.480 kilogram. Sedangkan stok beras masih ada 9.368 ton, yang 262 ton diantaranya stok beras tahun pengadaan 2014. Sehingga beras sebanyak itu bisa untuk mencukupi kebutuhan raskin hingga lima bulan ke depan atau hingga November 2015,” terang Teguh.

Jumat, 19 Juni 2015

Kejari Pamekasan Hitung Ulang Kerugian Negara, Terkait Hilangnya 1.504 Ton Beras Bulog

Jum'at, 19 Juni 2015

PAMEKASAN – Sejak dilaporkan akhir 2014 lalu, Kejaksaan Negeri (Kejari) Pamekasan belum memastikan berapa kerugian negara akibat hilangnya 1.504 ton beras di gudang Bulog Sub Divre XII Madura. Kepala Seksi (Kasi) Pidana Khusus (Pidsus) Kejari Agita Tri Moertjahjanto mengungkapkan, pihaknya masih mengusulkan ke Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) untuk melakukan hitung ulang.

”Meskipun beberapa waktu lalu di antara 11 tersangka sudah ada yang ditahan. Tapi, kami belum mengetahui mengenai kerugian negara yang dikorupsi,” paparnya kemarin (17/6).

Dikatakan, jika sebelumnya sempat terungkap dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) bahwa kerugian yang diakibatkan hilangnya beras tersebut senilai Rp 12 miliar. Namun menurut Agita hal tersebut hasil audit dari internal Bulog kepada kejaksaan. Pihaknya memprediksi kerugian negara bisa saja lebih tinggi dari yang dilaporkan pihak Bulog.

Pihaknya tidak percaya begitu saja kepada hasil tersebut. Karenanya kejari masih menunggu hasil audit dari BPKP. Menurut Agita, audit ulang dari lembaga di luar Bulog akan mendapatkan hasil yang lebih akurat.

”Dengan dasar itu kami bisa mencari bagaimana pengungkapan kasus Bulog ini yang tidak hanya sekadar pengungkapan tersangka. Tapi yang paling penting, kami bisa mengembalikan uang negara dari perbuatan korupsi,” imbuhnya.

Sekadar mengingatkan, saat Bulog Divre Jawa Timur melakukan audit, sekitar 1.504 ton beras bersubsidi yang disimpan di gudang Bulog Sub Divre XII Madura di Jalan Raya Tlanakan dengan nilai sekitar Rp 12 miliar diketahui raib. Setelah dilaporkan dan diproses oleh Korps Adhyaksa, 11 orang ditetapkan sebagai tersangka. Belasan tersangka itu berinisial SUH, PRA, ESA, HAS, SM, P, M, KAD, IDP, NS, dan SUN. (c1/mam)

http://radarmadura.co.id/2015/06/kejari-pamekasan-hitung-ulang-kerugian-negara-terkait-hilangnya-1-504-ton-beras-bulog/

Bulog Tak Penuhi Panggilan Penyidik Polres Pangkalpinang

Kamis, 18 Juni 2015

Laporan wartawan Bangka Pos Anthoni
BANGKAPOS.COM, BANGKA -- Penyidik reserse kriminal Polres Pangkalpinang telah melayangkan surat panggilan saksi ahli ke Perum Bulog Subdivisi Regional Bangka. Pemanggilan tersebut terkait praktik pengoplosan beras yang terjadi di gudang milik Sukirman alias Asin di jalan Depati Hamzah tepat di depan rumah makan Ampera, Kelurahan Semabung Lama Pangkalpinang beberapa waktu lalu.
Namun hingga saat ini pihak Bulog belum memenuhi panggilan penyidik reskrim. Alhasil penyidikan kasus dugaan pengoplosan beras itu menjadi terkendala.
"Kami telah melayangkan surat ke Bulog. Rencananya pagi kemarin mereka mau datang. Tapi sampai sekarang kami belum menerima komfirmasi lanjut. Penyidikan pun terkendala, karena Bulog merupakan salah satu saksi ahli dalam kasus ini," ujar Kabag Ops Polres Pangkalpinang Kompol Raspandi, Kamis (18/6/2015).
Menurut Raspandi, dalam kasus ini beras Bulog sangat signifikan. Dimana saat penggerbekan gudang milik Asin, polisi menemukan barang bukti ratusan beras Bulog.

http://bangka.tribunnews.com/2015/06/18/bulog-tak-penuhi-panggilan-penyidik-polres-pangkalpinang

Rabu, 17 Juni 2015

Kinerja Bulog Dipertanyakan

Rabu,17 Juni 2015

Beras Miskin Kian Ditolak

PURWOREJO – Maraknya penolakan raskin oleh masyarakat akhir-akhir ini menandakan rendahnya kinerja Perum Bulog dalam mengemban tugas yang diamanatkan pemerintah. Penolakan beras untuk warga miskin (raskin) tidak hanya terjadi di Purworejo, tapi di banyak kabupaten lain.

Jeleknya kualitas raskin yang diterima masyarakat menjadi cerita berseri yang terjadi setiap tahun. Beras apek, warnanya kuning, banyak butir patah, beratnya tidak sesuai dan berkutu akrab terdengar ketika pembagian raskin ke masyarakat.

Demikian ditegaskan Wakil Ketua Komisi A DPRD Kabupaten Purworejo, Ngadianto melalui siaran persnya, kemarin. Dikatakan, persoalan itu kerap ditanggapi secara klise oleh Perum Bulog. Yakni, buruk kualitas raskin itu disebabkan lamanya beras disimpan, sehingga terjadi penurunan kualitas, dan terjadi penyusutan terhadap berat beras dalam kemasan.

Padahal, lanjut dia, sesuai dengan Inpres Nomor 5 Tahun 2015 jelas tersurat dan tersirat tentang kualitas beras untuk masyarakat berpenghasilan rendah, yaitu kadar air (KA) maksimum 14 persen, butir patah maksimum 20 persen, kadar menir maksimum 2 persen, dan derajat sosoh minimal 95 persen.

Jika beras hasil penyerapan Bulog sesuai persyaratan itu, dapat dipastikan penurunan kualitas dapat diminimalisasi. Dengan memenuhi persyaratan itu, maka umur simpan dan kualitas beras dapat bertahan lebih lama. “Ketika terjadi penurunan kualitas, beras masih sangat layak dikonsumsi,” katanya, Selasa (16/6).

Tindak Pidana

Dia menjelaskan, beras berbau apek, bahkan berkutu patut diduga adanya ketidakakuratan dalam proses pengadaan atau penyerapan beras, dan dicurigai banyak beras yang tidak memenuhi syarat (TMS).

Padahal ketika proses pengadaan beras, Bulog sudah melakukan uji kualitas terhadap beras atau gabah yang akan dibeli dari mitra atau Satgas yang telah ditunjuk. “Bahkan, di beberapa gudang Bulog, sudah ada Unit Pengolahan Gabah/Beras (UPGB). Beras atau gabah yang tidak memenuhi syarat (TMS) dapat diolah, sehingga kualitasnya dapat memenuhi persyaratan,” jelasnya.

Dia mencontohkan, kasus raskin berkualitas rendah di Bojonegoro, Jawa Timur menunjukkan rendahnya kinerja Perum Bulog dalam mengemban amanah yang dibebankan pemerintah. Bahkan, di Bojonegoro rendahnya kualitas raskin kini sudah ditangani pihak berwajib masuk dalam kasus tindak pidana korupsi.

Dampak dari rendahnya kinerja Bulog Subdivre V Kedu, khususnya di gudang 505, dapat dilihat dari jumlah penyerapan yang dilakukan ketika musim panen tiba. Rendahnya penyerapan mengakibatkan tipisnya stok beras atau gabah di gudang Bulog 505 Butuh, sehingga terjadi moving atau pemindahan stok dari subdivre lain di luar Subdivre V Kedu. Beras yang dipindah ternyata kualitas di bawah standar.(K42-32)

http://berita.suaramerdeka.com/smcetak/kinerja-bulog-dipertanyakan/

Agar Efektif, Ambil Jatah Raskin Diusulkan Pakai Voucher

Selasa, 16 Juni

Metrotvnews.com, Jakarta: Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengusulkan agar pembagian beras miskin (raskin) yang dikomandoi Badan Urusan Logistik (Bulog) kedepannya menggunakan sistem voucher atau kartu.

Demikian dikatakan Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan, Askoloni. Ide itu, kata dia, muncul lantaran selama ini pembagian raskin oleh Bulog tidak tepat sasaran. Bulog tidak mendistribusikan langsung ke masyarakat, Bulog memberikannya ke titik serah yakni Pemda, di mana Pemda memberikanya secara merata tanpa pandang siapa yang berhak mendapatkan jatah raskin. Akibatnya, raskin yang sampai ke masyarakat miskin besarannya berkurang karena warga yang berada pun ikut kecipratan raskin.

"Selama ini Pemda bagi rata, dalam satu kampung orang kaya yang dekat dengan orang miskin pun ikut dapat. Seharusnya masyarakat miskin itu dapat jatah raskin 15 kilogram (kg), ini jadi lima kg," ujar Askolani dalam bincang bersama wartawan di kawasan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Selasa (16/6/2015).

Namun berbeda jika menggunakan sistem voucher, tidak semuanya dibagikan, sehingga yang tidak memiliki hak raskin tidak akan mendapat jatah yang diberikan. Lebih dari pada itu, dengan voucher maka lebih efisien. "Kalau pakai sistem voucher, orangnya jelas, besarannya jelas, bisa dapat sesuai dengan target. Itu jelas akan lebih efektifkan raskin," terang dia.

Lebih lanjut, selama ini misalnya Bulog membeli beras ke petani dengan harga Rp6.000 per kg dan dijual ke masyarakat dengan harga Rp1.600 per kg. Namun, biasanya jika sudah sampai di Pemda ada biaya-biaya tambahan seperti biaya angkut atau panggul untuk kuli dan lain sebagainya. Jika Pemda tersebut mau menggunakan APBD untuk tambahan biaya tersebut, maka harga yang sampai ke masyarakat tetap Rp1.600 per kg, namun kalau tidak maka menjadi tanggungan masyarakat.

"Namun kalau enggak ya dibebankan ke masyarakat akibatnya harga yang harus dibayar masyarakat jadi Rp1.800 per kg misalnya. Ini yang terjadi di lapangan dan jadi temuan KPK," pungkasnya.
AHL

http://ekonomi.metrotvnews.com/read/2015/06/16/137204/agar-efektif-ambil-jatah-raskin-diusulkan-pakai-voucher

Selasa, 16 Juni 2015

Oknum Kades Diduga Selewengkan Raskin 1,4 Ton

Senin, 15 Juni 2015

BENGKULU UTARA– Laporan Badan Pemusyawaratan Desa (BPD) atas dugaan penyelewengan beras miskin (Raskin) di Desa Sukarami, Kecamatan Air Padang, Kabupaten Bengkulu Utara (BU), Provinsi Bengkulu, yang dilakukan oleh oknum Kades berinisial AH ditindak lanjuti oleh Sat reskrim Polres Bengkulu Utara.

Pantauwan dilapangan, Senin pagi (15/6), tiga orang anggota BPD yaitu Ketua BPD Hernodi, dan dua orang stafnya, Buyung Tarmizi dan Magdalena mendatangi Polres BU untuk memberikan keterangan.

“Kami sudah melaporkan kasus ini hari Kamis (4/6) lalu. Namun sampai sekarang kami belum juga dipanggil menjalani BAP, itu yang membuat kami datang langsung agar kasus ini cepat ditindak lanjuti,” kata ketua BPD desa Sukarami, Kecamatan Air Padang, Hernodi, kepada wartawan Senin (15/6).

Ia melanjutkan, jika laporan polisi yang dibuat tidak cepat ditindak lanjuti, maka hak masyarakat miskin di wilayahkanya tidak akan diperoleh. Demikian juga oknum Kades yang diduga melakukan penyelewengan dikhawatirkan malah akan menjadi-jadi.

Hal senada dikatakan Buyung Tarmizi, kasus ini sangat terlihat jelas menzolimi masyarakat. Masyarakat yang seharusnya mendapatkan haknya dimakan orang yang tidak bertanggung jawab. Pihak Polres sendiri terkesan diam tidak segera menindak lanjuti laporan BPD.

“Kami juga sedikit kecewa, dari pertama kita melaporkan sampai sekarang belum dipanggil. Saya tidak tahu apakah Polres BU ada permainan dengan Kepala Desa atau tidak, ya semoga saja tidak. Agar kasus ini ditangani sehingga hak warga yang tidak dapat jatah raskin bisa dipertanggung jawabkan dan kasus ini tidak berkelanjutan dikemudian hari,” tegas Buyung.

Untuk diketahui, sedikitnya 1,4 ton raskin di duga diselewengankan oleh Kades Sukarami berinisial AH. Meski triwulan pertama sudah dibagikan, namun diduga dalam pembagian raskin kepada masyarakat tidak akurat. (Nata)

http://sumateradeadline.com/?p=18558

Bulog Gantikan Raskin Jelek, Kualitas Tetap Sama

Senin, 15 Juni 2015

Sampang, 15/6 (Media Madura) – Badan Urusan Logistik (Bulog) sub Divre XII Madura, sudah menggantikan beras miskin (Raskin) tak layak konsumsi di Desa Palenggiyan, Kecamatan Kedungdung, Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur. Minggu (14/6/2015)

Namun kualitas beras tersebut tetap sama tidak jauh berbeda dengan yang diterima warga sebelumnya. Yakni beras berkutu, berbau apek, dan berwarna kekuningan usai dibuka dari dalam karung.

Realisasi raskin pengganti itu, pada Rabu (10/6/2015) kemarin, kepada Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat (RTSM). Sesuai janji dari Kepala Bulog sub Divre XII Madura, Slamet Kurniawan beberapa waktu lalu yang menyebutkan akan menarik raskin tak layak konsumsi untuk digantikan yang lebih layak lagi.

“Saat pendistribusian kemarin, memang semua warga penerima mengeluhkan kepada petugas. Karena kualitas raskin penggantinya tetap saja jelek. Tapi malah tidak bertanggungjawab,”ucap Lukmanul Hakim, salah satu RTSM asal Desa Palenggiyan.

Menurutnya, warga di Desa Palenggiyan mengaku kecewa atas kualitas raskin pengganti tersebut. Sebab warga merasa dibodohi oleh pemerintah dan bulog selaku pemagang kebijakan dalam mendistribusikan beras.

“Ini sudah ke dua kalinya memberikan bantuan beras yang mengancam ke kondisi kesehatan jika dikonsumsi,”jelasnya.

Sementara itu, Kepaka Bulog sub Divri XII Madura, Slamet Kurniawan belum bisa memberikan keterangan karena saluran telepone yang biasa digunakan bernada tidak aktif.

Sebelumnya, Slamet Kurniawan berjanji akan menarik beras raskin tak layak konsumsi dan akan di ganti beras yang lebih bagus.

“Kami memang tahu beras yang diterima RTSM memang tidak layak konsumsi. Nanti kami tarik dan akan di ganti beras yang lebih bagus,”tandasnya.(Ryn/Esa)

http://mediamadura.com/bulog-gantikan-raskin-jelek-kualitas-tetap-sama/

Mensos Ungkap 6 Ketepatan Indikator Distribusi Raskin

Senin, 15 Juni 2015

KBRN, Jakarta : Distribusi beras untuk warga miskin (raskin) hingga Juni seharusnnya sudah sampai 50 persen, sebagai bagian dari realisasi tepat waktu. Jika masih di bawah itu, mesti menjadi perhatian berbagai para pihak terkait.

“Seharusnya sudah Juni mencapai 50 persen distribusi raskin kepada warga miskin. Jika masih di bawah tersebut, mesti menjadi perhatian berbagai para pihak terkait,” kata Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa saat sidak di gudang Bulog Kabupaten Sumenep, Jawa Timur.

Siaran Pers Humas Kenenterian Sosial, Senin (15/06/2015) menyebutkan, hingga kini raskin baru terdistribusi 22,76 pesen, atau masih jauh dari target yang ditetapkan pemerintah. Karena itu, menjelang bulan Ramadhan dan perayaan Idul Fitri, kepala daerah diminta segera menyerahkan Surat Perintah Alokasi (SPA) kepada gudang Bulog.

“Kepala daerah agar menyerahkan SPA, agar masyarakat miskin bisa tenang menjalankan ibadah puasa dan saat perayaan Idul Fitri bisa aman stok logistik mereka,” katanya.

Kementerian Sosial sendiri sudah dua kali mengadakan pertemuan dengan Tim Koordinasi Raskin untuk mengevaluasi dan distribusi raskin, sebab Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dan monitoring raskin berada di Kemensos.

“Setiap kunjungan kerja ke daerah, saya ditemani wartawan untuk ngecek bareng-bareng ke gudang Bulog terkait ketersediaan raskin. Jadi, bisa dilihat bersama kualitas raskin tersebut,” tandasnya.

Di beberapa daerah, pada Sabtu dan Minggu Bulog melakukan bongkar-muat beras. Terkadang, tidak ada aktivitas dan kuncinya tidak ada untuk melihat ke dalam gudang Bulog tersebut.

“Hari ini, sudah kita mencoba bersama-sama melihat stok raskin, tapi gudang kosong dan tidak ada aktivitas. Jadi, kita tidak bisa memastikan jumlah dan kualitas raskinnya,” tandas Mensos.

Dalam distribusi raskin, Kemensos memastikan ada enam ketepatan sebagai indikator kinerja raskin di seluruh Indonesia, yang dimulai dari penyerahan SPA kepada gudang Bulog baik divisi regional (divre) ataupun sub-divre.

“Saya minta Tikor Raskin memaskimalkan SPA ke gudang Bulog agar ada enam ketepatan, yaitu tepat sasaran, tepat jumlah, tepat harga, tepat waktu, tepat administrasi, serta tepat kualitas, ” katanya. (Ria/HF)

http://www.rri.co.id/post/berita/175102/nasional/mensos_ungkap_6_ketepatan_indikator_distribusi_raskin.html

Senin, 15 Juni 2015

Ini Penyebab Raskin Lama Didistribusikan

Senin, 15 Jun 2015

Liputan6.com, Sumenep - Kementerian Sosial mengungkapkan penyebab lamanya pendistribusian Beras Miskin (Raskin) kepada masyarakat. Hal itu lantaran Pemerintah Daerah tidak menyediakan sharing budgeting dari APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah).

Hal itu diutarakan Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa. Menurut dia, tidak semua kabupaten atau kota menyiapkan sharing budgeting untuk distribusi Beras Miskin (Raskin) dari titik distribusi sampai ke titik masyarakat.

"‎Ini menjadi kendala ketika daerah harus menyerahkan SPA, Surat Perintah Alokasi. SPA itu harus sampai ke gudang Bulog, baik Divre maupun ke Sub Divre Bulog, baru barang bisa dikeluarkan. Tetapi ada daerah yang tidak menyediakan sharing budgeting dari APBD, warga harus bayar dulu. Ini yang jadi lama," kata Khofifah di Ambunten, Sumenep, Madura, Minggu (14/6/2015).

Dia menambahkan Kemensos melalui Kemendagri akan berkirim surat kepada bupati dan walikota agar sharing budgeting dialokasikan.

"Pemerintah menyiapkan dana Rp 7.325 per kilogram, harga tebusnya Rp 1.600. Kalau itu disediakan APBD, SPA pasti lancar," imbuh Khofifah.

Ia juga meminta pemerintah daerah segera menyerahkan SPA dan mendistribusikan Raskin ke warga yang membutuhkan.

"Tugas Bulog itu adalah mendistribusikan beras dari satu titik ke titik lainnya. Selanjutnya menjadi tugas daerah mendistribusikan ke penerima. Biasanya itu dibagi langsung oleh bupati atau walikota. Serta ketua RT atau RW," ujar Khofifah.

Terima PKH

Dari 2 ribu warga se Kecamatan Ambunten Sumenep Jawa Timur, terdapat 1.067 warga yang telah tervalidasi dan berhak mendapatkan Program Keluarga Harapan (PKH) dari Kementerian Sosial.

Menteri Sosial Khofifah mengatakan tujuan dari blusukan ke beberapa daerah di Indonesia ini untuk memastikan warga yang berhak menerima PKH juga mendapatkan Kartu Indonesia Sehat (KIS), Kartu Indonesia Pintar (KIP) dan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS).

"Jika warga di sini sudah mendapatkan KKS, warga yang bekerja sebagai nelayan bisa menggunakan KKS untuk membeli solar bersubsidi, bagi petani bisa membeli pupuk bersubsidi‎, dan berhak mendapatkan raskin," tutur Khofifah.

Dia menambahkan bagi warga yang mendapatkan KIP, bisa menyekolahkan anaknya hingga SMA. Karena Pemerintah telah menyiapkan anggaran 3 kali lipat dari tahun sebelumnya.

"Anak SD mendapatkan subsidi sekolah senilai Rp 450 ribu pertahun, SMP Rp 750 ribu pertahun dan SMA senilai Rp 1 juta pertahun," imbuh dia.

Selanjutnya Khofifah menyempatkan diri berkunjung ke rumah Nuryani, seorang warga Ambuten Timur ‎untuk memastikannya mendapatkan KIS, KIP dan KKS serta PKH.

"Jadi ada sekitar 23 orang yang tervalidasi mendapatkan ‎PKH di desa Ambunten Timur, Sumenep, Jawa Timur," pungkas Khofifah. (Ali/Nda)

http://news.liputan6.com/read/2251881/ini-penyebab-raskin-lama-didistribusikan

Mensos Tegur Bupati Sumenep Soal Raskin

Minggu, 14 Juni 2015

Pendistribusian raskin Kabupaten Sumenep hanya 22,67 persen.
 
VIVA.co.id - Menteri sosial Khofifah Indar Parawansa mengkritik Kabupaten Sumenep terkait pendistribusian rakin (beras miskin) yang tergolong terlambat, dan tidak tepat sasaran.

Di sela-sela kunjungannya ke Madura, Khofifah melakukan sidak ke gudang Bulog Sub Divre wilayah XII Madura, yang berlokasikan di Desa Kertasada, Sumenep, Madura, Minggu 14 Juni 2015.

Khofifah membahas minimnya distribusi beras miskin (raskin) di Pulau Madura, khususnya di Kabupaten Sumenep. Kementerian sosial, di mana saat ini menjadi kuasa pengguna anggaran Raskin, memiliki tugas mengawasi dan evaluasi terkait kondisi beras raskin se-Indonesia.

Distribusi dan realisasi raskin di Kabupaten Sumenep Madura pun mendapat perhatian dari Kementerian Sosial. Khofifah mengkritik Kabupaten Sumenep terkait pendistribusian rakin yang tergolong terlambat, dan tidak tepat sasaran.

"Pendistribusian raskin di Kabupaten Sumenep sejak Januari sampai Juni ini, hanya mencapai 22,67 persen, yang semestinya sudah mencapai 50 persen pada bulan ini. Terlebih sebentar lagi menjelang bulan Ramadhan," kata Khofifah.

Khofifah bersama rombongan dikecewakan seluruh unsur pegawai Bulog Sub Divre wilayah XII Madura karena tidak berada di tempat. Terlebih tidak adanya pejabat daerah Kabupaten Sumenep yang menemaninya.

“Jika ada realisasi pendistribusian molor, atau telat, itu mengartikan kepala daerahnya tidak disiplin waktu," ucap Khofifah.

Atas temuannya ini, Khofifah berharap seluruh kepala Daerah se-Indonesia segera mengurus realisasi penebusan beras raskin, karena sebentar lagi menghadapi bulan Ramadhan, dan menjelang hari raya Idul Fitri.

Laporan: Veros Afif

http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/638029-mensos-tegur-bupati-sumenep-soal-raskin

Sabtu, 13 Juni 2015

Perangkat Desa Ramai-ramai Tolak Raskin Berkutu

Jumat, 12 Juni

TRIBUNNEWS.COM, BOJONEGORO - Pengungkapan kasus pendistribusian beras untuk orang miskin (raskin) berkkualitas buruk, yakni berkutu dan bubuken (menjadi tepung) ramai-ramai ditolak perangkat desa di Kecamatan Purwosari, Kabupaten Bojonegoro.
Dari 12 desa di kecamatan itu, sebanyak 10 desa, aparatnya menolak raskin tersebut.
Kepala Desa Sedah Kidul, Khoirul Huda, di antaranya yang menolak distribusi raskin berkualitas buruk. Penolakan itu dilakukan karena ia tidak mau diprotes warganya.
Penolakan dilakukan pada Kamis (11/6/2015) saat pihak bulog mengirimkan raskin ke kantor Desa Sedah Kidul. Menurut Huda, ada 2,4 ton beras yang ditolak karena berkutu dan bubuken.
"Iya, kami tolak. Kami minta diganti. Dari 12 desa yang menolak 10 desa," katanya, Jumat (12/6/2015).
Namun, tidak semua kepala desa menolak. Kepala Desa Purwosari, Harijanto menerima raskin dari bulog karena kualitasnya dinilai lebih bagus dibanding bulan sebelumnya.
"Ada 250 sak yang dibagikan. Beras lebih bagus dari bulan lalu," katanya.
Saat ini, Polres Bojonegoro sedang mengungkap kasus raskin berkualitas buruk. Penyidik polres akan menjerat menggunakan UU tipikor, UU Pangan, UU Kesehatan, dan UU Konsumen.

Penulis: Iksan Fauzi

http://www.tribunnews.com/regional/2015/06/12/perangkat-desa-ramai-ramai-tolak-raskin-berkutu

Pemkab Penajam Duga Raskin Dioplos

Jumat, 12 Juni 2015

Penajam (ANTARA Kaltim) - Pemerintah Kabupaten Penajam Paser Utara, menduga, beras yang diperuntukkan bagi rumah tangga miskin, dioplos dengan beras yang sudah lama tersimpan di gudang Bulog sehingga tidak layak konsumsi.

Pelaksana Tugas Sekretaris Daerah Penajam Paser Utara, Tohar, di Penajam, Jumat mengungkapkan, tim yang telah dibentuk pemerintah setempat, menemukan ada beras lama yang tersimpan di gudang Bulog sejak 2014 sehingga ada dugaan beras tersebut dioplos dengan beras baru yang kemudian dibagikan kepada masyarakat kurang mampu.

"Kami meminta agar tim raskin kecamatan mensortir raskin yang akan dibagikan, karena beras itu dicurigai dioplos dengan beras lama yang disimpan di gudang sehingga tidak layak konsumsi karena mengeluarkan bau apek, berkutu dan berwarna kuning," ungkap Tohar.

"Saat tim dari Dinas Sosial dan Tenaga Kerja (Dinsosnaker) melakukan pengecekan di gudang Bulog Desa Labangka, Kecamatan Babulu, menemukan beras yang tersimpan sejak 2014. Temuan beras lama itulah yang menimbulkan kecurigaan kami kalau beras untuk rumah tangga miskin tersebut dioplos," katanya.

Kualitas beras untuk rumah tangga miskin yang tidak layak konsumsi tersebut lanjut Tohar, betentangan dengan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 5 Tahun 2015 tentang kebijakan pengadaan gabah atau beras dan penyaluran beras oleh pemerintah.

"Bulog harus dapat menjaga dan meningkatkan kualitas raskin yang disalurkan kepada masyarakat kurang mampu," ujar Tohar.

Sementara, Wakil Bupati Penajam Paser Utara, Mustaqim Mz menyatakan, seharusnya pihak kecamatan melakukan pemeriksaan terlebih dahulu terhadap beras untuk rumah tangga miskin tersebut sebelum disalurkan kepada warga yang berhak menerima.

"Kalau berasnya berwarna kuning dan berkutu serta bau apek jangan dulu dibagikan. Jadi, seharusnya pihak kecamatan mengecek dulu kondisi beras sebelum disalurkan kepada masyarakat," katanya.

"Saya juga tidak mengerti dan tidak habis pikir kenapa warga diberi beras jelek, ada kutunya, bau apek dan berwarna kuning," ujar Mustaqim.

Saat berupaya dikonfirmasi terkait beras untuk rumah tangga miskin tidak layak tersebut, Kepala Perum Bulog Paser-Penajam Paser Utara, Ariston Setiawan tidak menjawab telepon genggamnya.    (*)

Pak Jokowi Benar, Bulog Bukan Cari Untung

Jumat, 12 Juni 2015


Berita pergantian Kepala Bulog Lenny Sugihat oleh Djarot Kusumayakti beberapa hari lalu tidak terlalu banyak diperbincangkan. Bisa dipahami karena ada beberapa leading issues yang sangat menarik perhatian. Di antaranya acara “Jokowi mantu” di Solo yang menyedot perhatian masyarakat luas.

Selain itu ada juga usulan penggantian Panglima TNI yang akan kembali dijabat oleh figur dari TNI-AD sehingga membuat pihak TNI-AU sedikit agak tersinggung. Juga rencana penetapan Letjen (Purn) Sutiyoso untuk jadi Kepala BIN menggantikan Marciano Norman, dan kontroversi gairah anggota DPR untuk memperoleh jatah uang negara melalui rencangan pos anggaran Dana Aspirasi, dan beberapa lainnya.

Tetapi sebenarnya pergantian kepala Bulog itu sangat-sangat urgen untuk diperbincangkan. Konon Lenny yang baru menjabat lima bulan diganti lantaran tak memenuhi target empat juta ton stock beras yang harus dibeli dari para petani domestik. Atau entah karena apa lagi, tak jelas. Karena hanya itulah isu penyebab yang mencuat di media massa.

Dan barangkali itulah yang dijadikan acuan sebagai indikator kinerja minimal dari seorang Kepala Bulog, sehingga andai saja konsisten maka untuk lima bulan ke depan harus mencapai target stock sebesar itu. Jika tidak, maka Djarot pun harus siap-siap diganti juga.

Kendati demikian, diskusi mendasar yang harus dilakukan tidak sekedar target stock beras itu. Harus menyentuh pada persoalan paradigma pengelolaan Bulog. Bulog, selama ini khususnya setelah keluar PP No. 7 tahun 2003, tampaknya berada dalam posisi ‘gamang’, lantaran orientasinya tidak fokus.

Lembaga itu memperoleh mandat ganda, yakni sebagai BUMN yang berorientasi profit, namun pada saat yang sama dituntut memainkan tugas atau fungsi sosial dengan “harus” menjamin ketersedian kebutuhan pokok (utamanya beras) bagi kepentingan rakyat bangsa ini.

Di antara dua sisi itu, bagi manajemen internalnya, tentu saja akan lebih kuat rangsangan untuk menangani sektor yang berorientasi profit. Ya..., tak perlu dijelaskan panjang lebar tentang apa sebabnya, karena naluri kita pasti hampir sama, yakni aktor-aktor pengelolanya niscaya akan memperoleh bagian dari cipratan profit itu termasuk melalui cara-cara yang tidak wajar.

Makanya tidak heran jika tugas sosial potensial untuk selalu terabaikan. Sehingga oleh karena itu pula sangat mudah dipahami mengapa target stock yang empat juta dan harus dibeli dari petani domestik itu tidak tercapai. Apalagi memang waktunya sangat singkat dengan problem manajemen internal yang niscaya terlebih dahulu Ibu Lenny perlu beradaptasi.

Soal fokus untuk tugas memperhatikan pelayanan kebutuhan pangan rakyat itu sebenarnya sudah jadi bagian dari agenda awal Presiden Jokowi. Masih sangat lekat dalam ingatan saya, ketika masih jadi pimpinan DPD RI di penghujung masa jabatan dan setelah ada kepastian Jokowi-JK terpilih untuk pimpin Indonesia, ada acara makan siang dengan Pak Jokowi di suatu restoran di kawasan Menteng Jakarta Pusat.

Jokowi didampingi oleh Ibu Rini Sumarno dan Hasto Kristianto. Di pihak kami, bertiga pimpinan DPD RI (Irman Gusman, saya dan Ibu Kanjeng Ratu Hemas) yang juga didampingi Sekjen DPD RI Prof. Sudarsono Herjosukarto.

Sekitar hampir tiga jam kami makan siang sambil cerita berbagai hal strategis untuk negeri ini, di antaranya menyinggung soal Bulog. Saat itu Jokowi dengan gaya bahasanya sendiri menginginkan agar Bulog fokus pada bagaimana menyiapkan kebutuhan pangan rakyat, tidak boleh mengutamakan keuntungan (profit).

Saya sendiri mengapresiasi tinggi kehendak politik Pak Jokowi itu, seraya memberi argumen sosio-ekonomis berdasarkan pengalaman lapangan. Kesimpulannya, pengelolaan Bulog ke depan harus fokus pada bagaimana rakyat tidak kekurangan kebutuhan pokok, dan sebaliknya produk petani harus dijamin harganya oleh pemerintah di mana elemen-elemen Bulog di seluruh daerah di Indonesia yang bernama Dolog (depot logistik) harus berperan penting di dalamnya.

Pengalaman lapangan saya terkait dengan produk-produk petani memang sangat memprihatinkan. Pada banyak kasus saya menemukan kelompok-kelompok petani yang harga jual berasnya rendah di banding dengan harga di pasar, bahkan tidak terbeli. Para tengkulak pun memainkan keadaan.

Sementara Dolog setempat terus menerus menerima beras impor atau beras dari daerah lain. Kasus yang serupa juga dialami oleh para petani jenis lain seperti petani rumput laut, penghasil kopra, dan sebagainya. Sungguh memprihatinkan harga-harga hasil usaha tani mereka dengan mudah dimainkan oleh para tengkulak, atau bahkan jadi rusak akibat tidak terbeli.

Pada titik itulah sebenarnya Bulog harus berperan untuk memastikan ada kepastian hasil usaha tani, apalagi beras, memiliki harga jual yang layak. Subsidi pada petani, dengan demikian, sebenarnya bukan dengan cara memberikan pupuk dan sejenisnya, melainkan berupa jaminan kepastian harga atau lakunya barang-barang hasil usaha tani mereka.

Untuk bisa diwujudkannya angan-angan seperti ini, yang saya pastikan merupakan bagian dari harapan Presiden Jokowi, maka fokus orientasi Bulog harus segera dirubah ke arah pelayanan kebutuhan pokok dan jaminan hasil usaha dari para petani dan nelayan.(*)

http://www.teropongsenayan.com/12329-pak-jokowi-benar-bulog-bukan-cari-untung

Jumat, 12 Juni 2015

Ungkap Kasus Raskin Berkutu, Penyidik Gunakan UU Tipikor

Jumat, 12 Juni 2015

SURYA.co.id|BOJONEGORO - Penyidik Polres Bojonegoro bakal menggunakan undang-undang (UU) tindak pidana korupsi (tipikor) guna menjerat pelaku pendistribusian beras miskin (raskin) berkutu dan bubuken.
Apalagi, ketika Kasat Reskrim, dan anggotanya menggerebek di gudang Bulog di Jalan Bojonegoro-Cepu, berat raskin rata-rata 14 kg hingga 14,5 kg, tidak 15 kg sesuai pagunya.
"Bisa undang-undang tipikor, tapi kami juga akan menjerat menggunakan undang-undang pangan, undang-undang kesehatan, dan undang-undang konsumen," papar AKBP Hendri Fiuser, Kapolres Bojonegoro saat ditemui di kantornya, Jumat (12/6) siang.
Hendri berjanji akan membongkar kasus pendistribusian raskin berkualitas buruk tersebut hingga tuntas.
Alasannya, pendistribusian beras raskin berkualitas buruk sudah lama berlangsung dan berkaitan dengan masyarakat banyak serta bisa merugikan penerima raskin.
Hendri menyebutkan, pembongkaran kasus itu akan ditangani delapan anggota satuan petugas khusus penanganan barang bersubsidi.
Namun, ada empat penyidik yang kosentrasi menanganinya. "Saya sudah perintahkan bagian reskrim untuk koordinasi dengan JPU (jaksa penuntut umum Kejaksaan Negeri). Ini prosesnya (pengungkapan kasus) panjang," katanya.
Sebelumnya, pengungkapan kasus raskin berkualitas buruk dilakukan ketika menyita 8,4 ton raskin atau sebanyak 562 sak yang akan didistribusikan kepada warga Desa Njumok, Kecamatan Ngraho, Rabu (10/6). Raskin tersebut didistribusikan oleh Bulog Sub Drive IV Bojonegoro.
Sementara itu, hingga berita ini diterbitkan, reporter Surya belum bisa menghubungi Kepala Bulog Sub Drive IV Bojonegoro, Efdal Sulaiman.
Surya sudah mencoba menghubungi melalui sambungan ponselnya dan mengirim pesan singkat, namun, belum ada jawaban.

http://surabaya.tribunnews.com/2015/06/12/ungkap-kasus-raskin-berkutu-penyidik-gunakan-uu-tipikor?page=2

Temuan Raskin Berkualitas Jelek Meluas

Kamis, 11 Juni 2015
PURWOREJO, suaramerdeka.com - Sejumlah desa kembali menemukan beras untuk warga miskin (raskin) berkualitas jelek. Setelah warga Desa Guyangan, Kecamatan Loano, kini Desa Butuh, Lugurejo dan Kunir Kecamatan Butuh mengeluhkan kualitas raskin yang dibagikan ke warga. Diduga, temuan raskin jelek juga terjadi di desa-desa yang lain.

Kades Kunir, Kecamatan Butuh, Tawabi mengatakan, dimungkinkan raskin itu bukan berasal dari wilayah Kabupaten Purworejo. Sebab, pada karung beras tertulis wilayah Grobogan. “Kemungkinan beras itu dari Grobogan,” katanya, Kamis (11/6).

Dia mengaku akan mengembalikan beras itu dan meminta pertanggungjawaban ke Bulog 505 di Kecamatan Butuh. Pasal, pendustribusian beras berkualitas jelek akan berdampak buruk pada kesehatan warga.

Kades Butuh, Paimun mengatakan hal serupa. Dia mengatakan, Bulog harus mngecek seluruh beras yang telah didistribusikan ke seluruh wilayah Purworejo. Sebab, tidak semua warga memiliki keberanian untuk melapor atau mengembalikan raskin berkualitas jelek itu. “Kami minta Bulog mengecek seluruh raskin yang telah dibagikan ke warga,” ujarnya.

Sementara itu, Wakil Ketua Komisi A DPRD Kabupaten Purworejo, Ngadianto mengatakan, Pemerintah Kabupaten Purworejo perlu mengambil sikap tegas atas temuan raskin berkualias jelek. Pemkab Purworejo harus melindungi warganya agar tak memasak beras tak layak konsumsi itu.

Bahkan, lanjut dia, Pemkab harus turut mengecek raskin yang telah didistribusikan ke warga. Jika terbukti beras yang didistribusikan banyak tak layak konsumsi, maka Pemkab harus berani menolaknya.

(Rinto Hariyadi/ CN33/ SM Network)

http://berita.suaramerdeka.com/temuan-raskin-berkualitas-jelek-meluas/

Raskin Tak Layak Komsumsi, Pemkab Busel Surati Bulog

Kamis, 11 Juni 2015

SULTRAKINI.COM: BUTON SELATAN – Pemerintah Kabupaten Buton Selatan akan menyurati Bulog jika beras miskin (raskin) yang dibagikan ke masyarakat Buton Selatan tidak layak komsumsi atau berbatu-batu dan berkutu. Demikian disampaikan Kabag Kesra,Supriadi Nasirun, Rabu (10/6/2015).

“Kalau memang raskin itu tak layak dikomsumsi, warga cepat laporkan. Selama ini mungkin para kepala desa atau tim yang dibentuk itu tidak memeriksa di Bulog,” tegas Supriadi.

Supriadi meminta kepada tim yang telah dibentuk yang terdiri dari kepala lurah dan camat untuk melakukan pemeriksaan beras raskin terlebih dahulu sebelum diambil dari Bulog.

“Kami akan komunikasikan ke Bulog kalau ada temuan seperti itu, ini mungkin kelalaian bagi para lurah dan kepala desa, disitu kan ada tim monitoringnya yang dibentuk,”kata Supriadi

Kabag Ekonomi, Pembangunan, dan SDA, Musrifi menjelaskan sebelum penyaluran raskin, pihaknya juga menguji mutunya, dengan mengambil sampel dari beras Bulog, namun tidak menemukan beras yang tak layak kosumsi.

Sementara, Asisten I Kontantinus Bukide mengatakan jika ada beras raskin yang didapatkan tak layak dikomsumsi  harusnya dikembalikan.

“Pihak lurah juga kedepannya sebelum didistribusi beras itu dicek dulu untuk memilih, sehingga yang dipilih itu yang berkualitas, saya kira Bulog sangat terbuka,” bebernya.

Kontantinus berharap kepada Lurah dan Kepala Desa proaktif dengan penyaluran raskin. “Kaitan dengan penyetoran, masyarakat kumpul uang dulu baru dibayar ke Bulog, jadi kita harapkan jangan terulang lagi,” tegas Konstan.


Kontributor: Muhammad
Editor: La Taya
http://www.sultrakini.com/2014/content/view/49070/483/

Bulog Akui Beras Raskin Jelek dan Berkutu

Kamis, 11 Juni 2015

blokBojonegoro.com - Menanggapi temuan beras miskin (raskin) kurang berkualitas dan berkutu, Bulog tidak bisa memungkiri. Sebab selama ini beras ditimbun cukup lama dan baru di distribusikan sekarang ke masyarakat.

Wakil Kepala Bulog Sub Divre III Bojonegoro, Umar Syarif mengatakan, Bulog selalu menjaga kualitas beras yang dimiliki dengan melakukan perawatan, tetapi tidak menggunakan bahan kimia. ‎Akan tetapi, banyak juga keluhan masyarakat atas kualitas raskin yang sudah dijaga dengan baik.

"Raskin berkutu dan apek, kami akui itu ada tapi tidak semuanya," jelas Umar saat ditemui di Mapolres Bojonegoro, Jumat (11/6/2015).

Menurut Umar, dalam hal pendistribusian raskin ke masyarakat, Bulog perlu mendapatkan intruksi terlebih dahulu dari Kementerian Sosial dan selanjutnya Pemerintah Daerah (Pemda) perlu mengajukan permohonan terkait raskin.

"Silahkan sampaikan kepada kami pasti akan diganti," tegasnya.

Saat ini barang bukti beras raskin jelek dan berkutu diamankan di Mapolres Bojonegoro. Polisi siang tadi juga meminta keterangan Bulog dan pemilik gudang UD. Rahayu Gemilang Kalitidu, El (58). Menurut keterangan saksi, beras itu sudah ditimbun sejak Maret 2014 dan baru sekarang di distribusikan ke masyarakat Desa Jumok Kecamatan Ngraho. Untungnya, perangkat desa dan Babinsa mengecek dulu sebelum dibagikan ke masyarakat penerima. [oel/mu]