Sabtu, 14 Maret 2015

Prihatin, Beras Raskin, Kuning, kehitaman, Berkutu dan Bau Apek.

Sabtu, 14 Maret 2015

JAKARTA - Di berbagai daerah yang dijadikan target operasi penyaluran beras untuk warga miskin (raskin), selalu muncul sejumlah keluhan soal jeleknya kualitas raskin, seperti berwarna kuning kehitaman, berkutu, dan berbau apek.

Misalnya yang terjadi di Kota Malang. Beras yang diterima warga Kelurahan Jodipan, Kecamatan Blimbing, berwarna kuning dan hancur. Seorang warga yang bernama Nana mengatakan, sejak dulu kondisi raskin yang dibagikan berkualitas kurang bagus.


”Dari dulu seperti ini. Sudah berkali-kali diprotes, tapi tidak ada perubahan. Jarang kualitas raskin yang bagus,” cetusnya saat mengambil raskin di Kelurahan Jodipan Selasa (10/3).

Berdasar pantauan Jawa Pos (induk JPNN), kondisi raskin yang dibagikan berwarna kuning dan mengandung banyak kotoran seperti debu. Raskin yang dibagikan juga pecah-pecah dan sebagian berkutu. Kelurahan Jodipan mendapatkan jatah raskin 542 sak per bulan. Setiap sak berisi 25 kilogram. Harga raskin Rp 1.600 per kilogram.

Hal yang sama ditemui di pantura. Pembagian raskin di puluhan desa di beberapa kecamatan di Kabupaten Pekalongan tak diacuhkan warga karena beras yang dibagikan buruk dan tidak layak konsumsi. Warga menjual beras itu lagi kepada para tengkulak dengan harga Rp 3.000 hingga Rp 4.000 per kilogram.

Kondisi raskin yang diterima warga Desa Dermasuci, Kecamatan Pangkah, Kabupaten Tegal, lebih memprihatinkan. Banyak warga yang menjumpai raskin yang dipenuhi belatung.

”Selain itu, raskin berdebu, menjamur, berwarna hitam, dan pecah-pecah seperti menir,” ungkap Kepala Desa Dermasuci Mulyanto kecewa.



Saat dikonfirmasi atas temuan tersebut, Bulog malah menuding banyaknya gudang di titik distribusi yang tidak steril dan lamanya masyarakat mengambil sebagai penyebab buruknya kondisi raskin.

”Setiap raskin yang akan disalurkan pasti dicek dan ricek dulu di gudang. Saat sampai di titik-titik distribusi, kondisi raskin juga dicek petugas desa setempat. Seharusnya sudah ketahuan dari awal,” terang Sekretaris Perusahaan Bulog Djoni Nur Ashari saat dihubungi Jumat (13/3).

Yang sering terjadi, lanjut Djoni, raskin yang disimpan di gudang balai desa rusak gara-gara tempat yang tidak bersih.

”Sering kali kami temukan di balai desa (raskin) ditaruh begitu saja. Di ruangan yang kurang higienis. Mungkin di situ kutu masuk, kena debu-kerikil, atau udaranya lembap karena musim hujan sehingga berjamur,” tukasnya.

Djoni menerangkan, lama penyimpanan raskin di gudang Bulog tiga hingga enam bulan. Namun, raskin selalu mendapat perawatan berkala sehingga kualitasnya terjaga. ”Sebulan sekali dilakukan spray, disemprot pakai bahan tertentu, supaya tidak ada gurem,” jelasnya.

Jawaban senada disampaikan Kepala Bulog Divre Jatim Witono. Dia mengatakan, di Jatim sendiri temuan raskin tidak berkualitas termasuk rendah. Kendati demikian, pihaknya tidak menampik fakta bahwa masih dijumpai raskin yang buruk. ”Tapi, tiap ada temuan raskin yang buruk, kami segera melakukan penggantian,” ujarnya.

Penyaluran raskin tiap bulan 42 ribu ton. Hingga sekarang pihaknya sudah menyalurkan sekitar 65 ribu ton. ”Nah, dari penyaluran tiap bulannya, paling hanya satu sampai dua karung yang dilakukan penggantian. Proses penggantian juga cepat. Maksimal keesokan harinya sudah diganti,” terangnya. (wir/res/c9/kim)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar