Selasa, 30 September 2014

Diduga Ada Mafia Raskin, Rekanan Angkutan Bulog Harus Diawasi

Minggu, 28 September 2014

MALINGPING, BANPOS – Terkait seringnya warga rumah tangga miskin penerima manfaat (RTM-PM) di Lebak Selatan yang selalu mengeluhkan mendapatkan raskin jelek karena kusam dan berdebu, salah seorang rekanan penyedia beras untuk Bulog di Lebak Sealatan membantah bahwa pihaknya tidak pernah mencederai kualitas beras pesanan Bulog. Namun ia mengherankan, padahal beras yang dikirimya itu selalu utuh dan bagus, tetapi perubahan terjadi saat pendistribusian.

Dirinya juga menuding, ada rekanan perusahaan angkutan beras Bulog yang main mata, dan perlu diawasi. Karena ia menduga permainan itu justru mungkin terjadi disana.

Saat menghubungi BANPOS, Minggu (29/9) salah satu rekanan Bulog ternama yang identitasnya secara wanti-wanti minta jangan disebutkan. Ia mengatakan, bahwa pihaknya sebagai rekanan pengadaan raskin yang bekerjasama dengan Bulog selalu mengirimkan kualitas beras yang bagus dan layak konsumsi, namun karena ada keterlibatan rekanan distributor angkutan Bulog yang merangkap sebagai rekanan penyalur raskin juga, maka beras itu ada perubahan.

“Ya kalau beras dari kami semuanya bagus dan boleh uji kualitas, kami tidak tahu kenapa beras itu sampai di penerima manfaat kok jadi berubah jelek,” katanya.

Dia juga membantah, bahwa pihaknya menolak kalau dituding sebagai mafia raskin. Gara-gara kondisi raskin yang kusam berdebu dan tidaka layak makan tersebut.

“Kalau tidak percaya, silahkan beras kiriman saya itu diuji kualitas di Bulog. Setiap kami kirim ke angkutan, dan kami siap mempertanggungjawabkan jika ada beras yang disebut tidak layak makan itu,” bantahnya.

Lanjutnya, untuk Bulog Subdrive Lebak-Pandeglang saat ini memang ada kerjasama angkutan raskin dengan rekanan pemilik armada sehingga angkutan itu pun dimonopoli pemilik armada yang juga merangkap rekanan penyedia raskin pula. Dia mencontohkan, bahwa untuk kawasan Serang dan Cilegon itu tidak ada rekanan angkutan Bulog.

“Kalau di Bulog sini armada angkut pun ada rekanannya, tapi di daerah Serang Cilegon tidak ada, jadi raskin itu bebas dikirim oleh angkutan manapun tanpa ada rekanan armada angkut,” terangnya.

Sementara itu, Kepala Gudang Bulog Wilayah Lebak Selatan di Malingping, Naek Fedrianto, saat dihubungi via telepon membantahnya, bahwa pihaknya selalu mengawasi beras Bulog dari mulai di rekanan, saat masuk gudang hingga pendistribusian.

“Tidak benar kalau ada dugaan beras Bulog itu terjadi perubahan pada pendistribusian hingga ke titik sasaran, dan selama ini beras yang kami kirim selalu dijaga mutu dan kualitasnya hingga pengawasan saat dikirim ke desa-desa,” sanggahnya.

Menurut Naek, hingga saat ini pihaknya pun masih terus melakukan uji petik ke setiap titik sasaran menyangkut dugaan adanya kualitas beras yang sering dituding kualitas tak layak dimakan itu.

“Tapi hingga saat ini kami belum menemukan laporan adanya beras yang kualitas buruk sebagaimana yang diberitakan media masa dari sumber warga penerima manfaat.

“Ya beritanya senter sih, tapi sampai saat ini kami belum menerima laporan dari tim kami kalau ada beras raskin yang kualitasnya jelek,” ujarnya.

Terpisah, salah seorang warga RTM-PM di Malingping, Zen Zaenuddin saat menghubungi BANPOS, Minggu (28/9/14), dirinya menuding pihak Bulog itu tidak obyektif dalam membela kepentingan warga miskin. Dan malah menganggap selama ini kualitas beras dari mereka selalu baik, padahal sebaliknya,  bahwa beras raskin kusam dan berdebu dan tidak layak dikonsumsi itu fakta adanya.

“Pokoknya sampai saat ini sampel beras raskin jelek yang saya beli itu hingga kini selalu saya simpan untuk bukti agar masalah ini tidak dianggap main-main,” tegasnya.(K-9)

http://bantenpos.co/arsip/2014/09/diduga-ada-mafia-raskin-rekanan-angkutan-bulog-harus-diawasi/

Kamis, 25 September 2014

Beras Raskin Tak Layak Makan Dijual ke Masyarakat

Kamis, 25 September 2014

SOREANG,(GM).-
Sejumlah anggota DPRD dari Fraksi PDIP Kab. Bandung, menemukan adanya beras raskin yang dijual ke masyarakat tidak layak dimakan. Temuan ini harus jadi perhatian Pemkab Bandung dan sudah selayaknya beras tersebut dikembalikan ke Bulog.
Ketua Fraksi PDIP Kab. Bandung, Ecep Sujana kepada klik-galamedia.com, Kamis (25/9) menuturkan, ketika ke lapangan, pihaknya mendapat keluhan dari masyarakat, dimana beras raskrin yang dijual ke masyarakat tidak layak dikonsumsi. Beras tidak layak konsumsi ini, di antaranya dijual di sejumlah desa di Kec. Majalaya, Paseh, Solokan Jeruk, Ibun dan Ciparay.
"Banyak laporan dari masyarakat yang mengeluhkan beras raskin. Kami juga memandang beras itu tidak layak konsumsi karena selain warnanya hitam, juga bau," katanya yang dibenarkan salah seorang anggota DPRD dari Fraksi PDIP Kab. Bandung, Yayat Sumirat.
Dengan masih adanya beras tidak layak konsumsi, Ecep menuturkan, hal ini perlu disikapi bersama antara Bulog dan Pemkab bandung. Pihaknyapun akan terus mengawasinya, karena pengawasan selama ini dianggap kurang.
Disinggung apakah akan melakukan pemanggilan terhadap pihak yang terkait, Ecep mengaku, hal ini akan dilakukan setelah pelantikan pimpinan DPRD Kab. Bandung definitif.
"Setelah pimpinan DPRD Kab. Bandung definitif dilantik, kita akan langsung kerja dan melakukan pemanggilan pihak terkait terhadap beras raskin ini. Pemkab Bandung harusnya tahu masih adanya beras raskin yang tidak layak makan masih dijual ke masyarakat," jelasnya.

http://www.klik-galamedia.com/2014-09-25/beras-raskin-tak-layak-makan-dijual-ke-masyarakat

Kegiatan UPGB Kian Meresahkan Rekanan Bulog

Kamis, 25 September 2014

WATAMPONE, BKM -- Kehadiran Unit Pengolahan Gabah Beras (UPGB) kembali memunculkan persoalan baru. Salah satu usaha bisnis di bawah naungan Bulog ini selain terkesan memonopoli pemasukan beras di gudang Bulog, juga menerapkan harga pembelian yang bervariasi.
Salah seorang mitra Bulog Andi Seldy menilai, seharusnya UPGB tidak bertindak layaknya rekanan pada umumnya. ''UPGB itu kan unit usaha bisnis milik Bulog. Tugasnya hanya mengolah gabah dan beras. Tapi nyatanya sekarang tidak mengolah gabah dan beras. Karena terbukti pabriknya tidak pernah beroperasi.  Justru melakukan pembelian beras dan langsung ke mitra,'' jelas Seldy, kemarin.
Sementara harga gabah yang diberlakukan, menurut Seldy, mulai dari Rp6.500 hingga Rp6.580 per kilogram. ''Kalau bicara pembelian, sudah pasti kita sebagai mitra pasti kalah bersaing. Pertama, karena UPGB itu adalah unit usaha  milik Bulog yang dijalankan oleh pegawai Bulog yang berstatus organik. Sedangkan kami ini orang luar. UPGB leluasa memainkan harga karena modal pembeliannya ditunjang oleh Bulog. Pembeliannya selalu di atas harga para rekanan. Kalau UPGB dibiarkan seperti ini, kami pengusaha bisa bangkrut,'' jelas Seldy.
Persoalan ini ditanggapi Ketua LSM Latenritatta Muhawas Rasyid. Dia bahkan memberi atensi khusus dan akan menindaklanjutinya dengan melaporkannya ke pihak berwajib. ''Ini persoalan serius dan harus disikapi. Masalahnya ini adalah bisnis dalam tubuh BUMN. Jadi indikasi monopoli bisa terjadi. Indikasi korupsi juga ada, karena UPGB adalah unit  bisnis dari BUMN,'' terangnya.
Selain itu, menurut Muhawas, keuntungan yang diperoleh kuat dugaan bisa masuk kantong pribadi. Sementara indikasi pelanggaran sebagai karyawan BUMN, karena aturannya jelas bahwa pegawai organik BUMN dipertanyakan kalau  dia melakukan bisnis yang sama di tempat kerjanya.
Kepala Seksi Logistik Wilayah Bone Umar yang dikonfirmasi, berdalih bahwa Kantor Seksi Logistik dan UPGB hanya satu bendera tapi lain pekerjaan. Menurutnya, apa yang dilakukan UPGB sah-sah saja sebagai unit usaha milik Bulog.
“UPGB adalah unit usaha resmi dari Bulog dan pegawainya berstatus organik. Mereka juga memiliki kontrak kerja sama dengan pengusaha atau rekanan.  Sebenarnya UPGB itu mengolah gabah. Ada pabrik tapi biayanya tinggi. Jadi lebih baik beli beras.  Persoalan  harga yang bervariasi, itu wajar saja karena mau untung,'' kata Umar, yang sebelumnya mengakui jika pihaknya dan UPGB adalah unit yang berbeda.
Sementara itu H Bahar, Kepala UPGB Gudang Carawali Apala yang dikonfirmasi, tidak bisa memberikan jawaban pasti, baik secara lisan maupun tertulis. ''Saya tidak bisa  berikan jawaban. Saya tidak tahu harus bilang apa,'' katanya polos. (amr/rus/c)

Rabu, 24 September 2014

Raskin Bau dan Berkutu

Rabu, 24 September 2014

Warga Tanimulya Mengeluh

NGAMPRAH,(GM).-
Warga Desa Tanimulya, Kec. Ngamprah, Kab. Bandung Ba­rat mengaku sangat kecewa ka­rena suplai beras untuk warga miskin (raskin) kualitasnya sangat buruk. Mereka mendapatkan raskin bubuk dan ber­kutu pada periode pengiriman Agustus 2014. Kendati demi­kian, mereka tetap membeli­nya dengan harga Rp 2.000/kg.
Iyoh Hayati (48), warga Kampung Cidahu, RT 01/RW 01, Desa Tanimulya, Kecamat­an Ngamprah, terpaksa mencampur raskin dengan beras yang biasa dibelinya di pasar.
“Kiriman bulan Agustus selain bubuk, banyak kutu, juga bau apek. Untuk menghilang­kan bau apeknya kadang harus diheler lagi. Enggak apa-apa jadi tambah bubuk asal tidak bau apek dan rasanya jadi lebih enak,” katanya di Ngamprah, Selasa (23/9).
Iyoh menambahkan, tidak se­lamanya raskin yang dibeli berkualitas jelek. Pada pengiriman awal September 2014 kua­litasnya cukup baik. Bagi Iyoh yang sehari-harinya bekerja sebagai pembantu rumah tangga (PRT), raskin sangat membantu untuk memenuhi kebutuhan pokok.
“Rasanya berat kalau setiap hari harus beli beras di pasar. Sekarang harga paling murah Rp 8.000/kg, sedangkan ras­kin hanya Rp 2.000/kg,” ujarnya.
Kurang bagusnya kualitas ras­kin dibenarkan anggota Ba­dan Permusyawaratan Desa (BPD) Tanimulya, Kusmana. Menurutnya, banyak warga yang melaporkan buruknya kualitas raskin. Bahkan tidak sedikit yang batal membeli karena tidak layak konsumsi.
“Kadang-kadang bagus tapi ada yang jelek juga. Karena itu, kami minta kepada Bulog agar tidak menjual raskin yang kurang bagus. Kalau memungkinkan, kami minta penambahan kuota, sebab di Desa Tanimulya banyak warga yang berprofesi sebagai petani padi maupun sayuran yang pada musim kemarau ini tidak bisa menggarap lahannya,” tutur Kusmana.
Harus dievaluasi
Wakil Ketua DPRD KBB, Su­narya Erawan mengatakan, te­muan beras raskin berkualitas rendah di KBB harus menjadi bahan evaluasi Bulog. Pemkab Bandung Barat juga harus mem­perhatikan kualitas ras­kin yang akan disalurkan kepada rumah tangga sasaran (RTS).
“Saya menerima laporan dari masyarakat, raskin yang mereka terima kurang layak. Kasihan mereka, apalagi dalam kondisi seperti sekarang ini. Musim kemarau membuat ladang ekonomi mereka tak bisa digarap,” katanya.
Menurutnya, dalam kondisi sekarang raskin sangat membantu masyarakat berpenghasilan rendah. Para petani bisa kehilangan pendapatan selama belum turun hujan.
“Keur mah sangsara, beasna goreng deuih. Sebisa mungkin berikanlah beras yang lebih baik, sehingga kalaupun lauk-pauknya hanya sambal dan asin tapi nasinya pulen,” imbuhnya.
(B.104)**

http://www.klik-galamedia.com/2014-09-24/raskin-bau-dan-berkutu

Senin, 22 September 2014

Mantan Kades Ciparahu Akui Warganya Dapat Raskin Jelek

Minggu, 21 September 2014

Ancam Akan Melaporkan ke Pusat

MALINGPING, BANPOS – Setelah mendengar dan memastikan adanya salah seorang warga Desa Ciparahu yang mendapatkan raskin jelek , mantan Kades Ciparahu, Lebak mengancam akan melaporkan temuan warga tersebut ke pusat.

“Kusam, banyak dedaknya, dan ada kutunya. Meskipun masih bisa dikonsumsi, itu pembagian yang sangat tidak manusiawi,” ujar mantan Kades Ciparahu itu menandaskan, saat dihubungi wartawan via telepon selulernya.

Menurut Ade, raskin dengan kualitas rendah itu dikirim berturut-turut dalam lima kali distribusi. Warga penerima manfaat raskin sebenarnya protes dengan kualitas raskin yang dibeli mereka.

“Tapi sepertinya keluhan warga tidak direspons oleh pihak-pihak yang bertanggung jawab dalam alur distribusi,” ujarnya.

Pihaknya juga mengancam akan membawa raskin kualitas rendah yang diterima masyarakat ke kantor Bulog pusat dan ke komisi terkait di DPR RI dan DPRD jika pada distribusi selanjutnya masyarakat miskin masih dikirimi beras kusam, berdebu,  dan berkutu.

“Kami merasa tidak dimanusiakan. Meskipun secara pribadi saya bukan penerima manfaat,  penerima raskin itu adalah warga dan kerabat saya. Saya curiga ada oknum di Subdivre Lebak yang ikut bermain dengan mitra penyedia beras sehingga raskin yang dikirim masih saja ada yang berkualitas buruk,” papar Ade.

Sementara itu aktivis Kumala Firman Alamsyah menuding, bahwa dalam hal raskin kualitas rendah tersebut, pihaknya menduga banyak mafia yang bermain, dan mereka itu dipastikan penyebabnya.

“Kualitas raskin jelek ini akibat banyak mafia raskin yang cuma ngambil untung tanpa peduli warga miskin penerima manfaat, kami berharap masalah ini harus dibongkar oleh aparat hukum, “ tandasnya.

Terpisah beberapa waktu lalu, Kepala Gudang Bulog wilayah Selatan di Malingping, Naek Fedrianto saat ditanya BANPOS, hanya menjelaskan datar, jika ditemukan ada raskin jelek pihaknya akan segera mengganti dengan yang bagus, jika warga mau menukarkan.

“Kalau memang ada raskin yang diterima tidak layak, kami siap menggantinya langsung, dan silahkan bawa dan tukarkan kepada kami, ” jelas Naek. (K-9)

http://bantenpos.co/arsip/2014/09/mantan-kades-ciparahu-akui-warganya-dapat-raskin-jelek/

Beras Miskin Bau Apak

Senin, 22 September 2014

Di Karung Tertulis Masa Kedaluwarsa Hingga 2013

PASEH,(GM).-
Warga di Desa Sindangsari, Kecamatan Paseh, Kabupaten Bandung, penerima jatah beras untuk rakyat miskin (raskin), mengeluhkan beras yang mereka terima dalam kondisi tidak layak konsumsi. Selain sudah bau apak, warna beras juga sudah kekuning-kuningan.
Ketua RT 01/RW 05, Ujang (35), membenarkan buruknya kualitas raskin yang diterima warga. Bahkan ia pun dapat merasakan kekecewaan warga saat menerima beras dengan kualitas tidak layak tersebut.
"Beras yang didistribusikan kualitasnya jelek dan berbau. Wajar saja jika warga mengeluhkannya," kata Ujang.
Masih menurut Ujang, tidak hanya kualitas beras yang dikeluhkan, volume beras yang dibarikan juga kurang dari 15 kg.
"Volume beras juga berkurang jadi sekitar 13,5 kg. Harusnya 'kan 15 kg. Ada penyusutan sekitar 1,5 kg," katanya.
Sampai sejauh ini, Ujang tidak mengetahui pasti terjadinya penyusutan volume beras tersebut. Namun dapat dipastikan juga di dalam karung beras raskin tersebut tertulis masa kedaluwarsa hingga 2013. Sementara saat ini sudah masuk bulan September 2014. Oleh karena itu, Ujang menilai seakan ada pembiaran dalam kegiatan pendistribusian beras yang tidak layak dikonsumsi warga ini.
"Jangan abong-abong buat orang miskin, beras tidak layak pun diberikan," katanya.
Warga menerima beras tidak layak konsumi ini, diperkirakan sudah berlangsung selama dua bulan terakhir ini. Namun tidak tahu persoalannya seperti apa, kejadian tersebut terus berulang. Meskipun ditegaskan Ujang, persoalan tersebut telah disampaikan kepada pihak desa setempat.
"Kami berharap seharusnya, pihak terkait cepat tanggap sehingga kejadian ini tidak terulang lagi," katanya.
Keluhan serupa disampaikan Ny. Lilis (50). Dia berharap kepada pemerintah dapat memperhatikan kualitas beras yang digulirkan untuk masyarakat di kampung halamannya maupun wilayah lainnya.
"Pendistribusian beras sangat dibutuhkan masyarakat. Tetapi kualitas berasnya harus diperhatikan, guna menunjang kesehatan masyarakat yang mengkonsumsinya," harapnya.
Harus dikembalikan
Camat Paseh, Komarudin turut menanggapi adanya informasi dari masyarakat yang menyebutkan kualitas beras yang didistribusikan ke sejumlah warga di Desa Sindangsari.
"Kalau melihat seperti itu, ada baiknya jangan didistribusikan dulu pada penerima," kata Komarudin.
Sebaiknya, beras dengan kualitas kurang baik dan tak layak dikonsumsi dikembalikan dan ditukarkan ke Bulog.
Dengan adanya persoalan di lapangan tersebut, pihaknya akan melakukan koordinasi dengan pihak Pemkab Bandung dan Bulog yang tergabung dalam tim koordinasi raskin tingkat kabupaten. Bahkan, diharapkan persoalan di lapangan ini menjadi bahan evaluasi bagi Tim sehingga permasalahan serupa tidak terulang lagi.
(B.105)**

http://www.klik-galamedia.com/2014-09-22/beras-miskin-bau-apak

Raskin di Birem Bayeun Dinilai Tak Layak Konsumsi

Senin, 22 September 2014

Birem Bayeun, (Analisa). Beras untuk masyarakat miskin (Raskin) yang disalurkan kepada masyarakat Kecamatan Birem Bayeun, Aceh Timur, dinilai tidak layak konsumsi. Kualitas beras terlihat kurang bagus dan sangat memprihatinkan ketika diterima warga.

Demikian dikatakan Ketua LSM Fakta, Rabono Wiranata, yang juga salah seorang warga Birem Bayeun kepada wartawan, pekan lalu.

“Jika kita mencermati Raskin ini sungguh tidak layak untuk dikonsumsi karena kondisinya berabu dan berwarna kekuning-kuningan serta banyak batu,” ungkapnya.

Disebutkannya, dari penelusuran pihaknya, diduga raskin bagi masyarakat miskin tersebut dicampur dengan beras menir karena beras yang disalurkan beberapa hari lalu itu banyak patahannya.

“Kendati itu beras murah, hendaknya kualitas dan kuantitasnya tidak seperti ini sehingga memberikan kesan miris terhadap program pemerintah ini,” pintanya.

Oleh karena itu, pihaknya meminta kepada Perum Bulog untuk dapat melakukan pemeriksaan terhadap mutu beras yang disalurkan kepada masyarakat,

“Kita tidak menyalahkan siapa-siapa terhadap mutu raskin dimaksud, akan tetapi untuk ke depan diharapkan hal seperti ini tidak terjadi kembali sehingga masyarakat penerima raskin pun bisa menikmatinya dengan baik,” tutupnya.

Sementara itu, Kepala Perum Bulog Divre Langsa, Ucok Baniamin Siregar SSos MM, yang dikonfirmasi wartawan terkait persoalan tersebut mengatakan, pihaknya siap melakukan penukaran raskin yang dianggap masyarakat tidak layak konsumsi.

“Kita minta masyarakat segera melaporkan bila menemukan atau mendapatkan raskin dengan kualitas yang dinilai kurang baik,” katanya singkat. (ed)

http://analisadaily.com/news/read/raskin-di-birem-bayeun-dinilai-tak-layak-konsumsi/66006/2014/09/22

Sabtu, 20 September 2014

Kualitas Raskin Dikeluhkan Pemdes Cipelang

Sabtu, 20 September 2014

CIJERUK-Sejumlah pemerintah desa (Pemdes) di Kabupaten Bogor, kembali mengaku kecewa dan mengeluhkan kualitas beras raskin yang dikirim bulog. Karena, beras bersubsidi yang diperuntukan bagi warga tidak mampu (miskin,red) tersebut, berwarna kuning dan berjamur sehingga dianggap tidak layak dikonsumsi oleh manusia. Selain itu, jumlah tonase raskin yang dikirim kerap tidak sesuai dengan yang diterima alias berkurang.
Kepala urusan (Kaur) Kesra, Desa Cipelang, Kecamatan Cijeruk, Jaenudin mengatakan, selama ini kualitas raskin yang dikirim bulog terus mengalami penurunan. Selain kualitas, tonasenya yang dipesan tidak sesuai saat dilakukan penimbangan ulang. Padahal, untuk menebus beras yang menjadi program pemerintah dalam membantu warga miskin itu, pihak pemdes harus bersusah payah menggalang dana.” Berasnya berjamur dan berwarna kuning, beras ini sangat tidak layak dikonsumsi oleh manusia,” ucapnya kepada Metropolitan, kemarin.
Ia menambahkan, lantaran kualitas raskin yang diterimanya tidak layak konsumsi. Jika ada penolakan serta keluhan dari warga, maka pemdes Cipelang akan mengembalikan kembali beras tersebut dan meminta uang yang telah disetorkan untuk dikembalikan.” Kalau warga penerima menolak, kami akan kembalikan lagi berasnya ke bulog,” tambahnya. Lebih lanjut, Jaenudin menegaskan, tujuan pemdes Cipelang menebus beras raskin yakni untuk membantu warga yang tidak mampu. Terlebih, harga beras dipasaran mengalami kenaikan hingga Rp7 ribu perliternya. Dengan adanya raskin, maka pengeluaran warga diharapkan bisa terbantu.” Meskipun program penyaluran beras raskin itu bertujuan membantu warga miskin, tapi kualitasnya tetap harus dijaga oleh bulog. Jangan menyepelekan kualitas, karena beras ini dikonsumsi oleh manusi bukan binatang,” tegasnya.
Jaenudin juga memaparkan, pemesanan raskin sering mengalami keterlambatan. Alasannya, stok digudang bulog kehabisan sehingga harus rela masuk daftar tunggu. Bahkan, raskin yang diterima hari ini (kemarin,red) sudah dipesan sejak delapan bulan lalu. ”Pengiriman beras juga terus mengalami keterlambatan, sehingga warga kerap menyalahkan pemdes. Padahal, stok raskin digudang bulog mengalami kekosongan.
Harus ada penyelidikan dari intansi terkait soal berkurangnya jumlah tonase yang dikirim dan soal kualitas yang terus menurun,” tutupnya. (dan/fai)

http://metropolitanonline.co/2014/09/20/kualitas-raskin-dikeluhkan-pemdes-cipelang

Jumat, 19 September 2014

Lagi, Beras Untuk Rakyat Miskin di Lebak Kusam dan Berdebu

Kamis, 18 September 2014

Lebak,FESBUK BANTEN News(18/9/2014) - Beras subsidi pemerintah untuk dikonsumsi masyarakat miskin(raskin) yang didistribusikan Bulog Subdivre Lebak di Kecamatan Cihara kembalimenuai masalah. Seorang warga Desa Ciparahu, Ade Sujana, sangat marah ketikaada warganya menerima beras kusam dan berdebu.

"Kusam,banyak dedaknya, dan ada kutunya. Meskipun masih bisa dikonsumsi, itu pembagianyang sangat tidak manusiawi," ujar mantan kepala desa ini saat dikonfimasimelalui komunikasi telepon seluler,Rabu (17/9/2014) kemarin.

MenurutAde, raskin dengan kualitas rendah itu dikirim berturut-turut dalam lima kalidistribusi. Warga penerima manfaat raskin sebenarnya protes dengan kualitasraskin yang dibeli mereka, "Tapi sepertinya keluhan warga tidak diresponsoleh pihak-pihak yang bertanggung jawab dalam alur distribusi," ujarnya.

SubdivreLebak memang "jagoan" dalam menyalurkan beras berkualitas rendah,kalau tidak kusam ya berdebu. Kadang lengkap dengan bonus menir dan kutu.Aktivis Kumala Lukman Hakim pernah mengkritik perihal raskin kualitas rendahini. Temuan aktivis LSM, juga menemukan raskin kualitas rendah yang sebenarnyatidak layak untuk didistribusikan.

NamunBulog berikukuh raskin kualitas rendah itu adalah kesalahan mitra penyediaberas, padahal raskin tersebut diangkut dari gudang-gudang Bulog. Bukannyamemohon maaf secara terbuka, Kasubdivre Lebak Herman Sadik malah membuatpencitraan dengan menyebut raskin kualitas rendah yang terdistribusi hanyabeberapa karung saja dalam setiap pengiriman. Padahal raskin kualitas rendahitu ditemukan bukan saja di wilayah Lebak selatan, tetapi juga di penerima yangberada di sejumlah desa yang dekat dengan kantor Subdivre Lebak.

"Tidakakan pernah ada raskin kualitas rendah jika pejabat Bulog, pemda, dan penyediaberas memeriksa kualitas raskin secara bersama-sama sebelum raskin itudidistribusikan ke penerima manfaat. Masalahnya adalah Bulog dan Pemdaberkinerja rendah sehingga tidak komitmen dengan tugas dan kewajibannya.Akibatnya, ada celah pelanggaran yang kemudian dimanfaatkan pihak yang tidakbertanggung jawab, bisa saja oleh mitra kerja, akibat lemahnya kontrol,"ujar aktivis LSM Rotasi Zen Zaenudin.

AdeSujana mengancam akan membawa raskin kualitas rendah yang diterima masyarakatke kantor Bulog pusat dan ke komisi terkait di DPR RI dan DPRD jika padadistribusi selanjutnya masyarakat miskin masih dikirimi beras kusam,berdebu,  dan berkutu.

"Kamimerasa tidak dimanusiakan. Meskipun secara pribadi saya bukan penerimamanfaat,  penerima raskin itu adalah warga dan kerabat saya. Saya curigaada oknum di Subdivre Lebak yang ikut bermain dengan mitra penyedia berassehingga raskin yang dikirim masih saja ada yang berkualitas buruk," paparAde. (Ahmad/LLJ)

https://www.facebook.com/notes/fesbuk-banten-news/lagi-beras-untuk-rakyat-miskin-di-lebak-kusam-dan-berdebu/10152274310281717

Beras Busuk untuk Masyarakat Miskin

Kamis, 18 September 2014

Keluhan terhadap kondisi raskin kembali muncul. Kali ini, seorang warga Peukan Bada, Aceh Besar melaporkan bahwa beras miskin (raskin) untuk kecamatan dimaksud jatah September 2014 kondisinya sangat tidak layak konsumsi. “Selain hitam dan berwarna merah, raskin itu juga banyak hancur dan berkutu.” Karenanya, menurut warga ini, sejumlah keuchik di Peukan Bada menyatakan kecewa atas buruknya beras untuk keluarga miskin atau rumah tangga berpenghasilan rendah itu.
Sebelumnya, warga di Kota Langsa, Kabupaten Aceh Timur, Aceh Tenggara, Abdya, dan beberapa kabupaten kota lainnya juga pernah mengeluhkan tentang kondisi raskin jatah mereka. Ada yang menerima dengan perasaan kecewa dan ada pula yang menolak karena memang dinilai tak layak konsumsi.
Dan, jika kita amati secara seksama, keluhan serupa juga dialami para penerima raskin secara nasional dalam periode yang bersamaan atau berbeda-beda. Sedangkan pihak Bulog hanya menyatakan menarik serta mengganti beras yang tak layak konsumsi itu dengan raskin yang lebih baik.
Pertanyaannya, kemanakah Bulog membawa beras-beras busuk itu? Ada dua dugaan buruk. Pertama beras busuk itu dibawa berputar-putar ke sejumlah daerah yang memberi “proyek” kepada para transporter. Jika tidak dibawa berkeliling ke banyak daerah mengapa temuan raskin busuk itu terus ada di mana? Kedua, beras itu dioplos kemudian dilepas kembali ke pasar. Jadi, jarang dienyahkan, misalnya dibuat tepung atau pakan ternak.
Yang jelas, seperti dikatakan serbuah organisasi pengawas Bulog bahwa pengelolaan raskin memang belum beres hingga saat ini. Ada apa? Kenapa raskin yang dikelola Perum Bulog masih saja ada yang berkutu, berulat, dan susut? Benarkah begitu sulitnya mengelola raskin?
Diingatkan pula, jika Bulog tidak segera mengatasi persoalan buruknya kualitas raskin, maka bukan mustahil kelak publik akan beranggapan, bahwa kutu dan ulat itu sengaja dipelihara. Makanya, kita meminta Bulog agar responsif dalam menanggapi keluhan beras raskin yang tak layak konsumsi. Bukan malah sibuk membantah keterangan warga.
Publik tahu bahwa beras yang diperuntukan bagi masyarakat miskin tidak harus seburuk itu kondisinya. Namun, mengapa Bulog tega menyalurkan beras rusak, bau busuk, dan berulat?
Mestinya Bulog menyelidiki ada kesalahan prosedur atau pelanggaran dimana sehingga hal demikian bisa terjadi berulang-ulang, bertahun-tahun, dan di semua daerah. Bulog harus profesional. Sebab, Bulog mengemban amanat negara untuk menyediakan raskin berkualitas medium. Jadi bila ada keluhan raskin rusak, ya harus diganti dengan yang baik.
Ya, sekali lagi, warga miskin berharap beras-beras yang disalurkan untuk mereka hendaknya tepat waktu dan dalam kondisi yang baik. Sebab, selama ini, persoalan raskin selain kondisi berasnya yang sering tak layak konsumsi, distribusinya juga tidak lancar. Semoga Bulog merespon secara positif keluhan warga miskin.

http://aceh.tribunnews.com/2014/09/18/beras-busuk-untuk-masyarakat-miskin

Tak Layak Dimakan, Warga Sawang Desak pihak Bulog Ganti Raskin

Kamis, 18 September 2014

Aceh Utara | acehtraffic.com - Sejumlah desa di Kecamatan Sawang di antaranya Desa Lhok Cut, Kubu, Blang Cut, Cot Kawat, Babah Buloh dan Desa lainnya kembali mempertanyakan janji pihak Bulog yang berencana mengganti Beras Miskin (Raskin) yang tidak layak di konsumsi hingga sekarang masih menumpuk didesa-desa mereka sampai saat ini.

Masyarakat tersebut menilai pihak Bulog telah mengingkari janji serta mempersulit penggatian Raskin yang baru dengan menyuruh tiap kepala Desa datang ke Bulog untuk mengambil sendiri beras pengganti serta menanggung segala biaya distribusinya mulai biaya angkutan(transport),biaya bongkar muat dan biaya lainnya.

Kebijakan pihak bulog ini dinilai, sangat mempersulit warga dan jauh dari tujuan pemerintah dalam memberikan bantuan raskin pada warga miskin.

Seperti diungkapkan Ridwan (45) salah seorang Desa Kubu kepada Reporter acehtraffic.com Kamis, 18 September 2014 tidak jauh berbeda pernyataan serupa disampaikan oleh Damnir (47) Sekretaris Desa Lhokcut yang Membenarkan jika raskin yang diterima didesanya berbatu,berdedak dan berasnya pecah-pecah seperti makanan ayam ternak,kami terpaksa membagikannya kepada warga Raskin tersebut.

Meski tidak layak konsumsi,tidak ada uang kami untuk mengambil beras yang baru penggantinya ke bulog Lhokseumawe. kami bukan ayam ternak,masak beras berdedak dan bermenir diberikan untuk kami,walau kami miskin dan tinggal jauh dipelosok desa bukan bearti kami orang kelaparan ataupun bodoh dalam melihat mana beras layak untuk dimakan atau tidak, tegas bukari (50) warga yang juga tokoh tuha peut desa Blangcut sambil menunjukkan Beras yang disalurkan oleh Bulog Beberapa waktu yang lalu ke desa Mereka.

Seperti di beritakan sebelumnya puluhan sampai dengan ratusan ton beras raskin di Aceh Utara berdedak, menir,berbatu dan berkutu dalam raskin yang disalurkan oleh bulog pada minggu yang lalu. | AT | BTM |

http://www.acehtraffic.com/2014/09/tak-layak-dimakan-warga-sawang-desak.html

Kamis, 18 September 2014

Beras Bau dan berkutu, Bulog Diminta Bertanggung Jawab

Rabu, 17 September 2014

Kabarkita, Kota Bima – Himpunan mahasiswa Islam (HmI) komisariat STIE Bima bersama LSM Bima Institute (BI) mendatangi kantor bulog Bima, kedatangan mereka adalah meminta kelarifikasi atas adanya beras rakyat miskin (RASKIN) diangap Tidak layak konsumsi yang dibagikan untuk jatah masyarakat desa Nisa kecamatan Woha kabupaten (rabu 17/9).

Kedatangan sejumlah aktivis Mahasiswa dan LSM diterima langsung oleh Kepala Sub Devisi Regional Bima M. Direktur LSM Bima Institute (BI) Arif fudin menjelaskan, berbagai kejadian yang sering ditemukan di tengah masyarakat berkaitan dengan kualitas beras rendah bahkan tidak bisa di konsumsi.

“Seperti ditemukan di desa Nisa kecamatan Woha ditemukan model beras raskin yang bauh dan berkutu dari Bulog yang akan dibagikan kemasyarkat, model beras seperti ini yang akan di konsumsi oleh masyarakat. Sebagai bukti adanya beras bauh dan berkutu kami langsung bawakan agar mereka lihat sendiri biar tidak anggap rekayasa”. Jelasnya

Lanjut Arif, meskipun telah di buktikan fakta berdasarkan temuan di lapangan yaitu beras yang masih dalam karung dalam keadaan bauh dan berkutu namun kepala bulog masih meragukan fakta tersebut. Kami pertanyakan dimanakah pertangung jawaban pihak bulog bima untuk menjaga kualitas beras raskin yang pantas untuk di konsumsi oleh masyarakat, sebagai pelayan public harus melayani masyarakat sesuai dengan cara yang baik jangan asal melayani sementara model pelayanan tidak mencerminkan.

Andaikan alasan rusaknya kualitas beras yang di bagikan ke masyarakat tersebut karna kelamaan disimpan di gudang, seharusnya terlebih dahulu mengecek beras-berasnya sebelum di bagikan.Selain itu, sebagai bukti bentuk kurangnya perhatian mereka terhadap kualitas barang yang akan di berikan kepada masyarakat, meski kita telah tunjukan bukti hasil temuan di lapangan tapi masih saja mereka meragukan dan menduga bahwa barang bukti itu hasil rekayasa. Terang Arif

Kepala sub devisi regional bima M. Saukani menyampaikan, terkait dengan adanya keluhan para pemuda tentang kualitas beras yang di bagikan ke masyarakat di khusunya di desa Nisa kecamatan Woha. Berkaitan dengan kualitas rendah (bauh dan kutu) kami sebagai akan bertagung jawab dan bersediah untuk mengembalikan barang dalam waktu 1x 12 jam ketika ada laporan seperti ini.

Adapun menurunya kualitas sampai muncul aroma tidak baik dan terlihat kutu itu karna faktor kelamaan penyimpanan bersa di gudang, seharunya agar tidak terjadi hal-hal sepeti ini idealnya penyimpanan beras paling lama 6 bulan, tapi kenyataan yang tejadi saat ini bahkan melebihi 1 tahun lamanya sehinga itulah penyebab terjadinya masalah seperti saat sekarang. Jelanya (K2_Nurdin)

http://kabarkita.info/2014/09/17/beras-bau-dan-berkutu-bulog-diminta-bertanggung-jawab/

PNS Keluhkan Jatah Beras Bulog

Rabu, 17 September 2014

SAPA (TIMIKA) – Salah satu Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Pemerintahan Kabupaten Mimika Mince Yanengga mengungkapkan jatah beras untuk PNS dalam beberapa bulan terakhir tidak layak konsumsi karena kotor dan rusak.

“Beras jatah yang selama ini kami dapat dari Bulog itu, tidak baik sekali, kotor dan rusak jadi kadang kami tidak makan. Kadang yang kami terima itu kotor kehitam-hitaman, berbau, , batu banyak dan ampas-ampas padi juga terlalu banyak,” ujarnya kepada Salam Papua,saat ditemui di Jalan Yos Sudarso, Selasa (17/9).

Ia meminta pemerintah Kabupaten Mimika dapat segera mengatasi masalah ini, sehingga para PNS dapat menikmati beras yang lebih berkualitas karena untuk di konsumsi.

Menanggapi hal ini, Kepala Kantor Seksi Logistik (Bulog) Timika, Ibrahim Wairoy, mengakui beras yang ada di gudangBulaog seperti yang disebutkan. Namun Ibrahim membantah kalau beras tersebut tidak bisa atau tidak layak di konsumsi.

“Itu semuanya layak, hanya kita tidak bisa disamakan dengan beras yang ada di pasar yang bersih, karena beras Bulog itu memang beras asli, tidak dipoles jadi memang kadang-kadang warnanya putih kadang-kadang hitam,banyak debu  dan lain sebagainya. Beras tersebut asli tidak dipoles-poles seperti yang ada dipasaran dan dapat dikonsumsi, jadi jangan dibilang kami memberikan beras yang tidak layak konsumsi, dan memang beras asli begitu jadi tidak bisa disamakan dengan yang ada dipasar-pasar karena itu alamiah dan untuk saat ini beras yang ada disini seperti itu,” ujarnya saat ditemui Salam Papua diruang kerjanya, Selasa (16/9).

Ia meminta maaf kepada para penerima beras ini karena pihaknya tidak bermaksud memberikan beras yang tidak layak konsumsi, tapi yang terjadi saat ini memang seperti itu beras terlihat seperti tidak layak konsumsi.” pintahnya.  (Cr2)


http://salampapua.com/fokus-mimika/874-pns-keluhkan-jatah-beras-bulog

Rabu, 17 September 2014

Piutang Raskin Rp 1,7 Miliar, 2.523 Ton Belum Ditebus

Rabu, 17 September 2014

SAMPANG - Pendistribusian beras untuk masyarakat miskin (raskin) di Sampang tak berjalan maksimal. Buktinya, 2.523 ton raskin hingga saat ini belum ditebus. Itu terjadi hampir di seluruh wilayah di Sampang. Dari 14 kecamatan yang ada, hanya 2 kecamatan yang sudah menuntaskan penebusan raskin.

Tak hanya lamban dalam penebusan raskin, piutang dari masing-masing kecamatan juga sangat tinggi. Jika ditotal se-kabupaten, jumlahnya mencapai Rp 1,7 miliar. Data tersebut merupakan data resmi yang dipaparkan pihak Kantor Bulog Sub Divre XII Wilayah Madura dalam rapat koordinasi raskin di aula dinas sosial tenaga kerja dan transmigrasi (dinsosnakertrans) kemarin (16/9).

”Per 15 September ini, piutang raskin Sampang mencapai Rp 1,7 miliar,” ungkap Waka Kantor Bulog Sub Divre XII Wilayah Madura Prayitno di hadapan Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan Syamsul Hidayat dan Kepala Dinsosnakertrans Sampang Malik Amrullah.

Mendapat informasi tersebut, Malik Amrullah langsung geram. Salah satu pejabat senior di Sampang tersebut berjanji akan memanggil seluruh camat di Sampang. ”Kalau urusan beras dan kemiskinan, masyarakat pasti langsung menghujat bupati. Daripada bupatinya dihujat, mending kita panggil saja camat dan jajarannya. Ternyata kinerja camat, Kades, Korlap dan pendamping begini. Tidak kerja, tidur terus,” tudingnya dengan nada emosi.

Malik berjanji untuk mengirim surat kepada seluruh camat untuk menemui Bupati Fannan Hasib sebelum berangkat ibadah haji ke Tanah Suci. ”Sampaikan pertanggungjawaban kalian di hadapan bupati,” pintanya di hadapan undangan rapat yang terdiri dari Korlap raskin, pendamping raskin, camat, dan sejumlah pihak lainnya.

Sementara itu, Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan Syamsul Hidayat lebih menyoroti kualitas raskin. Dia meminta pada pihak Bulog untuk tetap menjaga kualitas beras yang didistribusikan kepada masyarakat tetap baik. ”Harapan kami pendistribusian raskin kualitas jelek seperti yang pernah terjadi beberapa waktu lalu tidak lagi terjadi di Sampang,” ucapnya. (via/fei)

http://radarmadura.co.id/2014/09/piutang-raskin-rp-17-miliar-2-523-ton-belum-ditebus/

Selasa, 16 September 2014

Raskin untuk Warga Birem Bayeun Dinilai tak Layak Konsumsi

Selasa, 16 September 2014

Aceh Timur – Warga Kecamatan Birem Bayeun, Kabupaten Aceh Timur, mengeluhkan kualitas beras bagi masyarakat miskin (Raskin) yang mereka terima. Raskin yang disalurkan oleh pihak Bulog itu dinilai tidak layak untuk dikonsumsi.

Begitu ungkap Ketua LSM Fakta Rabono Wiranata yang juga warga Birem Bayeun kepada AtjehLINK, Senin (15/09/14). “Jika kita cermati, beras Raskin ini sungguh tidak layak untuk dikonsumsi karena kondisinya berabu dan berwarna kekuning-kuningan serta banyak batunya,” ungkap dia.

Rabono menyebutkan, pihaknya menduga Raskin yang baru diterima warga beberapa hari lalu itu, juga telah dicampur dengan beras menir, sebab banyak patahannya. “Kendatipun itu beras murah, hendaknya kualitasnya tidak seperti ini,” katanya.

Oleh karena itu, pihaknya meminta kepada Bulog untuk dapat melakukan pengecekan terhadap kualitas beras yang disalurkan kepada masyarakat. “Kita tidak menyalahkan siapa-siapa terhadap mutu Raskin dimaksud, akan tetapi untuk kedepannya diharapkan hal seperti ini tidak terjadi kembali sehingga masyarakat penerima beras murah pun bisa menikmatinya dengan baik,” pungkas Rabono.

Sementara itu, Kepala Perum Bulog Drive Langsa, Ucok Baniamin Siregar SSos MM yang dikonfirmasi terkait persoalan tersebut mengatakan, pihaknya siap melakukan penukaran Raskin yang dianggap masyarakat tidak layak konsumsi. “Kita minta warga segera laporkan bila menemukan atau mendapatkan beras raskin dengan kualitas yang dinilai kurang baik,” demikian jelasnya singkat. (mus)

http://atjehlink.com/raskin-untuk-warga-birem-bayeun-dinilai-tak-layak-konsumsi/

Warga Protes Bulog Bagikan Beras Tak Layak Konsumsi

Senin, 15 September 2014

DUMAI, RIAUGREEN.COM - Kelurahan Dumai Kota mengaku kecewa dengan kiriman beras yang dilakukan pihak Kantor Bulog Dumai. Pasalnya, warga penerima Beras Bulog di kelurahan itu kecewa dengan kualitas beras tidak layak konsumsi.

Hal tersebut dilaporkan warga penerima setelah mencoba memasaknya. Nasi yang dihasilkan tidak normal, bahkan menghitam dan sebentuk nasi basi. Sontak warga tidak menerima kondisi tersebut. Akhirnya warga mengembalikan beras miskin itu ke kantor lurah.

Lurah Dumai Kota Agus Gunawan tidak mengira jika beras yang dibagikan tidak layak konsumsi. Karena, kantor Bulog Kota Dumai sebelumnya mengatakan kalau beras yang bakal dibagikan sudah melalui pengecekan secara ketat.

"Pengecekan seperti apa yang dilakukan Bulog, saya juga tidak paham. Saya langsung menelepon kantor Bulog dan melaporkan kejadian yang dialami masyarakat soal beras yang diterimanya tak layak konsumsi," ujar akhir pekan ini.

Tidak tanggung-tanggung, jumlah beras yang tidak layak konsumsi itu mencapai 1,2 ton atau 80 goni. Namun, yang baru diganti pihak Bulog baru 5 karung, atau sebagian kecil dari jumlah kerusakan.

"Awalnya pihak kantor Bulog mengatakan hanya lima karung yang bisa diganti. Padahal, kerusakan sangat banyak. Kami juga mendesak Bulog mengganti keseluruhan yang rusak," katanya.

Dalam waktu dua atau tiga hari ke depan, Agus Gunawan menggaransi akan mendapatkan ganti dari Bulog. Karena, setelah pihaknya mendesak penggantian beras, pihak Bulog menyetujui.

"Makanya saya sampaikan ke warga agar bersabar dulu, menjelang dua atau tiga hari kedepan ini. Kita juga sudah mendesak pihak Bulog untuk segera mengganti besar yang disalurkan tak layak konsumsi itu," katanya.

Sumineh, warga penerima beras Bulog di Kelurahan Dumai Kota mengakui beras itu tidak layak dimakan. Selain sebentuk bubur, hitam baunya juga tidak sedap dan sangat tidak layak untuk dikonsumsi manusia.

"Itu bukan beras untuk manusia, itu beras untuk ayam. Di kasih beras tetapi busuk, buat apa," kesal Sumineh.

Sebelumnya, Bulog juga diserang warga Bukit Datuk, karena beras yang dibagikan tidak layak konsumsi. Namun, warga belum sempat memasak, karena mengetahui beras yang diterimanya berkutu.

Selain itu, data penentuan penerimaan beras juga diprotes warga. Sebab, data yang digunakan untuk tahun 2014 ini berdasarkan Data Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) tahun 2011 lalu.

Di Kelurahan Dumai Kota, penerima beras Bulog berkurang dari tahun 2013. Tahun ini, hanuya 204 KK yang ditetapkan sebagai penerima beras Bulog dari 347 di tahun lalu.

"Kami diprotes warga bersama-sama. Terpaksa kami mengundang BPS, bagaimana ia mendampingi kami saat pembagian. Karena data itu hasil olahan dari TNP2K," imbuhnya. (adi)

http://riaugreen.com/view/Dumai/5202/Warga-Protes-Bulog-Bagikan-Beras-Tak-Layak-Konsumsi.html#.VBd5_8J_vyQ

Sabtu, 13 September 2014

Tersangka Korupsi 'Meninggal' Tiga Tahun Lalu Diciduk Kejari

Jumat, 12 September 2014

Metrotvnews.com, Tasikmalaya: Kejaksaan Negeri (Kejari) Tasikmalaya, Jawa Barat, menangkap dua tersangka kasus korupsi pengadaan beras untuk warga miskin (raskin). Satu di antaranya pernah dinyatakan meninggal oleh keluarganya.

Penyelidikan kasus terkendala sebab penyidik mendapat informasi salah seorang tersangka meninggal sejak 2011. Namun Kejari tak serta merta memercayainya.

Pelaksana harian Kepala Kejari Tasikmalaya Yendi Kusyendi mengatakan, Jumat (11/9/2014), penyidik menelusuri jejak tersangka bernama Gani. Sebelumnya, Gani menjabat sebagai Kepala Gudang Bulog Sub Difre Ciamis. Ternyata, Gani berada di Karawang. Penyidik langsung menjemput dan menggiringnya ke Kejari Tasikmalaya.

Selain Gani, petugas juga menangkap Munajat yang bertugas sebagai juru timbang di Gudang Bulog Ciamis. Munajat dititipkan di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Tasikmalaya.

Hasil penyelidikan menyebutkan keduanya merugikan negara hingga lebih Rp2 miliar atas pengadaan raskin di Gudang bulog. Modusnya yaitu mengurangi jumlah timbangan yang masuk ke gudang. Akibatnya lebih 312 ton beras hilang. Kedua tersangka pun dipecat dari Bulog.

Tindakan mereka membuat negara merugi sebesar Rp2 miliar. Petugas pun memperkirakan jumlah tersangka akan bertambah.
(Rrn)

http://news.metrotvnews.com/read/2014/09/12/290838/tersangka-korupsi-meninggal-tiga-tahun-lalu-diciduk-kejari

Program Raskin Rugikan Negara Rp 11,96 M

Jumat, 12 September 2014

Jakarta - Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) menemukan adanya pelanggaran administratif dari 27 kejadian yang merugikan negara hingga mencapai Rp11,961 miliar dalam program beras untuk rakyat miskin (raskin). Menurut Menko Kesra Agung Laksono di Jakarta, Kamis (11/9), kerugian itu adalah akumulasi berbagai temuan klasik, seperti mutu beras buruk, jumlah yang harus diberikan kurang, waktu penyaluran terlambat, dan sasaran penerima tidak tepat. Penyimpangan juga terjadi pada tingkat distribusi, terutama dari Bulog ke sasaran penerima.

“Untuk mencegah jangan sampai ada simpul dalam pengadaan dan pembelian dari petani oleh pihak yang tidak bertanggung jawab, KPK telah memberikan rekomendasi. Kami sedang menindaklanjuti rekomendasi tersebut, antara lain rutin menggelar rapat koordinasi,” katanya saat membuka rapat koordinasi Kementerian Koordinator Kesra dengan Bulog dan pihak terkait lainnya tentang program raskin.

Namun, menurut Agung, temuan ini hanya terjadi di beberapa lokasi. Di sebagian besar lokasi, raskin telah disalurkan secara tepat dan sesuai standar. Hingga September 2014, penyaluran raskin secara nasional mencapai 92,5 persen.

Terkait mutu beras yang masih dikeluhkan, seperti berbau, berkutu, dan berwarna, kata Agung, karena proses penyimpanan yang lebih dari enam bulan, meski telah difumigasi.

Di sisi lain, lamanya menumpuk dengan sistem first in first out (FIFO), yaitu barang yang masuk pertama akan keluar terlebih dahulu, mencerminkan bahwa produksi beras negara itu meningkat dan daya serap dari Bulog lebih baik.

Pada kesempatan itu, Agung juga menyatakan untuk mengantisipasi gagal panen karena kekeringan, pemerintah memberlakukan kebijakan cadangan beras pemerintah (CBP) agar petani dan masyarakat di desa jangan sampai kelaparan. Di samping itu, pemerintah terus mendorong infrastruktur perairan Indonesia agar selalu diperhatikan, membangun yang baru, serta merawat yang sudah ada. "Cadangan beras mencapai 50-100 ton per kabupaten/kota," katanya.

http://www.beritasatu.com/nusantara/209333-program-raskin-rugikan-negara-rp-1196-m.html

Jumat, 12 September 2014

Nilai Sebuah Swasembada

Jumat, 12 September 2014

DALAM komparasi antarsektor, selalu saja pertanian umumnya dan pangan khususnya, menghadapi kritik, tidak punya harapan untuk menghasilkan nilai tambah dan pertumbuhan. Tidak sedikit bahkan yang menyebut bahwa sektor ini sudah berada dalam kondisi kritis, the point of missing return, selalu merugi. Lebih jauh, tidak bisa diandalkan sebagai penyedia lapangan kerja. Akibatnya, usaha tani merugi dan pendapatan buruh terbatas.
Ketidakmampuan ekonomis untuk menghasilkan pertumbuhan adalah alasan utama sinisme terhadap sektor ini. Tentu saja  tanpa merujuk pada sejarah pembangunan ekonomi bangsa yang selama ini menempatkan pertanian sebagai tumbal pembangunan. Kritik dimaksud biasa dipakai sebagai pembenaran importasi. Importasi yang murah selalu dipilih sebagai modus pengadaan pangan dibandingkan memproduksi sendiri di dalam negeri yang mahal menurut mereka dengan tanpa pernah mempertanyakan mengapa impor murah.
Adalah sebuah kecelakaan kebangsaan ketika pemikiran sederhana tersebut menempatkan impor selalu menjadi solusi pragmatis krisis pangan. Tidak pernah disadari bahwa akibatnya kecanduan, impor ini bagai narkoba. Gampang solusinya, selalu impor. Dan pada gilirannya perut bangsa ini makin tergantung terhadap pangan impor.
Pemikiran tersebut hari ini memperoleh tantangan Jokowi-JK dalam prinsip Trisakti dan kemandirian pangan yang dibungkus dalam tekad swasembada. Tentu  untuk melepaskan diri dari semakin akutnya ketergantungan Bangsa RI. Sekaligus dengan mempertimbangkan nilai swasembada yang bukan main besar dalam segala aspeknya.
Secara finansial, besarnya nilai pasar pangan domestik menempatkan konflik kepentingan antara importasi dengan sejumlah rentenya pada satu sisi, dan kemandirian produksi dalam negeri diperjuangkan para nasionalis pada sisi lain. Market size untuk pangan memang luar biasa besar. Untuk lima pangan strategis saja, setiap tahunnya dibutuhkan 32 juta ton beras. Selain itu masih diperlukan  2,6 juta ton kedelai, 570 ribu ton daging sapi,  5,7 juta ton gula kristal dan 27 juta ton jagung.
Apabila jumlah kebutuhan ini dikalikan dengan harga pasar terendah berdasarkan harga referensi, harga dasar, atau Harga Pembelian Pemerintah (HPP), angkanya cukup fantastis. Untuk beras sebesar Rp 6600/kg, kedelai Rp 8.490/kg, daging sapi Rp 76.000/kg, gula kristal RP 8.500 kg, dan jagung sebesar Rp 2.700/kg, maka nilai konsumsi lima komoditas pangan mencapai Rp 397.84 Triliun. Angka sejumlah hampir Rp 400 Triliun tersebut dihitung berdasarkan harga minimum.
Kalau pergerakan harga terjadi sampai tingkat harga eceran tertinggi (HET), dengan ruang gerak sampai 25% misalnya, maka kisaran nilai komoditas ini akan mencapai Rp 500 Triliun. Suatu ukuran pasar dan kegiatan ekonomi bahan baku yang bukan main besarnya. Ketika diasumsikan bahwa aktivitas hilirisasi bisa menghasilkan nilai tambah sekitar 20%, maka nilai ekonomi pangan strategis ini saja bisa mencapai angka Rp 600 Triliun.
Besaran finansial nilai lima komoditas strategis ini mencapai lebih 30% APBN 2014 maupun APBN 2015. Sementara itu, multiplier effects dalam hal pertumbuhan dan ketenagakerjaan mulai dari hulu sampai hilir tentu sangat spektakuler. Itu baru lima pangan strategis, dan baru nilai finansial yang terkait dengan ukuran pasar. Belum mempertimbangkan komoditas pangan lainnya yang tidak terbatas dan belum melihat nilai kebangsaannya.
Pilihan produksi sendiri atau importasi sudah semestinya memperhitungkan potensi ekonomi dan nilai politik kebangsaan secara menyeluruh. Semua  berangkat dari pertanyaan mendasar: akankah nilai pasar sebesar itu dengan segala multipier effects terkait akan dipersembahkan bagi pelampiasan syahwat rente segelintir komprador dan antek Nekolim? Menurut peringatan Bung Karno atau akan dikelola bagi penguatan kedaulatan sebuah bangsa yang hebat.
Sebuah pilihan yang sungguh teramat sederhana. Manakala Kabinet Trisakti yang akan terbentuk serius berkhidmad kepada revolusi mental yang dijanjikan. (Prof Dr M Maksum Machfoedz,Penulis adalah Guru Besar UGM, Ketua PBNU)

http://krjogja.com/liputan-khusus/analisis/3331/nilai-sebuah-swasembada.kr

1,2 Ton Beras Bulog di Dumai Tak Layak Konsumsi

Kamis,11 September 2014

TRIBUNPEKANBARU.COM, DUMAI - Penerima Beras Bulog di kelurahan Dumai Kota kecewa dengan kualitas beras. Pasalnya, beras yang diterima melalui kantor kelurahan pekan lalu tidak layak konsumsi.
Hal tersebut dilaporkan warga penerima setelah mencoba memasaknya. Nasi yang dihasilkan tidak normal, bahkan menghitam dan sebentuk nasi basi. Sontak warga tidak menerima kondisi tersebut. Akhirnya warga mengembalikan beras miskin itu ke kantor lurah.
Lurah Dumai Kota Agus Gunawan tidak mengira jika beras yang dibagikan tidak layak konsumsi. Karena, kantor Bulog Kota Dumai sebelumnya mengatakan kalau beras yang bakal dibagikan sudah ‎melalui pengecekan secara ketat. Baru kemudian disalurkan melalui kantor-kantor lurah.
"Pengecekan seperti apa yang dilakukan Bulog, saya juga tidak paham. Saya langsung menelepon kantor dan melaporkan kejadian yang dialami masyarakat," ujar Agus Gunawan, Rabu (10/9).
Tidak tanggung-tanggung, jumlah beras yang tidak layak konsumsi itu mencapai 1,2 ton atau 80 goni. Namun, yang baru diganti pihak Bulog baru 5 karung, atau sebagian kecil dari jumlah kerusakan.
‎"Awalnya pihak kantor Bulog mengatakan hanya lima karung yang bisa diganti. Padahal, kerusakan sangat banyak. Kami juga mendesak Bulog mengganti keseluruhan yang rusak," katanya.
Dalam waktu dua atau tiga hari ke depan, Agus Gunawan menggaransi akan mendapatkan ganti dari Bulog. Karena, setelah pihaknya mendesak penggantian beras, pihak Bulog menyetujui. Namun, beras itu sampai hari kemarin, belum kunjung datang.
"Makanya saya sampaikan ke warga agar bersabar dulu, menjelang dua atau tiga hari kedepan ini," katanya.
Sumineh, warga penerima beras Bulog di Kelurahan Dumai Kota mengakui ‎beras itu tidak layak dimakan. Selain sebentuk bubur, hitam baunya juga tidak sedap.
"Itu bukan beras untuk manusia, itu beras untuk ayam. Di kasih beras tetapi busuk, buat apa," kesal Sumineh, kepada Tribun.
Sebelumnya, Bulog juga diserang warga Bukit Datuk, karena beras yang dibagikan tidak layak konsumsi. Namun, warga belum sempat memasak, karena mengetahui beras yang diterimanya berkutu.
Selain itu, data penentuan penerimaan beras juga diprotes warga. Sebab, data yang digunakan untuk tahun 2014 ini berdasarkan Data Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) tahun 2011 lalu. ‎Di Kelurahan Dumai Kota, penerima beras Bulog berkurang dari tahun 2013. Tahun ini, hanuya 204 KK yang ditetapkan sebagai penerima beras Bulog dari 347 di tahun lalu.
‎"Kami diprotes warga bersama-sama. Terpaksa kami mengundang BPS, bagaimana ia mendampingi kami saat pembagian. Karena data itu hasil olahan dari TNP2K," imbuhnya. ‎(*)

http://pekanbaru.tribunnews.com/2014/09/11/12-ton-beras-bulog-di-dumai-tak-layak-konsumsi

Kamis, 11 September 2014

Jeleknya kualitas Raskin di Meranti dikeluhkan Masyarakat

Rabu, 10 September 2014

Selatpanjang, Riauaksi.com - Sejumlah warga di Kepulauan Meranti mengeluhkan beras untuk rakyat miskin yang mereka terima kualitasnya buruk. Raskin berwarna kekuning-kuningan, berdebu, berkutu, dan berbau apek bahkan ada begumpal keras seperti batu.

Menanggapi persoalan itu, Badan Urusan Logistik (Bulog) Sub Divre Bengkalis-Kepulauan Meranti menghimbau pihak desa untuk segera berkoordinasi dengan pihak Kecamatan jika ditemukan ada kualitas raskin yang tidak layak konsumsi tersebut, agar bisa dilaporkan langsung ke Bulog Divre Bengkalis untuk diganti. Seperti dilansir dari Riauterkini, Selasa (9/9).

Demikian disampaikan Kasub Bulog Divre Bengkalis-Kepulauan Meranti, M Yusuf , Senin (8/9/2014) kemarin didamping Kasi Pelayan buplik, Romadi dan Kabag Ekonomi Meranti, Agus Yanto ketika ditemui riauterkini.com diruang kerja Sekdakab Kepulauan Meranti, Iqaruddin MSi di Kota Selatpanjang.

"Sebelum pendistribusian ke Masyarakat, pemerintah desa juga bisa memeriksa kualitas raskin. Jika ada keluhan koordinasi dengan pihak Kecamatan untuk dilaporkan ke pihak kita, kita siap mengganti raskin dengan kualitas yang lebih baik,"Kata M Yusuf.

Kasub baru Bulog Divre Bengkalis-Kepulauan Meranti ini juga menyebutkan, bahwa Harga Pembelian Pemerintah (HPP) terhadap beras tersebut hanya Rp 6.500, Jadi kualitas raskin yang direalisasi memang tidak bisa disamakan dengan kualitas beras premium yang dijual di pasaran.*

http://www.riauaksi.com/berita/berita-24816-jeleknya-kualitas-raskin-di-meranti-dikeluhkan-masyarakat.html

Rabu, 10 September 2014

Raskin Berkutu dan Berbatu

Selasa, 9 September 2014

Keluhan Warga Talang Kelapa 
Banyuasin - Warga Kecamatan Talang Kelapa mengeluhkan, kondisi beras miskin (Raskin), tak layak alias berkutu dan bau sehingga tak dapat dikonsumsi.
    Keluhan itu, terjadi sejak beberapa pekan terakhir saat warga menerima beras miskin sebagai konsumsi pokok bagi masyarakat kelas menengah kebawah tersebut.
Akhirnya, tim Bulog Palembang beserta Dinas Sosial Kabupaten Banyuasin dan Camat Talang Kelapa, melakukan sidak meninjau langsung lokasi penerima Raskin.
Kepala Logisatik Gudang Bulog R Sukamto Palembang, Tamsil Edi membantah, beras yang diterima warga berkutu, berbatu dan bewarna kekuningan.

“ Itu tak benar sama seklai, kami sudah melakukan cross chek ke lapangan. Beras miskin yang didistribusikan memang sudah sesuai standar atau varietas medium," ujarnya.

Menurutnya, distribusi beras sudah melalui tahapan proses seleksi. Namun bentuknya variatif, tekstur beras ada yang kecil dan ada yang besar.

"Beras tersebut bukan pecah namun varietasnya kecil-kecil ukuran 42. Adanya keluhan tersebut kami langsung mengecek kebenarannya melakukan sidak. Sejauh ini, tak ada keluhan masyarakat," ungkapnya.

"Distribusi beras saat ini, Bulog mendistribusikan 61.875 Kg beras disuplai untuk wilayah Banyuasin. Sedangkan Kecamatan Talang Kelapa mencapai 19.125 Kg," ujarnya.

Terpisah, M Yusuf Kepala Dinas Sosial meminta, Bulog Palembang menarik kembali beras miskin yang sudah diterima masyarakat khususnya di wilayah Talang Kelapa. “Ya, kita minta Bulog Palembang segera menarik beras yang tak layak konsumsi itu," pungkasnya. (far)

http://palembang-pos.com/index.php?option=com_content&view=article&id=26953:raskin-berkutu-dan-berbatu&catid=49:sumsel-raya&Itemid=62


Distribusi Beras Jatah PNS Tidak Layak Komsumsi

Selasa, 9 September 2014

Cakrawalaonline – Sangat disayangkan nasib para abdi Negara yang telah berkorban untuk pelayanan masyarakat, baik dipusat kota maupun dipedalaman kampung di wilayah Kabupaten Sorong, dimana mereka mendapat jatah beras PNS dari Bulog dengan kondisi beras yang tidak layak konsumsi yang didistribusikan PT. Padoma, salah satu perusahaan daerah Provinsi Papua Barat.

Belum lama, media ini melansir terkait Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang telah mengabdi di tingkat distrik – distrik (Kecamatan-red) diwilayah Kabupaten Sorong tiga bulan belum menerima jatah beras dari pemerintah, atas kurang profesionalnya PT. Padoma dalam pendistribusian beras Bulog bagi PNS, kini dilanda lagi persoalan mengenai tidak layak konsumsi beras yang didistribusikan.

Hal ini, juga dibenarkan juru bicara Pemkab Sorong, melalui Kabag Humas Setda Pemkab Sorong, Marthen Nebore, S,Sos,M.Si di Aimas belum lama ini.

“Jatah beras untuk PNS yang ada dilingkungan Pemkab Sorong, beberapa bulan akhir-akhir ini mendapat kesulitan, beras yang kami dapat rusak dan tidak bias di makan” Kata Marthen.
Informasi dilapangan dari seluruh pegawai sekretariat, jatah mereka tiga bulan terakhir tidak diambil karena kondisi beras yang rusak dan tak layak di konsumsi, terangnya.

“Diharapkan kepada pihak-pihak terkait, dalam hal ini Bulog dan perusahaan yang mendapatkan order pendistribusian atau perusahaan yang mengelola PT. Padoma dapat mengevaluasi kembali kinerjanya dalam memasok dan mendistribusikan beras jatah PNS” imbuhnya.

Pegawai banyak yang mengeluh ke kami, saya selaku kabag Humas untuk memberikan informasi kepada media, kenapa sampai bisa terjadi demikian,  “beras tidak layak Konsumsi “, tutup kabag Humas Setda Pemkab Sorong, Marthen Nebore. @hp

http://cakrawalainterprize.com/?p=1935

Jumat, 05 September 2014

Raskin Rusak Diberikan ke Warga Jombang

Kamis, 4 September 2014

Jombang (beritajatim.com) - Jatah beras untuk warga miskin (raskin) yang dibagikan ke warga Desa Watudakon, Kecamatan Kesamben tidak layak konsumsi. Selain kondisinya patah-patah, beras tersebut juga berbau apek dan kotor. Warga berharap, beras tersebut diganti dengan yang layak konsumsi.

Ngatipah (52), salah satu warga mengatakan, dirinya mengambil jatah raskin dari balai desa. Beras itu ia beli dengan harga Rp 27 ribu per 15 kilogram. Hanya saja Ngatipah langsung kaget ketika melihat beras tersebut. "Berasnya remuk, banyak bekatulnya. Pokoknya jelek sekali," kata Ngatipah sembari menunjukkan beras yang dimaksud, Kamis (4/9/2014).

Ngatipah kembali menegaskan bahwa kondisi beras raskin yang dibagikan pemerintah itu tidak layak untuk di konsumsi manusia. Sebab, kondisinya terlalu jelek. Sehingga ia memilih tidak memasaknya. "Sebenarnya bukan kali ini saja kami menerima raskin tak layak konsumsi. Sebelumnya juga sama," katanya setengah mengeluh.

Hal senada juga diungkapkan Hamidah, warga lainnya. Dia mengatakan, beras raskin yang diterima warga kali ini kondisinya sangat parah alias melebihi buruknya kualitas beras yang diterima sebelumnya. Untuk itu, dirinya berharap pemkab turun tangan agar hal tersebut tidak terulang. "Layaknya dibuat pakan ayam," ujar istri ketua RT Dusun Watudakon, ini.

Hamidah menambahkan, sebelum-sebelumnya pemerintah pernah berjanji akan mengganti beras raskin jelek yang diterima warga. Namun janji itu tidak kunjung terealisasi. "sejak tiga bulan lalu kondisinya sangat jelek, tapi tidak pernah ada ganti rugi," keluhnya. [suf/but]

http://m.beritajatim.com/politik_pemerintahan/217069/raskin_rusak_diberikan_ke_warga_jombang.html#.VAkSRMV_uWg

Kamis, 04 September 2014

Stok di Sulut Aman, Bulog Tetap Impor Beras

Rabu, 3 September 2014

MANADO – Target Bulog untuk tidak mengimpor beras di tahun ini tampaknya tidak akan terealisasi. Pasalnya untuk memenuhi kebutuhan, rencananya perusahaan plat merah yang menangani persoalan beras ini akan melakukan tindakan impor.

“Ada rencana beras impor masuk dari luar negeri sebanyak 10.000 ton,” ujar Kepala Divisi Regional Bulog Sulut dan Gorontalo Yayan Suparyan, beberapa waktu lalu.

Terkait kebijakan impor ini, Yayan mengaku, hal itu urusan pemerintah dan dia tidak berkompeten. “Kita ini hanya melaksanakan saja. Soal alasan impor dilakukan itu wewenang pusat,” terangnya.

Dia mengakui, saat ini untuk stok ketahanan beras di Sulawesi Utara (Sulut) masih berada dalam level yang aman. Di mana total konsumsi beras di Sulut sebesar 4.000 ton, sedangkan stok yang dimiliki Bulog masih mencapai 20.000 ton (per Agustus). “Kalau bicara soal stok kita sebenarnya tidak perlu waswas, namun kalau dilihat dari sisi produksi mungkin sedikit berbeda,” ujarnya.

Humas Bulog Sulut dan Gorontalo Andy Iskandar menjelaskan, hingga saat ini belum ada beras impor yang masuk di Sulut. Namun, memang berdasarkan informasi pusat ada kebijakan untuk impor beras di tahun ini.  “Masa panen kita untuk beras kan sudah berakhir Agustus silam. Kalaupun ada yang masuk maka itu bagian dari antisipasi,” jelasnya.

Diketahui, kebijakan impor beras hanya bisa dilakukan Bulog sesuai dengan Permedag Nomor 12 Tahun 2008 tentang Impor Beras Medium oleh Bulog.

Sebelumnya akademisi Magdalena Wullur pernah menulis analisis yang berjudul Indonesia Swasembada Pangan, Mungkinkah? Sebuah analisis yang mengulas cukup mendalam terkait persoalan swasembada dan impor. Dalam analisisnya mencatat, Indonesia pernah swasembada beras pada 1987 silam. Namun, saat ini kendalanya adalah alih fungsi lahan pertanian di Indonesia, kurang lebih 100.000 hektare lahan pertanian berubah fungsi setiap tahunnya. Lahan tidak bertambah, manusia yang butuh makan bertambah. Diikuti berkurangnya jumlah petani (26,1 juta orang), karena petani tidak sejahtera dan pemerintah pun keenakan impor. Padahal, keuntungan dari swasembada pangan itu sangat besar. Bagi negara, mempertahankan kedaulatan pangan dan daya saing. Bagi rakyat, peningkatan kesejahteraan dan peningkatan ekonomi.

“Saat ini mengatasi perangkap swasembada beras, selain memerlukan ‘strategi nilai’ perlu ketegasan politik pemerintah untuk program swasembada pangan yang berbasis aneka bahan pangan. Untuk mewujudkannya, petani dan negara, hulu dan hilir harus bekerja bersama,” ulasnya dalam tulisan tersebut.

http://www.sindomanado.com/read/2014/09/03/571/stok-di-sulut-aman-bulog-tetap-impor-beras.html

Rabu, 03 September 2014

Dalam Waktu Dekat Bulog Akan Impor Beras 175.000 Ton Dari Thailand

Rabu, 3 September 2014

TRIBUNNEWS.COM.JAKARTA- Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) memastikan untuk mengimpor sebanyak 175.000 ton beras dalam waktu dekat ini. Jika tak ada aral melintang, realisasi impor beras akan dilakukan dalam tiga bulan ke depan.
"Tiga bulan lagi pengirimannya," kata Soetarto Ali Moeso, Direktur Utama Perum Bulog kepada KONTAN, Selasa malam (2/9/2014). Untuk diketahui saja, beras tersebut dibeli dari Thailand melalui kesepakatan antara Perum Bulog dengan pemerintah.junta militer Thailand.
Untuk penandatanganan pembelian beras tersebut, pihak Perum Bulog akan datang ke Thailand dalam waktu dekat ini. Adapun beras yang dibeli oleh Perum Bulog tersebut adalah beras milik pemerintah Thailand.
Pihak Thailand mengklaim, beras tersebut adalah beras hasil panen yang dilakukan pada bulan Juli lalu. Sebagaimana diketahui sebelumnya, Perum Bulog mengimpor beras untuk memenuhi kebutuhan beras di dalam negeri.(KONTAN/ Asnil Bambani Amri )

http://www.tribunnews.com/bisnis/2014/09/03/dalam-waktu-dekat-bulog-akan-impor-beras-175000-ton-dari-thailand

Saking Rusaknya, Beras Miskin di Aceh Selatan Sampai Sudah Berbubuk

Selasa, 2 September 2014

Bisnis.com, BANDA ACEH - Warga Kecamatan Kluet Utara, Kabupaten Aceh Selatan menolak menerima beras miskin yang disalurkan Bulog.

Penolakan itu karena beras miskin (raskin) yan disalurkan sudah dalam kondisi sedemikian rusak sehingga diyakini tidak layak konsumsi.

Zaini, salah seorang warga Desa Kuala Ba'u Kecamatan Kluet Utara, Selasa (2/9/2014) menyatakan, warga menolak raskin untuk jatah empat bulan, yakni Juni sampai September.

Alasannya, beras yang disalurkan sudah dalam kondisi kuning bahkan sudah berbubuk.

Sikap penolakan itu disampaikan seluruh masyarakat penerima raskin dalam kecamatan tersebut, beberapa saat setelah dibagikan di Kantor Camat Kluet Utara, Selasa pagi.

Dikatakan, warga berharap kepada Bulog Aceh melalui Pemkab Aceh Selatan dapat mengganti raskin yang berbubuk tersebut dengan yang lebih bagus, sehingga dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari.

Ia menyebutkan, raskin yang dibagikan tersebut ditebus oleh warga miskin penerima senilai Rp1.600 per kg.

Jika raskin dibagikan dalam kondisi rusak atau berbubuk tidak layak konsumsi, maka masyarakat akan rugi kalau tetap menerima atau mengambil beras tersebut, ujarnya.

Buruknya penyaluran raskin dinilainya menyalahi aturan sebab sesuai amanat Inpres Nomor : 8/2008 di sebutkan bahwa Raskin yang dibagikan kepada masyarakat harus dalam kondisi bulir patah maksimal 20%, derajat sosok minimal 95% dan menir maksimal 2% serta kadar air maksimal 14%.

Oleh sebab itu, kata Zaini, pihaknya meminta kepada pengawas raskin Pemkab Aceh Selatan tidak menerima dan berani menolak penyaluran raskin yang dalam kondisi rusak atau tidak layak konsumsi, sehingga masyarakat penerima tidak dirugikan.

Pihaknya, ujar Zaini, juga meminta kepada Badan Urusan Logistik (Bulog) Aceh melalui Pemkab Aceh Selatan agar bersedia mengganti beras yang rusak atau berbubuk tersebut dengan yang bagus atau lebih layak konsumsi.

Sekretaris Kecamatan Kluet Utara, Masriadi yang dikonfirmasi secara terpisah mengakui bahwa seluruh masyarakat penerima raskin melalui 21 kepala desa dalam kecamatan tersebut telah menolak untuk jatah bulan Juni sampai September, karena dalam kondisi rusak atau berbubuk.

"Benar, seluruh penerima raskin dalam Kecamatan Kluet Utara yang berjumlah 1.575 RTM menolak menerima beras tersebut, karena kondisinya telah rusak sehingga tidak layak konsumsi. Sikap penolakan disampaikan melalui 21 kepala desa dalam Kecamatan Kluet Utara," kata Masriadi.

Ia menyebutkan, jumlah raskin yang disalurkan untuk Kecamatan Kluet Utara jatah bulan Juni sampai September sebanyak 94.500 Kg atau 94,5 ton (6.300 zak).

"Warga berharap kepada Bulog Aceh segera menarik kembali beras tersebut dan menggantikannya dengan yang lebih bagus, sehingga layak dikonsumsi oleh masyarakat," pinta Masriadi.

Kepala bagian (Kabag) Ekonomi Setdakab Aceh Selatan Abubakar secara terpisah mengakui bahwa raskin yang disalurkan ke Kecamatan Kluet Utara untuk jatah bulan Juni sampai September dalam kondisi rusak atau berbubuk.

"Saya sudah perintahkan supaya raskin tersebut ditarik kembali. Saat ini petugas Bulog Aceh sudah berada di Kluet Utara dan menurut informasi yang saya terima, seluruh raskin tersebut telah dimuat kembali ke truk pengangkut untuk ditukar dengan beras yang lebih bagus. Kemungkinan hari Kamis ini raskin pengganti tersebut akan disalurkan kembali untuk masyarakat penerima di Kluet Utara," pungkas Abubakar.

Sumber : Antara
Editor : Yoseph Pencawan

http://sumatra.bisnis.com/m/read/20140902/3/51882/saking-rusaknya-beras-miskin-di-aceh-selatan-sampai-sudah-berbubuk

Senin, 01 September 2014

Berat Raskin Menyusut

Senin, 1 September 2014

Warga Cijambe Mengeluh.

GARUT,(GM).-
Seringnya terjadi pengurangan bobot beras untuk keluarga miskin (raskin) banyak dike­luh­kan masyarakat Desa Cijambe, Kec. Cikelet, Kab. Garut. Berkurangnya bobot menjadi kerugian karena berat beras yang harus dibayar tidak sesuai dengan yang diterima.
Ketua RT 07 RW 03, Desa Cijambe, Kec. Cikelet, Zenal Mutaqin, Minggu (31/8) menutur­kan, selama ini jatah raskin yang diterima isinya hampir tidak pernah utuh sesuai bobot seharusnya. Menurut Zenal, seharusnya satu karung berisi 15 kilgram beras. Namun setiap kali dibuka dan ditimbang kembali, rata-rata mengalami penyusutan antara 2 - 3 kg per karung.
“Setelah ditimbang kembali, rata-rata hanya ada 12 kg beras per karungnya, ini sudah sa­ngat sering terjadi. Kami sudah berulangkali melakukan protes. Namun tak pernah ada perubahan,” ujarnya.
Di sisi lain, jumlah penerima raskin di lingkup RT-nya cukup banyak. Padahal kalaupun jumlah raskin yang diterima untuk warganya sesuai bobot seharusnya, itu pun masih belum mencukupi kebutuhan.
Hal senada diungkapkan Ke­tua RT 03 Desa Cijambe, Dede Sugiri. Pihaknya paling dirugi­kan dalam masalah ini. Menurut Dede, pihak desa tidak mau tahu perihal penyusutan beras. Uang yang dibayarkan harus selalu berdasarkan jumlah karung.
“Uang yang harus saya setor­kan ke desa harus berdasarkan jumlah karung. Keterangannya setiap karungnya berisi 15 kg beras. Padahal kenyataannya, setelah ditimbang kembali setiap karung rata-rata hanya berisi 12 kg beras saja. Ya, akhirnya mau tidak mau saya harus nombok­an ke desa” tuturnya.
Selama ini dirinya hanya mendapatkan jatah raskin 105 ka­rung. Sementara jumlah warga seluruhnya mencapai 700 KK. Dari 700 KK yang ada di lingkup RW 03, 500 KK di antaranya me­rupakan warga mis­kin yang sangat mengharapkan jatah raskin. Untuk memenuhi kebutuhan warga tersebut, selama ini diri­nya selalu mengambil tambahan beras dari dapurnya sen­diri sebanyak 5 kg. Hal ini terpaksa dilakukan agar semua warga miskin di daerahnya bisa mendapatkan jatah.
Bahkan, tak hanya bobot saja yang dikeluhkan. Baik Dede maupun Zenal juga menge­luh­kan kualitas raskin yang sering­kali tidak layak konsumsi.
“Selama ini, tak jarang kami mendapatkan keluhan dari warga tetang buruknya kualitas raskin yang mereka terima,” katanya.

(ags)**

http://www.klik-galamedia.com/2014-09-01/warga-cijambe-mengeluh