Rabu, 1 Oktober 2014
RMOL. Badan Pusat Statistik (BPS) memprediksi kemarau dan kekeringan yang terjadi di beberapa daerah akan berdampak pada mundurnya musim panen. Akibatnya, produksi beras dalam negeri bakal berkurang.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo mengatakan, jika sampai November masih musim kering, maka produksi beras akan berkurang.
“Bisa Januari hingga Febuari berkurang. Kalau Maret itu puncak panen, yang biasanya ditanam November hingga Januari panennya di Maret-April. Tapi kalau masih kering, panen ada tapi April puncaknya,” katanya.
Seharusnya, kata dia, musim kekeringan mulai Mei terus berhenti di Oktober. Tapi jika dilihat kondisi yang ada, musim kekeringan akan terus belanjut.
Sasmito mengatakan, dengan bergesernya puncak musim panen akan membuat harga beras melonjak. Kendati demikian, dia yakin persiapan Bulog menyiapkan pasokan pangan khususnya beras akan tercukupi.
“Kalau lihat itu berarti harus ada cadangan, Bulog berusaha beli di dalam negeri atau luar negeri sehingga akan suplai pasar bukan hanya beras murah saja, mereka juga punya beras premium untuk jaga pasar,” katanya.
Menurut dia, pekerjaan utama Bulog adalah menjaga stabilitas harga dan melakukan pembelian di dalam negeri.
Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimoeso mengatakan, mundurnya musim panen akan berdampak pada berkurangnya produksi beras dalam negeri. Ia mencontohkan, mundurnya musim panen yang terjadi tahun ini.
Akibat mundurnya musim panen karena banjir, luas lahan panen berkurang yang menyebabkan produksi pertanian berkurang. Kondisi ini menyebabkan serapan Bulog berkurang dan berdampak pada cadangan beras.
Padahal, pemerintah menugaskan Bulog untuk tetap menjaga stok pada angka 2 juta ton. Sementara saat ini cadangan beras di gudang tinggal 1,8 juta ton. Stok itu akan berkurang 500 ribu ton hingga akhir tahun untuk raskin.
”Nah, untuk memenuhi pasokan itu terpaksa harus melakukan impor. Tapi nilainya sedikit untuk menutupi kekurangan saja akibat mundurnya waktu panen,” kata Sutarto kepada Rakyat Merdeka.
Berasnya sendiri, menurut Su-tarto, biasanya akan diambil dari Vietnam, Thailand dan Myanmar. Namun, perlu ditegaskan, impor dilakukan karena produksi dalam negeri terganggu. ***
http://m.rmol.co/news.php?id=174167
Tidak ada komentar:
Posting Komentar