Kamis, 02 Oktober 2014

Cadangan Beras Bakal Berkurang 500 Ribu Ton, Bulog Mau Impor

Rabu, 1 Oktober 2014

RMOL. Badan Pusat Statistik (BPS) memprediksi kemarau dan kekeringan yang terjadi di beberapa daerah akan berdampak pada mundurnya musim panen. Aki­bat­nya, produksi beras dalam negeri bakal berkurang.

Deputi Bidang Statistik Distri­busi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wi­­bowo mengatakan, jika sam­pai No­vember masih musim kering, ma­ka produksi beras akan berkurang.

“Bisa Januari hingga Febuari berkurang. Kalau Maret itu pun­cak panen, yang biasanya dita­nam November hingga Januari panennya di Maret-April. Tapi kalau masih kering, panen ada tapi April puncaknya,” katanya.

Seharusnya, kata dia, musim kekeringan mulai Mei terus ber­henti di Oktober. Tapi jika dilihat kondisi yang ada, musim keke­ringan akan terus belanjut.

Sasmito mengatakan, dengan ber­gesernya puncak musim pa­nen akan membuat harga beras melonjak. Kendati demikian, dia yakin persiapan Bulog menyiap­kan pasokan pangan khususnya beras akan tercukupi.

“Kalau lihat itu berarti harus ada cadangan, Bulog berusaha beli di dalam negeri atau luar ne­geri sehingga akan suplai pasar bukan hanya beras murah saja, mereka juga punya beras pre­mium untuk jaga pasar,” katanya.

Menurut dia, pekerjaan utama Bulog adalah menjaga stabilitas harga dan melakukan pembelian di dalam negeri.

Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimoeso mengatakan, mundurnya musim panen akan berdampak pada berkurangnya produksi beras dalam negeri. Ia mencontohkan, mundurnya mu­sim panen yang terjadi tahun ini.

Akibat mundurnya musim panen karena banjir, luas lahan panen berkurang yang menye­babkan produksi pertanian ber­kurang. Kondisi ini menye­babkan serapan Bulog berkurang dan berdampak pada cadangan beras.

Padahal, pemerintah menugas­kan Bulog untuk tetap menjaga stok pada angka 2 juta ton. Se­mentara saat ini cadangan beras di gudang tinggal 1,8 juta ton. Stok itu akan berkurang 500 ribu ton hingga akhir tahun untuk raskin.

”Nah, untuk memenuhi paso­kan itu terpaksa harus melakukan impor. Tapi nilainya sedikit untuk menutupi kekurangan saja akibat mundurnya waktu panen,” kata Sutarto kepada Rakyat Merdeka.

Berasnya sendiri, menurut Su-tarto, biasanya akan diambil dari Vietnam, Thailand dan Myanmar. Namun, perlu ditegaskan, impor dilakukan karena produksi dalam negeri terganggu. ***

http://m.rmol.co/news.php?id=174167

Tidak ada komentar:

Posting Komentar