Kamis, 04 September 2014

Stok di Sulut Aman, Bulog Tetap Impor Beras

Rabu, 3 September 2014

MANADO – Target Bulog untuk tidak mengimpor beras di tahun ini tampaknya tidak akan terealisasi. Pasalnya untuk memenuhi kebutuhan, rencananya perusahaan plat merah yang menangani persoalan beras ini akan melakukan tindakan impor.

“Ada rencana beras impor masuk dari luar negeri sebanyak 10.000 ton,” ujar Kepala Divisi Regional Bulog Sulut dan Gorontalo Yayan Suparyan, beberapa waktu lalu.

Terkait kebijakan impor ini, Yayan mengaku, hal itu urusan pemerintah dan dia tidak berkompeten. “Kita ini hanya melaksanakan saja. Soal alasan impor dilakukan itu wewenang pusat,” terangnya.

Dia mengakui, saat ini untuk stok ketahanan beras di Sulawesi Utara (Sulut) masih berada dalam level yang aman. Di mana total konsumsi beras di Sulut sebesar 4.000 ton, sedangkan stok yang dimiliki Bulog masih mencapai 20.000 ton (per Agustus). “Kalau bicara soal stok kita sebenarnya tidak perlu waswas, namun kalau dilihat dari sisi produksi mungkin sedikit berbeda,” ujarnya.

Humas Bulog Sulut dan Gorontalo Andy Iskandar menjelaskan, hingga saat ini belum ada beras impor yang masuk di Sulut. Namun, memang berdasarkan informasi pusat ada kebijakan untuk impor beras di tahun ini.  “Masa panen kita untuk beras kan sudah berakhir Agustus silam. Kalaupun ada yang masuk maka itu bagian dari antisipasi,” jelasnya.

Diketahui, kebijakan impor beras hanya bisa dilakukan Bulog sesuai dengan Permedag Nomor 12 Tahun 2008 tentang Impor Beras Medium oleh Bulog.

Sebelumnya akademisi Magdalena Wullur pernah menulis analisis yang berjudul Indonesia Swasembada Pangan, Mungkinkah? Sebuah analisis yang mengulas cukup mendalam terkait persoalan swasembada dan impor. Dalam analisisnya mencatat, Indonesia pernah swasembada beras pada 1987 silam. Namun, saat ini kendalanya adalah alih fungsi lahan pertanian di Indonesia, kurang lebih 100.000 hektare lahan pertanian berubah fungsi setiap tahunnya. Lahan tidak bertambah, manusia yang butuh makan bertambah. Diikuti berkurangnya jumlah petani (26,1 juta orang), karena petani tidak sejahtera dan pemerintah pun keenakan impor. Padahal, keuntungan dari swasembada pangan itu sangat besar. Bagi negara, mempertahankan kedaulatan pangan dan daya saing. Bagi rakyat, peningkatan kesejahteraan dan peningkatan ekonomi.

“Saat ini mengatasi perangkap swasembada beras, selain memerlukan ‘strategi nilai’ perlu ketegasan politik pemerintah untuk program swasembada pangan yang berbasis aneka bahan pangan. Untuk mewujudkannya, petani dan negara, hulu dan hilir harus bekerja bersama,” ulasnya dalam tulisan tersebut.

http://www.sindomanado.com/read/2014/09/03/571/stok-di-sulut-aman-bulog-tetap-impor-beras.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar