Senin, 11 Agustus 2014

Pemerintah Enggan Beli Gabah Petani Lokal

Senin, 11 Agustus 2014

Anggaran Bulog Dipakai Impor Beras Asing 500.000 Ton

Jakarta_Barakindo- Menjelang berakhirnya masa pemerintahan kabinet Indonesia Bersatu II (dua), kinerja pemerintah SBY-Budiono kembali tercoreng ulah “begundal” petani asing yang mengimpor beras petani dari luar negeri disaat rakyat tani dalam negeri segera memasuki masa panen ke-dua (Gadu).
Impor itu dilakukan pemerintah melalui Perum Bulog, tepat setelah memasuki masa libur lebaran 1 Syawal 1435 H (2014) ini. Imbasnya, pengadaan gabah petani lokal di Jawa Tengah (Jateng) dan Jawa Barat (Jabar) tersendat.

“Kami heran, kenapa pemerintah lebih memilih mengimpor beras petani asing dibanding membeli gabah/beras petani lokal. Kami melakukan penelusuran dibeberapa tempat terkait, kuat dugaan Letter of Credit (LC) untuk pembelian gabah petani lokal tidak tersedia (dibatasi-red) dengan alasan tidak ada anggaran,” ujar Koordinator Barisan Rakyat Anti Korupsi (Barak), Danil’s, Senin (11/8/2014).

Karenanya Danil’s mempertanyakan, jika memang dana untuk membeli gabah/beras petani lokal tidak ada, lalu dari mana sumber dana untuk membeli beras petani asing sebanyak 500.000 ton tersebut.

“Kalau dana untuk membeli gabah petani lokal tidak ada, lalu dari mana sumber dana untuk membeli beras petani asing (impor) sebanyak 500.000 ton atau setara Rp.1,4 triliun (setara harga Rp.4.700,- per Kilogram). Atau jangan-jangan uang ini bersumber dari begundal petani asing ??? Ini harus diusut oleh aparat penegak hukum untuk melindungi kepentingan rakyat tani NKRI,” tegasnya.

Selain meminta aparat hukum menelusuri sumber dana importasi tersebut, Danil’s juga mendesak pemerintahan yang baru nanti (transisi November 2014-red) merombak total Direksi Perum Bulog, yang pro petani asing (senang impor-red) diganti dengan figur yang berkomitmen melindungi rakyat tani dalam negeri.

“Sebab kalau direksi yang “senang” impor dibiarkan terus berkuasa, maka selamanya hak-hak dasar rakyat tani NKRI akan “diperkosa”. Setelah transisi pemerintahan nanti, kami akan berdjoang mendesak pemerintahan yang baru untuk merealisasikan perombakan “kabinet” di Perum Bulog,” pungkas Danil’s menegaskan.

Seperti diketahui, Kementerian Perdagangan (Kemendag) merilis, bahwa Perum Bulog mendapatkan alokasi impor beras sebanyak 500.000 ton yang terdiri dari beras medium dan beras premium. Impor beras medium atau beras dengan tingkat pecah (broken) 25 persen sebanyak 300.000 ton, sisanya 200.000 ton adalah beras dengan tingkat pecah (broken) 5 persen atau beras premium.

Hal itu ditegaskan Mendag, Muhammad Lutfi, Jumat (8/8/2014). Katanya, Bulog baru merealisasikan impor sebanyak 50.000 ton. "Bahkan 50.000 ton itu sudah sampai di Indonesia untuk mengantisipasi kekurangan stok dan tingginya permintaan," kata Lutfi. (Redaksi)*

http://barakpost.blogspot.com/


Tidak ada komentar:

Posting Komentar