Sistem impor moderat dipastikan tidak mematikan petani dalam negeri
Kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi dipastikan akan
menyebabkan inflasi melambung tinggi. Pemerintah memprediksi, kenaikan
harga premium dari Rp4500 per liter menjadi Rp6500 per liter dan solar
dari Rp4500 per liter menjadi Rp5500 per liter akan menyumbangkan
inflasi menjadi sebesar 7,2 persen. Pengamat ekonomi memprediksi inflasi
akan mencapai 8,2 persen hingga empat bulan ke depan.
Pemerintah khawatir dampak tinggi angka inflasi. Sebab, Pemerintah
harus mampu mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar 6,3 persen,
sesuai dengan APBN-P 2013. Pemerintah harus mampu menjaga momentum
pertumbuhan ekonomi.
Sayangnya, inflasi yang melambung begitu tinggi akibat kenaikan BBM bersubsidi serta volatile foods
yang juga memberikan pengaruh sekitar 11 persen terhadap inflasi, maka
pemerintah harus mengambil kebijakan agar permintaan dan penawaran
terpenuhi. Pasalnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia selama ini ditopang
oleh konsumsi. Ditambah lagi, daya beli masyarakat akan tergerus oleh
kenaikan BBM. "Oleh sebab itu penting kita menjaga suplai dan stabilitas
harga ini," kata Menteri Koordinator dan Perekonomian, Hatta Rajasa
dalam jumpa pers di Kantor Kementerian Perekonnomian Jakarta, Kamis
(20/6).
Belum lagi, permintaan dan penawaran harus tetap terjaga di masa-masa
menyambut hari besar keagamaan. Agar tidak mengganggu stabilitas harga
pangan di pasaran dan menjaga konsumsi tetap berputar dengan baik,
pemerintah mengambil kebijakan impor moderat. Lewat kebijakan ini,
pemerintah membuka pintu impor seluas-luasnya, terutama pangan, untuk
menjaga keseimbangan permintaan dan penawaran. Hatta mengakui, kebijakan
ini mulai diterapkan pada beberapa bulan lalu saat inflasi tinggi,
namun kali ini kran impor lebih dibuka lebar.
Kendati demikian, Hatta sempat memastikan bahwa kebijakan impor moderat
tersebut tidak akan mematikan petani dalam negeri. Ia menegaskan, impor
dilarang dilakukan jika petani dalam negeri sedang berada di dalam masa
panen. "Tetapi kita tetap menjaga petani dalam negeri. Impor dilarang
dilakukan jika petani dalam negeri sedang panen," jelasnya.
Sebagai langkah antisipatif agar sektor pangan tidak menyumbangkan
inflasi lebih besar lagi, Hatta mengakui pemerintah telah mengizinkan
BULOG untuk melakukan impor daging sapi sebanyak 3000 ton. Impor daging
sapi ini, lanjutnya, dilakukan sebagai persiapan guna menghadapi
hari-hari besar keagamaan.
"Pemerintah menjamin ketersediaan bahan pangan pokok dalam negeri cukup
dan stabilitas harga terjaga. Memang ada kenaikan tapi masih pada batas
normal yang sudah dilakukan BPS," ujarnya.
Direktur Utama BULOG, Sutarto Alimoeso membenarkan terkait rencana
BULOG untuk melakukan impor daging. Sejauh ini, katanya, pendanaan
diperoleh melalui perbankan. "Kalau pendanaan bisa dapa dari perbankan,
sudah siap. Selain itu cash flow BULOG masih ada," katanya.
Sutarto mengatakan, realisasi impor daging paling cepat akan
dilaksankan tiga minggu, pada bulan Juli. Adapun jenis daging yang
diimpor dapat berupa karkas dan daging beku. Melalui impor ini,
lanjutnya, diharapkan kenaikan harga daging sapi tidak melebihi
Rp100.000 per kilogram. Ia juga berharap tidak terjadi gejolak harga
dipasaran. Jika hal tersebut terjadi, maka pihaknya akan melakukan
operasi pasar.
Ia memastikan penugasan impor daging ini tidak dilakukan dalam upaya
mencari keuntungan. Perkiraan, harga daging sapi per kilogram akan
dipatok sebesar Rp75.000 per kilogram tetap dengan memperhatikan
peternak sapi dalam negeri. Terkait izin impor, Sutarto memperkirakan
izin tersebut keluar beberapa hari ke depan. "Begitu izin keluar, kami
akan langsung impor," pungkasnya. Impor daging sapi oleh BULOG ini sudah
disetujui oleh Menteri BUMN, Menteri Perdagangan, serta Menteri
Pertanian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar