Selasa, 18 Juni 2013

Swasembada Pangan Terganjal Persoalan Irigasi

18 Juni 2013


Jakarta - Swasembada pangan yang ditargetkan oleh pemerintah bisa mencapai 10 juta ton pada 2014 akan terancam terealisasi. Pasalnya sebanyak 52% jaringan irigasi mengalami kerusakan. Untuk itu, Kementerian Pertanian berencana memperbaiki saluran irigasi.
"Perbaikan irigasi dapat meningkatkan hasil produksi pertanian. Saat ini sekitar 52% dari total jaringan irigasi di Indonesia dalam kondisi rusak, mulai dari rusak ringan hingga berat," jelas Menteri Pertanian Suswono di Jakarta, Senin (17/6).
Ia mengatakan untuk memperbaiki jaringan irigasi diperlukan dana sekitar Rp21 triliun. Dari jumlah tersebut, lanjut Suswono, hanya Rp3 triliun yang menjadi kewenangan pihaknya. Sebab pihaknya hanya menangani jaringan irigasi yang tersier. Sementara sisanya Rp18 triliun berada di Kementerian Pekerjaan Umum (PU) untuk memperbaiki irigasi primer.
"Jika irigasinya beres diperkirakan akan ada kelebihan produksi 9,1 juta ton beras pada tahun 2014. Sisanya dicapai dengan peningkatan produksi, baik pola intesifikasi maupun ekstensifikasi," tuturnya.
Suswono berharap Kementerian PU segera memperbaiki jaringan irigasi primer yang rusak. Dengan demikian petani dapat meningkatkan produksi padi. Selain itu, Kementan meminta para petani dan juga aparat desa untuk merawat dan menjaga irigasi tersier yang sudah mendapat perbaikan dari kementan. "Tanpa perawatan dan penjagaan, jaringan irigasi yang ada akan rusak, dan jika rusak akan berpengaruh terhadap produksi sawah petani," ujarnya.
DPR Pesimis
Sementara itu, Anggota DPR Komisi IV Siswono Yudo Husodo merasa pesimis dengan target pemerintah melakukan swasembada pangan untuk lima komoditas yaitu padi, jagung, kedelai, gula, dan daging sapi. Hal ini disebabkan beberapa faktor antara lain pemangkasan anggaran Kementan, ketersediaan lahan pertanian yang terbatas, dan pertumbuhan produksi tanaman pangan yang tidak signifikan.
Seperti diketahui, untuk mencatat swasembada pangan pada tahun 2014, target produksi padi adalah sebesar 76,57 juta ton, jagung 20,82 juta ton, kedelai 2,7 juta ton, gula 3,1 juta ton, dan daging sapi 530.000 ton. Menurut Siswono, anggaran Kementan menurun dan berpotensi mengganggu program yang telah ditetapkan. "Kami berharap pemerintah bisa tetap memberikan bantuan kepada petani seperti pakan, penambahan lapangan kerjam dan pertumbuhan di industri pertanian," imbuhnya.
Siswono menambahkan, ketersediaan lahan yang terbatas juga akan menjadi penghambat tercapainya swasembada lima komoditas pada 2014. Saat ini, lahan pertanian yang mendukung produksi produk utama pangan adalah sebesar 10 juta hektare (ha) atau tidak berbeda jauh dengan lahan perkebunan sebesar 8 juta ha. "Perluasan lahan pertanian sangat diperlukan. Jika tidak, maka kita akan terus melakukan kebijakan impor pangan," ujarnya.
Bukan cuma itu, Siswono melanjutkan, pemerintah juga akan kesulitan untuk mencapai swasembada daging sapi. "Saat ini impor daging sapi masih sebesar 30% dari total kebutuhan per tahun," ujarnya. Dengan terus meningkatnya konsumsi daging perkapita, turut mendorong semakin beratnya upaya pemerintah mencapai swasemdaba daging. Siswono menilai, pemerintah harus lebih bekerja keras untuk mendorong tercapainya swasembada daging dalam waktu yang tidak terlalu lama ini.
Senada dengan Siswono, Pakar EKonomi Latif Adam melihat target swasembada pangan 2014 agak sulit terealisasi jika tidak ada insentif bagi petani yang menjadi tulang punggung pasokan pangan dalam negeri. Tulang punggung ketahanan pangan adalah petani. Namun, mereka selalu dalam posisi sulit, terutama jika terkait dengan harga pangan dalam negeri. "Tulang punggung ketahanan pangan adalah petani. Namun, mereka selalu dalam posisi sulit, terutama jika terkait dengan harga pangan dalam negeri," kata Latif.

http://www.neraca.co.id/harian/article/29621/Swasembada.Pangan.Terganjal.Persoalan.Irigasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar