Jumat, 14 Juni 2013

Memberi Makna "Kaya Tanpa Harta"

14 Juni 2013

Sebelum acara ”penghargaan terhadap teman sejawat dan kerabat” dimulai, satu per satu tamu yang datang disambut mantan Ketua KPK Taufiequrachman Ruki di depan salah satu ruang di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (12/6) malam. Taufiequrachman meminta tamunya menggunakan topi caping dan kain di leher untuk difoto.
Dalam acara tersebut, Taufiequrachman ingin menyampaikan terima kasih dan ”penghargaan” kepada rekan sejawat dan kerabat yang dinilai memberikan banyak manfaat baginya. Bagi Taufiequrachman, teman sejawat dan kerabat merupakan harta yang sangat berharga.
Suasana pun menjadi cair dengan cara penerimaan Taufiequrachman yang unik. Tempat acara dihiasi dengan penataan ala perkampungan atau desa. Tamu yang datang juga langsung dapat mencicipi tahu gejrot serta makanan tradisional lain.
”Ini saya perkenalkan, Pak, teman saya,” kata Taufiequrachman kepada Darmin Nasution, mantan Gubernur Bank Indonesia. Ternyata orang yang diperkenalkan kepada Darmin adalah Gubernur BI Agus Martowardojo. Darmin pun tersenyum dan tertawa.
Taufiequrachman yang sudah pensiun menjadi pejabat negara memang ingin memberi makna dalam pertemanan dan pergaulan. Dengan teman sejawat dan kerabat, seseorang dapat memiliki ”kekayaan”. ”Ketika hidup banyak teman dan kerabat, hidup menjadi ringan. Sugih tanpo bondo (kaya tanpa harta),” kata Taufiequrachman. Orang menjadi tidak merasa sendiri. Namun, ia mengingatkan, terhadap teman yang memiliki konflik kepentingan, orang pun harus dapat bersikap hati-hati.
Dalam acara tersebut, Taufiequrachman yang pernah menjadi anggota DPR mengundang sekitar 300 teman sejawat dan kerabatnya. Dari pejabat negara, pengusaha, anggota DPR, mantan pejabat negara, hingga anak cucu. Selain Darmin Nasution dan Agus Martowardojo, pejabat negara yang hadir adalah Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, Wakil Kepala Polri Komisaris Jenderal Nanan Sukarna, serta Ketua BPK Hadi Purnomo.
Pada acara itu, Taufiequrachman yang pernah menjabat Komisaris Utama PT Krakatau Steel pada 2007-2008 mengingatkan, kalau seseorang memiliki kekuasaan, orang akan datang dan mendekat dengan orang tersebut. ”Kalau kekuasaan tidak ada, apakah orang akan mendekat?” tanyanya.
Jika kekuasaan sudah tidak ada dan orang lain tetap mendekat, lanjutnya, berarti seseorang yang pernah mendapat kekuasaan itu juga telah berbuat baik. Dengan gambaran seperti itu, ia mau mengingatkan, jangan menggunakan kekuasaan untuk kepentingan pribadi.
Mantan Hakim Agung Benjamin Mangkoedilaga mengungkapkan kesan terhadap Taufiequrachman yang juga mantan perwira menengah Polri. Menurut Benjamin, dirinya sudah lama mengenal Taufiequrachman. Benjamin berujar, suatu saat Taufiequrachman diberi amplop berisi uang. Namun, Taufiequrachman menolak pemberian tersebut. Benjamin kagum atas sikap Taufiequrachman itu.
Oleh karena itu, menurut Benjamin, jika aparat penegak hukum, seperti polisi, dapat menghindari pemberian-pemberian uang seperti itu, kondisi penegakan hukum di Indonesia tentu akan lebih baik. Ia pun berharap aparat penegak hukum dapat membangun sikap seperti Taufiequrachman.
Pada akhir acara itu, para tamu mendapat buku biografi Taufiequrachman yang berjudul Tersisih namun Terpilih, Taufiequrachman Ruki 42 Tahun Berkiprah. Dalam buku itu diuraikan sepak terjang Taufiequrachman yang lahir di Rangkasbitung, Banten, 18 Mei 1946, dan kesan-kesan dari berbagai kalangan.
Dalam buku itu, antara lain, ditulis, Taufiequrachman Ruki yang akrab disapa Taufik adalah salah satu penerima penghargaan tertinggi dari negara. Ia memperoleh penghargaan Bintang Mahaputra Adipradana, Bintang Bhayangkara Pratama dan Nararya, serta Satyalencana Kesetiaan VIII, XIV, dan XXIV.
Di jajaran kepolisian, mereka yang menerima penghargaan seperti Taufik dapat dikatakan terhitung dengan jari. Beberapa di antaranya adalah Anton Soedjarwo, Awaluddin Djamin, Banurusman Astrosemitro, Dibyo Widodo, Kunarto, dan Roesmanhadi. ”Ini bisa diartikan bahwa pengakuan negara terhadap prestasi dan reputasi Taufik tidak perlu diragukan lagi,” demikian tulis editor buku tersebut, Parulian Manullang, dalam buku itu. (Ferry Santoso)

 TAUFIEQURACHMAN RUKI

http://cetak.kompas.com/read/2013/06/14/0315493/memberi.makna.kaya.tanpa.harta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar