Jumat, 21 Juni 2013

Dilema Raskin

20 Juni 2013

RASKIN andalan pemerintah untuk masyarakat miskin Indonesia. Pemerintah menggembor-gemborkan pemberian bantuan berupa beras. Apakah ada bedanya dengan pemberian subsidi BBM? Masyarakat Indonesia dituding tidak mandiri dengan adanya subsidi, tapi apakah dengan adanya RASKIN tidak menambah ketergantungan masyarakat? selain itu juga subsidi beras ini menurunkan tingkat kepercayaan diri masyarakat.

Kita lihat di lapangan RASKIN yang menjadi senjata kenaikan BBM tidak layak di konsumsi. Berasnya berwarna kekuningan dan jika dimasak ada aroma seperti bekatul. Kebanyakan masyarakat yang mendapatkan RASKIN kana menukar berasnya di toko, *tukar tambah beras*

sedangkan siapa yang mau membeli RASKIN di toko?

saya pernah melihat acara investigasi di sebuah televisi swasta tentang kecurangan para pedagang, yaitu mencuci raskin yang berwarna kekuningan dengan pemutih pakaian agar terlihat bersih dan bening.  Biasanya beras-beras ini akan di jual di beberapa warung makan. Siapa yang menyangka?

Hal ini justru menambah masalah baru di bidang kesehatan. Bayangkan saja pemutih pakaian masuk ke dalam tubuh manusia?

Inilah dilema RASKIN.Seharusnya pemerintah lebih memberdayakan keterampilan masyarakat untuk mandiri, dan memberi perhatian LEBIH kepada kaum petani yang sebagian besar merupakan profesi masyarakat Indonesia yang sebetulnya potensinya luar biasa namun sayang mereka selalu berada pada tingkat ekonomi menengah kebawah.

http://politik.kompasiana.com/2013/06/20/dilema-raskin-570656.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar