14 Juni 2013
Jurnas.com | KETUA Lembaga Pengkajian Penelitian dan
Pengembangan Ekonomi (LP3E) Kadin, Didik J Rachbini, menilai, inflasi
yang disebabkan oleh tingginya harga bahan pangan masih akan terus
terjadi selama produksi pangan dalam negeri tidak mencukupi.
"Selama
lima tahun terakhir ini terlihat inflasi kelompok bahan makanan dan
makanan jadi lebih tinggi dari kelompok lainnya. Ini menandakan bahwa
pasokannya kurang memadai relatif dibandingkan dengan kebutuhan dan
permintaannya. Selama produksinya kurang, maka akan berlanjut terus.
Sekarang ditambah lagi dengan inflasi akibat moneter, karena impor
minyak banyak, tekanan pada rupiah kencang, sehingga rupiahnya melemah,"
kata Didik di Jakarta, Jumat (14/6).
Padahal, menurut dia,
sektor pertanian memiliki pangsa terhadap PDB terbesar kedua setelah
sektor industri. "Pertumbuhan sektor pertanian paling fluktuatif (kurang
stabil). Tanaman bahan pangan merupakan subsektor terbesar dalam sektor
pertanian, dengan pangsa terhadap PDB sekitar 7 persen atau hampir sama
dengan sektor keuangan," ujar dia.
Menurutnya, masalah utama
tidak cukupnya bahan pangan di dalam negeri adalah akibat masih
rendahnya luas lahan pertanian di Indonesia. "Jumlah luas lahan
pertanian per kapita di Indonesia terendah, bahkan menjadi salah satu
yang terendah. Oleh karena itu kami akan mengusulkan kepada pemerintah
untuk mencetak lahan-lahan baru di wilayah Indonesia Timur, khususnya
Maluku, Seram dan Papua " ucapnya.
Didik merinci, luas lahan per
kapita di Indonesia hanya 0,03 hektar (ha) per orang. Sementara di
Vietnam 0,1 ha, Thailand 0,52 ha, India 0,16 ha, Cina 0,11 ha, dan
Australia 2,63 ha.
Namun, untuk mencetak lahan baru tersebut
tidaklah mudah akibat tersandera masalah lahan dan kepemilikan korporasi
terhadap tanah.
"Pembangunan dan pembukaan lahan baru sangat
lamban dan sulit diwujudkan, sehingga dana APBN untuk mencetak sawah
menjadi tidak terpakai. Indonesia adalah negara penghasil pangan, tapi
impor pangannya tinggi. Penghasil kelapa sawit nomor satu, dan kakao
nomor dua, tapi devisanya habis untuk impor daging, sehingga neraca
pangan menjadi negatif," katanya.
http://www.jurnas.com/news/96969/Didik_J_Rachbini:_Produksi_Pangan_Kurang,_Inflasi_Akan_Terus_Terjadi/1/Ekonomi/Ekonomi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar