Sabtu, 15 Juni 2013

Didik J Rachbini: Produksi Pangan Kurang, Inflasi Akan Terus Terjadi

14 Juni 2013

Jurnas.com | KETUA Lembaga Pengkajian Penelitian dan Pengembangan Ekonomi (LP3E) Kadin, Didik J Rachbini, menilai, inflasi yang disebabkan oleh tingginya harga bahan pangan masih akan terus terjadi selama produksi pangan dalam negeri tidak mencukupi.

"Selama lima tahun terakhir ini terlihat inflasi kelompok bahan makanan dan makanan jadi lebih tinggi dari kelompok lainnya. Ini menandakan bahwa pasokannya kurang memadai relatif dibandingkan dengan kebutuhan dan permintaannya. Selama produksinya kurang, maka akan berlanjut terus. Sekarang ditambah lagi dengan inflasi akibat moneter, karena impor minyak banyak, tekanan pada rupiah kencang, sehingga rupiahnya melemah," kata Didik di Jakarta, Jumat (14/6).

Padahal, menurut dia, sektor pertanian memiliki pangsa terhadap PDB terbesar kedua setelah sektor industri. "Pertumbuhan sektor pertanian paling fluktuatif (kurang stabil). Tanaman bahan pangan merupakan subsektor terbesar dalam sektor pertanian, dengan pangsa terhadap PDB sekitar 7 persen atau hampir sama dengan sektor keuangan," ujar dia.

Menurutnya, masalah utama tidak cukupnya bahan pangan di dalam negeri adalah akibat masih rendahnya luas lahan pertanian di Indonesia. "Jumlah luas lahan pertanian per kapita di Indonesia terendah, bahkan menjadi salah satu yang terendah. Oleh karena itu kami akan mengusulkan kepada pemerintah untuk mencetak lahan-lahan baru di wilayah Indonesia Timur, khususnya Maluku, Seram dan Papua " ucapnya.

Didik merinci, luas lahan per kapita di Indonesia hanya 0,03 hektar (ha) per orang. Sementara di Vietnam 0,1 ha, Thailand 0,52 ha, India 0,16 ha, Cina 0,11 ha, dan Australia 2,63 ha.

Namun, untuk mencetak lahan baru tersebut tidaklah mudah akibat tersandera masalah lahan dan kepemilikan korporasi terhadap tanah.

"Pembangunan dan pembukaan lahan baru sangat lamban dan sulit diwujudkan, sehingga dana APBN untuk mencetak sawah menjadi tidak terpakai. Indonesia adalah negara penghasil pangan, tapi impor pangannya tinggi. Penghasil kelapa sawit nomor satu, dan kakao nomor dua, tapi devisanya habis untuk impor daging, sehingga neraca pangan menjadi negatif," katanya.


http://www.jurnas.com/news/96969/Didik_J_Rachbini:_Produksi_Pangan_Kurang,_Inflasi_Akan_Terus_Terjadi/1/Ekonomi/Ekonomi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar