4 Januari 2013
Dalam data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), Kamis (3/1/2012)
sepanjang tahun 2012 Indonesia masih melakukan impor beras dari berbagai
negara Asia, dimana secara kumulatif dari mulai Januari - November 2012
hampir mencapai 1,326 juta ton atau senilai US$ 719 juta. Khusus bulan
November 2012, impor beras tercatat sebesar 220 ribu ton atau senilai
US$ 102,4 juta. BPS mencatat angka tersebut naik cukup signifikan
dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya.
Serapan bulog selama
tahun 2012 mencapai angka 3,6 juta ton, di sisi lain importasi beras
tercatat 1,3 juta ton maka total cadangan beras dalam negeri mencapai
4,9 juta ton. Memprihatinkan dimana angka serapan yang tinggi, tidak
menurunkan jumlah importasi beras secara signifikan.
”Kita
harus cermat dalam melihat seluruh angka importasi beras terhadap
kemampuan produksi dalam negeri, karena pada dasarnya akan mempengaruhi
struktur stok perberasan nasional. Bulog mengklaim bahwa serapan mereka
melampaui target sebesar 3,6 juta ton, begitupun dengan Kementerian
pertanian menyatakan bawah surplus beras mencapai 5,73 juta ton namun
mengapa disisi lain angka importasi beras tetap tinggi,” ujar Anggota
Komisi IV DPR RI Ma’mur Hasanuddin, melalui siaran persnya, Jumat (4/1).
Pengadaan
gabah dan beras dalam negeri (DN) Perum Bulog tahun 2012 mencapai 3,66
juta ton. Menurut data Bulog realisasi pengadaan gabah/beras DN tahun
ini merupakan prestasi paling tinggi dibandingkan lima tahun terakhir
dengan 2,93 juta ton (2008), 3,62 juta ton (2009), 1,89 juta ton (2010),
1,74 juta ton (2011) dan 3,66 juta ton (2011).
Legislator dari
Jabar ini menambahkan, seharusnya kenaikan produksi dan serapan beras
berbanding lurus dengan penurunan secara drastis terhadap importasi
beras. Karenanya perlu sistem yang terintegrasi antara produksi,
distribusi dan konsumsi beras secara nasional, sehingga seluruh proses
dari hulu sampai hilir dapat dimonitor dengan baik. Selain itu, jika
importasi mampu ditekan diharapkan petani dapat menikmati hasil panen
yang lebih maksimal.
“Kebutuhan beras setiap tahun diprediksi
meningkat jika tidak dilakukan terobosan besar yang memihak kepada
pengelolan beras berbasis nasional. Karenaya infrastruktur yang memadai,
lahan produktif yang terproteksi, tata niaga yang berimbang dan program
diversifikasi pangan yang intensif perlu dilakukan,” tukas Ma’mur.
Hingga
31 Desember 2012, Bulog berhasil mempertahankan stok beras pada level
aman, yakni sebesar 2,27 juta ton. Posisi stok ini juga tertinggi yang
berhasil dicapai Bulog. Stok sebanyak itu mampu mencukupi kebutuhan
untuk delapan bulan penyaluran rutin, termasuk untuk perdagangan,
industry, dan jasa.
“Rasanya kita cukup gembira jika saja seluruh
stok yang dimiliki Bulog seluruhnya berasal dari produksi dalam negeri,
bukan hal yang mustahil terwujud jika ada keinginan keras dari
Pemerintah untuk menekan importasi,” sesal Ma’mur.
Awal tahun
2012 Direktur Utama Bulog Sutarto Alimoeso mengungkapkan dengan dukungan
peningkatan produksi padi nasional naik 13% Bulog bisa melakukan
pengadaan beras petani sebanyak 3,5 juta-3,6 juta ton dari total
proyeksi pengadaan beras 4 juta ton pada tahun 2012. Sehingga ia
berjanji ketika itu tidak akan melakukan impor di tahun 2012.
http://wartaekonomi.co.id/berita7191/memprihatinkan-produksi-beras-surplus-tapi-impor-tinggi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar