Senin, 24 September 2012

Korupsi Bulog, Kejari Tunggu Perhitungan BPKP


INILAH.COM, Bandung - Kejaksaan Negeri (Kejari) Bandung masih menunggu hasil audit Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) untuk menghitung total kerugian negara dugaan korupsi dana raskin di Bulog Jabar.

Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari) Bandung, Febrie Adriansyah mengaku akan mempercepat proses penyidikan kasus korupsi dengan tiga tersangka tersebut.

"Kami masih menunggu hasil audit dari BPKP mengenai total kerugian negara. Kalau seluruh berkasnya, itu sudah siap," jelas Febrie ditemui di Gedung Kejati Jabar, Jalan RE Martadinata Kota Bandung, Senin (24/9/2012).

Febrie mengatakan, jika audit tersebut sudah rampung, pihaknya 0akan langsung melimpahkan kasus tersebut ke Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Bandung. "Kita baru lakukan ekspose kemarin dan hasilnya masih menunggu dari BPKP," jelas Febrie.

Kejaksaan Negeri Bandung telah menetapkan tiga tersangka dalam kasus dugaan korupsi dana beras miskin pada anggaran 2008-2010. Tiga tersangka tersebut adalah mantan Wakil Sub-Regional Bulog Jabar berinisial NS, pejabat Bendahara berinisial M dan mantan Kepala Sub Divre Bulog Jabar R.

Kasus tersebut diduga telah merugikan negara senilai Rp5 miliar. Dana tersebut bersumber dari APBD Kota Bandung. Hingga saat ini para tersangka masih belum dilakukan penahanan.[ang]

http://www.inilahjabar.com/read/detail/1908212/korupsi-bulog-kejari-tunggu-perhitungan-bpkp

Minggu, 23 September 2012

SUARA FRAKSI: Desak Bulog Tarik Raskin Jelek


KOMISI C DPRD Kota Probolinggo mendesak Bulog Sub Divre-8 menarik peredaran raskin kualitas jelek. Sebab, ini merugikan masyarakat miskin yang mengonsumsi beras tersebut. 
"Saya sarankan Bulog segera menarik beras yang kualitasnya rendah," kata Haris Nasution, Ketua Komisi C saat rapat dengar pendapat (RDP) dengan Bulog, BPDB, Kelurahan Jati dan Triwung Kidul, kemarin.

Saran anggota Fraksi PDI Perjuangan itu bermula dari banyaknya pengaduan terkait kualitas beras raskin saat reses seminggu lalu. Masyarakat melampiaskan rasa kesalnya ini pada kelurahan. Padahal kelurahan sendiri, menurut dia, tidak tahu menahu dengan kualitas beras.

"Yang pasti tahu, sejatinya ya dari Bulog sendiri. Keluhan masyarakat terkait beras yang berkutu ini lebih cocok menjadi makanan hewan," terangnya.

Pihaknya menduga, lamanya beras tersebut tersimpan di gudang Bulog menjadi pemicu buruknya kualitas beras. Maklum, dengan dalih beras bisa tahan 4,5 tahun, Bulog melakukan penyimpanan selama itu

"Kalau memang sudah waktunya disalurkan, ya cepat salurkan. Jangan menunggu tahun menyimpannya terlalu lama," ujar Yon, sapaan Haris Nasution.

Sebab, lanjut dia, beras tidak akan tahan lama disimpan selama lebih dari setahun. "Di rumah saya selalu saja kalau nyimpannya lebih dari tiga bulan sudah tidak enak," ungkapnya. (pri) 


http://m.pdiperjuangan-jatim.org/index.php?mod=berita&id=6068

Dugaan Korupsi Bulog

by @TrioMacan2000

Saya mau twit sekilas tentang dugaan korupsi di Bulog. Informasi yg masuk belum lengkap tapi bs kita jadikan petunjuk awal agar Bulog sadar
 

Bulog atau badan urusan logistik memang sdh dari dulu terkenal sebagai sarang korupsi. Kepala bulog (skrg dirut) hampir selalu masuk penjara. Beddu amang dan widjanarko puspoyo misalnya, masuk penjara krn kasus korupsi Bulog. Hny sedikit yg terbongkar. Lbh banyak yg disembunyikan
 


Pejabat2 Bulog terkenal kaya raya. Kalau didaerah2 lapangan golf adalah tempat olah raga pejabat2 bulog ini. Banyak permainan di Bulog. Permainan atau korupsi di Bulog yg paling sering mencuat ke publik adalah terkait dgn impor beras. Sdh jadi rahasia umum. Contoh nyata adalah impor beras besar2an tahun 2011 dimana beras yg diimpor Bulog beda kualitasnya dgn yg seharusnya. Beras yg diimpor Bulog dari Thailand itu kualitas jelek tapi dibeli dgn harga komersial. Ada fee US$ 20 / MT. Disamping ada fee US$ 20 /MT jg ada perbedaan spesifikasi kualitas beras yg diimpor. Harusnya broken 5 %, nyatanya 15. Beras2 impor itu kemudian dijual ke Pasar Induk dlm bentuk Operasi Pasar atau PSO beras miskin / Raskin utk menutupi korupsi Bulog 

Pengendali impor beras ini diduga adalah Agusdin Fariedh Direktur Pelayanan Publik Bulog yg jg mesin uang Dirut Bulog dan Cikeas, hitung saja berapa kerugian negara akibat permainan kotor Bulog dalam impor beras ini. Jika impor 1 juta ton maka fee = US$ 20 juta. Sesuai data resmi pemerintah, thn 2011 impor beras RI = 2.75 juta ton. Artinya ada sedikitnya US$ 55 juta fee yg dikorup Bulog
 

Apakah KPK RI KEJAGUNG RI dan polisi tahu korupsi di Bulog ini ? Jelas tahu. Knp tdk diusut? Krn publik tdk ramaikan, Kita sama2 tahu bhw KPK RI, KEJAGUNG RI dan Polri baru mau serius usut kasus korupsi jika publik sdh desak atau ramaikan di media2
 

Efektifitas pemberantasan korupsi di negeri kita ini sgt rendah. Sdh masuk koran, TV, diributkan di socmed atau didemo abis2an baru diusut. Apalagi kasus korupsi seperti di BULOG yg pasti sangat besar dan uang korupsinya mengalir kemana2. Para pejabatnya mandi uang setiap hari
 

BULOG kaya raya, pejabatnya bergelimang harta, tapi perhatikan nasib petani yg terus makin susah menderita krn dipermainkan harga beli Bulog
 

BULOG itu hanya menunggu kemarahan rakyat yg ramai2 bakar kantornya dan seret para pejabat korup nya ke jalanan atau gantung di Monas
 

Cukup dulu pemanasan ttg korupsi di Bulog. Nanti kita sambung lg korupsi dan pencucian uang2 korupsi pejabat bulog seperti di Bukopim dll
 

Lanjutan ......
Saya lanjutkan kembali soal korupsi Bulog ya...Terutama terkait dgn impor beras yg jutaan ton setiap tahunnya

Kalau korupsi digudang2 Bulog mah ga besar..hny Rp. 25-50 / kg nya. Dikalikan jutaan ton emang gede juga. Ka Gudang setor ke atas, Maksudnya kepala gudang setor ke Ka Subdivre Bulog ( kepala dolog di kabupaten2) dan Kasudivre setor ke Kadivre ( ka dolog di provinsi)

Jasa angkutan utk pengiriman / distribusi beras Bulog juga pake korupsi. Per kg bisa capai Rp. 100-200. Gede jg krn dikalikan jutaan ton. Fee Jasa Angkutan beras ini berlaku utk domestik, interinsuler dan impor. Untuk impor sj ada Rp. 100/ kg. Kalau 2.75 juta ton = 275 M. Pelaku utama atau otak pengumpulan fee2 jasa angkutan beras Bulog ini ya lagi2 direktur pelayanan publik Bulog : Agusdien Farid .... Kalau jasa angkutan utk beras2 bulog domestik/ interinsuler, fee Rp. 100-200 per kg itu jatah kadivre2 Bulog. Ya hitung saja sendiri hehe, Jadi, uang haram fee utk impor beras sekitar US$ 55 juta plus 275 M per tahun (2011). Sekitar 825 Milyar masuk kantong Agusdien Faried

Untuk beras Raskin adalagi modus korupsinya. Standar broken (beras patas) dimainkan. Harusnya 5% tp faktanya 15%. disini ada korupsi lagi. Setiap tahun Bulog menyalurkan beras Raskin dlm bentuk Publik Service Obligation (PSO) pemerintah sebanyak 1.5 - 2 juta ton. Karena beras Raskin ini dibagi2 gratis ke rakyat miskin, pengadaan berasnya pun dimainkan oleh Bulog. Broken 5% dimainkan jd 15%. Selisih karena prosentase patah/ broken itu sekitar Rp. 1000 sd 1.500 kg. Hitung saja berapa korupsi di Bulog akibat PSO Raskin ini, ekitar 3-5 triliun uang korupsi di Bulog akibat PSO Raskin ini setiap tahun. Uang korupsi ini menyebar kemana2. Hanya 1-2 sj yg jd TSK. Pejabat Bulog hny bisa jadi tersangka dan masuk penjara dlm kasus pembagian beras Raskin jika warga miskin penerima protes dan melapor

Untuk impor beras Bulog ada 2 mekanisme : Pemerintah to Pemrintah (G to G) dan bisnis to bisnis (B to B). utk beras raskin pake G to G. Untuk pengadaan beras miskin / Raskin, Bulog menggunakan mekanisme G to G. Tapi utk pengadaan stok beras komersial pake B to B. Namun sebagian beras raskin yg diimpor dgn pola G to G tadi, ada juga sebagian yg dijual secara komersil ke pasar2 induk

Utk jasa angkutan Bulog, pengadaannya dilakukan oleh Div USAJANG ( usaha jasa pengangkutan) Bulog. Tapi ada monopoli disini. Perusahaan2 jasa angkutan yg selalu dipakai Bulog atau diselalu ditunjuk Div Ujasang adalah perusahaan milik Cukong bernama JONG. Untuk mengelabui audit, JONG ini menyiapkan 7 - 10 perusahaan jasa penganguktan yg dipakai/ditunjuk Bulog secara bergiliran. Jong ini adalah pengusaha asal surabaya binaan Direktur OPP Bulog Agusdien Faridh sejak agusdien jadi kadivre Jawa Timur

Jong ini sangat terkenal di BULOG karena royal, loyal dan jago mengamankan pemberian uang suapnya ke pejabat2 BULOG. Ratusan M setiap tahun JONG memberikan uang suap kepada pejabat2 BULOG. Sebagian dia bantu pencucian uangnya melalui berbgai investasi

Dirut BULOG Soetarto Alimoeso jg kebagian paling besar. Pura2 ga tahu tapi terima suap. Mantan dirjen Tanaman Pangan ini teman SBY. Karena statusnya sbg teman sekolah SMA SBY dan donatur Cikeas, tdk ada yg berani usik Dirut Bulog Soetarto AM. Mentan Suswono dan Men BUMN. Dahlan iskan pun tidak berani usik2 korupsi Soetarto dan Bulog. Termasuk KPK RI dan KEJAGUNG RI. Amaaaan

Dpt kita simpulkan korupsi besar di Bulog itu : fee impor beras, selisih broken beras, fee jasa angkut, pengalihan raskin ke komersial. Permainan fee di gudang2 Dolog, pembelian beras ke petani dll. Kerugian negara setiap tahun diperkirakan sekitar 6 milyar. Maaf Typo,..maksudnya 6 Triliun. Uang haram 6 Triliun itu mengalir kemana2. Direksi, pejabat2 Bulog, Cikeas dll. Ada money laundry juga

sekian dulu korupsi di Bulog yg sdh jadi rahasia umum dan selalu terjadi sepanjang masa. Terima kasih. Semoga bermanfaat. MERDEKA !

http://groups.yahoo.com/group/KKN-Watch/message/5693

DAHLAN ISKAN: “Mensejahterakan Petani, Beli Beras dengan Harga Tinggi”


YOGJAKARTA–Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan mengatakan salah satu upaya meningkatkan kesejahteraan petani adalah membeli produk pertanian seperti padi dengan harga tinggi.
“Jadi, bukan dengan memberikan subsidi kepada mereka. Beli padi petani dengan harga tinggi, jangan hanya memberi subsidi,” katanya pada “Farmers Go to Campus” bertema “Menggagas Strategi Kebijakan Pangan Menuju Kesejahteraan Petani”, di Yogyakarta, Sabtu.
Menurut dia gagasan yang dilontarkannya itu belum sepenuhnya diterima banyak pihak. Saat ini masih ada pro dan kontra sehingga dirinya akan terus berusaha untuk meyakinkan pihak-pihak yang belum mau menerima gagasan tersebut.
“Jika gagasan itu diterima dan menjadi kebijakan pemerintah maka tidak akan ada demonstrasi menolaknya. Saya berharap gagasan itu didukung oleh petani, bukan elit-elit petani atau elit akademisi,” katanya.
Ia mengatakan Kementerian BUMN yang dipimpinnya akan bekerja sama dengan Kementerian Pertanian agar pertanian dan pangan di Indonesia menjadi lebih kuat.
“Salah satu contoh adalah produksi pupuk organik. Ke depan pabrik milik BUMN tidak perlu lagi memproduksi pupuk organik, karena akan diproduksi petani dan kelompoknya kemudian baru disalurkan melalui BUMN,” katanya.
Jadi, menurut dia, BUMN hanya pengepul dari petani tanpa mengambil keuntungan sebelum akhirnya pupuk disalurkan ke masyarakat. Dalam hal ini yang penting adalah standarisasi jenis pupuk maupun kualitasnya.
Kepala Bulog Divre DIY Darsono Imam Yuwono mengatakan siap bekerja sama dengan petani. Saat ini Bulog telah menggandeng berbagai mitra petani sehingga mereka tidak lagi kesulitan ketika ingin menyalurkan hasil pertanian khususnya beras ke gudang Bulog.
“Untuk itu ada satuan tugas (satgas) yang menangani sehingga siapapun bisa menyalurkannya ke gudang Bulog,” katanya. (ant/mnk)

Sabtu, 22 September 2012

Mentan Prihatin Indonesia Impor 1 Juta Ton Beras


KBRN, Jakarta : Menteri Pertanian Suswono seusai penandatangan pencanangan pembangunan zona integritas menuju wilayah bebas dari korupsi di jajarannya di Jakarta , Jumat (21/9) menegaskan, produksi beras petani Indonesia tahun ini mengalami surplus mencapai di atas 5 juta ton.
Terkait usulan Badan Urusan Logistik (Bulog) kepada Pemerintah melalui Menko Perekonomian untuk import beras guna menjaga ketersediaan di gudangnya harus minimal 2 juta ton, menurut Menteri Pertanian Suswono, sebenarnya karena ketidak mampuan Bulog membeli beras petani yang harganya tinggi di atas harga pembelian Pemerintah.
“Itu yang pada akhirnya dalam rapat Menko diputuskan seperti itu. Jadi bukan kaitan dengan produks , produksi ini surplus Cuma siapa yang menguasai. Kalau dikuasai oleh pedagang, kenapa bulog tidak melakukan fungsi komersil seperti swasta Padahal Bulog ditugaskan tidak hanya besok tetapi juga ada swasta dan komersil. Mestinya Bulog juga mengoptimalkan beras secara komersil. Jadi sekali lagi, ini perkiraan Bulog di akhir tahun hanya tinggal satu juta, sehingga membutuhkan tambahan satu juta. Kelihatannya dia tidak mampu mengambil dari dalam negeri karena harga pasar di atas  HPP. Itulah yang dikemukakan Bulog. Sehingga pada rapat perekonomian, memutuskan untuk memberikan ijin impor sampai satu juta ton”, terangnya.
Menteri Pertanian Suswono menyarankan Bulog harus komersil dalam memenuhi ketersediaan beras nasional agar mampu membeli beras pecahan Indonesia bukan sebaliknya impor yang justru merugikan petani di saat mereka mampu menikmati harga tinggi, namun dipaksakan impor yang justru dipertanyakan masyarakat adalah motif di balik itu. (Nata/Emro/WDA)

Jumat, 21 September 2012

Warga Rjb kembalikan raskin


RANGKAPANJAYA, MONDE: Dicurigai berkualitas buruk, warga RW 03 Kampung Parungbingung, Kelurahan Rangkapanjaya Baru (Rjb), Kecamatan Pancoran Mas, mengembalikan belasan karung beras miskin (raskin) ke kantor kelurahan.
Ketua RW 03 Kp Parungbingung Saiful Juhri membenarkan, sejumlah warga di lingkungan RT 03 dan RW 04 mengembalikan sebanyak 14 karung raskin ke kantor kelurahan karena dicurigai beras yang diterima berkualitas jelek, sehingga dikhawatirkan tidak enak dan tidak layak untuk dimakan.
“Saya juga baru tahu kalau ada pengembalian sebanyak 14 karung raskin ke kantor kelurahan. Ya kabarnya warga mungkin merasa berasnya kurang berkualitas, tidak seperti yang biasanya mereka terima,” kata Saiful Juhri, kemarin.
 Meski adanya pengembalian raskin sebanyak 14 karung ke kantor kelurahan, menurut dia, hal itu tidak untuk seluruh raskin yang diterima warganya, karena masih banyak warga di lingkungan RW 03 hingga kini masih tetap menerima.
“Jadi tergantung warganya, sebab sampai hari ini saja banyak warga yang tidak mengembalikan raskin yang telah diterima,” ujarnya.
Dikonfirmasi secara terpisah, Sekretaris Kelurahan (Sekkel) Rangkapanjaya Baru, Herman Kupu didampingi pengelola raskin setempat Sri, mengatakan, pengembalian belasan karung raskin ke kantor kelurahan oleh sejumlah warga  RW03 bukan karena kualitas berasnya jelek.
Warga yang mengembalikan raskin tersebut, menurut dia, kemungkinan saja warga bersangkutan masih memiliki persediaan beras zakat fitrah yang diterima menjelang Idul Fitri beberapa waktu lalu.
“Kalo berasnya berkualitas jelek, saya kira kemungkinan saja semua warga akan mengembalikannya, ternyata hanya beberapa karung saja, itu berarti tidak seluruhnya raskin dikembalikan warga, jadi mungkin saja warganya masih mempunyai stock beras zakat fitrah,” paparnya.
Mengenai belasan raskin yang dikembalikan warga, dia mengatakan, kelurahan akan mengonsultasikan dengan pengelola raskin di Kecamatan Pancoran Mas.”Ya, kami harus berkonsultasi dengan kantor kecamatan,” ujarnya.(mj)


http://www.monitordepok.co.id/news/read/2012/09/20/7/10989848/warga-rjb-kembalikan-raskin#.UFxu4I1lS2A

Mentan Yakin Bulog tidak Akan Impor Beras

BOGOR--MICOM: Menteri Pertanian Suswono meyakini Perum Bulog tidak akan melakukan impor beras apabila mengoptimalkan penyerapan beras petani di sisa tahun 2012. 

"Harusnya Bulog mengoptimalkan penyerapan beras petani. Kalau Bulog optimal menyerap beras petani, stok akhir 2 juta ton di akhir tahun terpenuhi dan tidak akan ada impor," tutur Suswono di Bogor, Jawa Barat, Kamis (20/9). 

Suswono menuturkan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta Bulog untuk menyiapkan stok akhir minimal 1 juta ton beras. Amannya, lanjut Suswono, adalah 1,5 juta ton beras. Namun, Menteri Perekonomian Hatta Rajasa telah meminta Bulog untuk menyiapkan stok akhir 2 juta ton. 

"Kalau Bulog tidak dapat menyerap beras petani ya akhirnya impor. Tapi, Bulog kan bisa serap beras petani," kata Suswono. 

Suswono mengungkapkan, seharusnya Bulog bisa lebih kreatif. Artinya, Bulog dapat melakukan terobosan dengan fungsi komersialnya, yakni membeli beras tanpa dibatasi oleh harga. 

"Beli jual saja, untuk stok seperti pedagang umum. Itu harus dimainkan lebih optimal. Faktanya kurang dari 20 % untuk komersialnya. Dominan untuk PSO (Public Service Obligation) ketika beli dibatasi oleh HPP. Itu saya sayangkan. Padahal jika bisa main di komersil, dengan kapasitas gudang yang besar, dia bisa kendalikan swasta. Kalau sekarang, fungsi komersil kecil, swasta yang mainkan harga," terangnya. (Bug/OL-9) 

http://www.mediaindonesia.com/read/2012/09/09/349878/4/2/Mentan-Yakin-Bulog-tidak-Akan-Impor-Beras

Kamis, 20 September 2012

Kualitas Raskin Buruk, Warga Ngentakrejo Kulonprogo Kecewa


KULONPROGO—Sebagian besar jatah beras miskin (raskin) bagi warga Ngentakrejo, Kulonprogo, DIY dinilai tidak layak konsumsi.
Dari pantauan Harian Jogja saat pembagian beras raskin di Balaidesa Ngentakrejo, Rabu (19/9) siang,
sebagian besar beras murah tersebut terlihat berwarna kuning, banyak kutu dan berbau tidak sedap.
“Ini lihat saja berasnya jelek-jelek,” ujar Partini,37, warga Dusun Bendo penerima raskin.
Ia mengaku kecewa dengan kualitas beras tersebut. “ Kalau ditanya kecewa ya saya tentu saja kecewa. Tapi mau
bagaimana lagi,” ujar wanita yang menjadi perwakilan 56 kepala keluarga (KK) di Bendo tersebut.
Agar tetap dapat dikonsumsi, ia berencana mencampur beras tersebut dengan beras yang berkualitas baik. “Kalau tidak dicampur pasti rasanya kurang enak,” tambah dia lagi.
Kekecewaan juga diungkapkan Joko, 41, warga Ngentakrejo lainnya. Menurt dia, pada pembagian raskin sebelumnya, kualitas beras terbilang bagus.
Terpisah, Kepala Bagian (Kabag) Kesejahteraan Desa Ngentakrejo, Miskijan mengungkapkan, kualitas beras raskin yang kurang bagus berada di luar wewenang pemerintah desa. Dia mengaku siap membawa aspirasi warga yang kecewa dengan kaulitas beras tersebut.
Di Ngentakrejo, ada 991 KK yang berhak mendapatkan beras raskin tersebut. Tiap KK maksimal membeli beras
sebanyak 15 kilogram, dengan haga Rp1.600 per kg.(ali)

Senin, 17 September 2012

Ratusan Kilo Raskin Berkutu Dikembalikan ke Bulog, Lurah Suralaya Minta Raskin Diganti


MERAK, BCO – Kelurahan Suralaya, Kecamatan Pulomerak, Kota Cilegon, Provinsi Banten, mengembalikan ratusan kilogram beras miskin (raskin) ke Bulog Sub Divre Serang. Ini dilakukan lantaran beras program bantuan pemerintah untuk warga miskin tersebut tidak layak konsumsi. Di dalam beras itu banyak terdapat kutu beras atau nama lainnya tenebrio molitor.
“Kami langsung kembalikan beberapa karung raskin ke Bulog karena beras tersebut mengandung kutu beras. Walaupun beras itu bagi warga miskin, menurut kami itu tidak layak konsumsi dan harus diganti,” kata Lurah Suralaya, Eman Sulaiman saat ditemui di Kecamatan Pulomerak, Jumat (14/09/2012).

Menurut Eman, selama ini beras raskin yang didistribusikan bagi warganya terbilang bagus. Namun pada saat raskin yang didistribusikan beberapa waktu lalu, beras tersebut terlihat kurang baik. Selain kutuan, beras itu juga terlihat menguning dan menggumpal. “Kami tidak ingin warga kami sakit karena kualitas beras kurang baik walaupun beras itu harganya murah dan diperuntukan bagi warga miskin,” katanya.

Dia mengimbau kepada pihak terkait agar memperhatikan kualitas raskin sebelum didistribusikan kepada warga melalui kelurahan. Hal itu dilakukan agar warga juga nyaman mengonsumsi beras yang dibandrol dengan Rp1.600 per kilogram tersebut. “Warga jangan segan laporkan kepada kami kalau melihat kondisi beras semacam itu,” ujar Eman.

Sementara itu ketika dikonfirmasi, Koordinator Wilayah Tim Raskin Kota Cilegon dari Bulog Sub Divre Serang M Rizal Musim, membenarkan informasi tersebut dan hal itu sudah menjadi prosedur. “Itu memang prosedurnya. Kalau raskin yang dikirim ke kelurahan, kemudian diketahui kualitasnya kurang baik, ya bisa dikembalikan kepada kami dan kami juga segera menggantinya dengan beras yang kualitasnya lebih bagus,” ujar Rizal.

Terkait kondisi beras yang di wilayah Pulumerak, Rizal juga membenarkannya. Menurut Rizal, kondisi yang terjadi di wilayah tersebut pada bulan Agustus dan sudah diganti. “Untuk di Pulomerak memang beberapa kelurahan mengalami hal sama, kualitas raskin kurang baik. Itu terjadi bulan Agustus dan setelah dikembalikan langsung kita ganti lagi dengan yang baru. Jadi untuk pengiriman yang baru ini semua kualitasnya baik,” Rizal menuturkan. (*)

http://www.beritacilegon.com/index.php/lingkungan-kita/1197-ratusan-kilo-raskin-berkutu-dikembalikan-ke-bulog,-lurah-suralaya-minta-raskin-diganti

Beras Berkutu dan Bau, Penyaluran Tersendat

TANGERANG, KOMPAS.com - Selama dua bulan terakhir penyaluran beras untuk rakyat miskin yang ditujukan kepada 53.046 keluarga di 9 dari 13 kecamatan se-Kota Tangerang tersendat.

Selain itu, Kabupaten Tangerang dan Tangerang Selatan juga terkendala dalam penyaluran beras murah subsidi pemerintah tersebut.

Suplai beras untuk rakyat miskin (raskin) yang diterima warga setiap bulan sebanyak 15 kilogram itu terhenti karena pasokan raskin kosong di Gudang Bulog Divisi Regional Tangerang. Sementara itu, stok beras yang ada masih dalam proses fumigasi atau divakum.

”Penyaluran raskin sedang dihentikan sementara waktu karena stok beras di gudang Tangerang berkutu dan bau. Makanya, kami belum menyalurkan beras itu kepada warga,” ujar Kepala Seksi Pelayanan Publik Bulog Divre Tangerang Edi Jubaedi di Kota Tangerang, Selasa (11/9/2012).

Proses fumigasi itu, menurut Edi, dilakukan untuk membuang kutu dan bau pada beras.

”Diharapkan, proses ini akan selesai akhir pekan ini sehingga Senin pekan depan, suplai raskin sudah disalurkan kepada masyarakat penerima,” ujar Edi lebih lanjut.

Selain Kota Tangerang, lanjut Edi, warga di Kabupaten Tangerang dan Tangerang Selatan juga belum menerima raskin. Suplai raskin untuk wilayah Kabupaten Tangerang sebanyak 24.000 ton dan Tangerang Selatan sebanyak 28.000 ton.

Kepala Dinas Sosial Kota Tangerang Erlan Sunarlan menjelaskan, suplai raskin untuk warga Kota Tangerang sebanyak 795.690 kilogram (kg) per bulan. Setiap keluarga mendapat 15 kg per bulan.

Pengadaan raskin ini disubsidi pemerintah dengan tujuan keluarga miskin bisa memperoleh beras bantuan itu seharga Rp 1.600 per kg dari harga normal Rp 6.000 per kg.

Meningkat

Erlan menegaskan bahwa pihaknya sudah mendesak Bulog agar segera menyalurkan raskin yang belum diterima warga.

”Terakhir raskin diterima oleh tiga kecamatan meliputi Cipondoh, Karang Tengah, dan Pinang pada akhir Agustus lalu. Sementara keluarga miskin di 9 kecamatan yang lain belum menerima raskin pada periode Agustus. Secara keseluruhan, warga belum menerima haknya tersebut untuk September,” kata Erlan.

Menurut Erlan, raskin sangat dibutuhkan keluarga miskin. Selama ini, mereka sangat bergantung pada beras murah tersebut.

Di Kota Tangerang, lanjut Erlan, jumlah penerima raskin pada tahun ini cukup tinggi dan mengalami kenaikan hingga 100 persen dari tahun lalu. yang jumlahnya mencapai 28.546 kepala keluarga. Data itu berdasarkan hasil survei Badan Pusat Statistik Kota Tangerang. (PIN)

http://megapolitan.kompas.com/read/2012/09/12/07140871/Beras.Berkutu.dan.Bau.Penyaluran.Tersendat

Kamis, 13 September 2012

Bulog Jember Kirim 5.000 Ton Beras Bermasalah ke Medan?


12 September 2012
Jatim_BARAK - Setelah sebelumnya sempat muncul masalah tentang ditemukannya beras Raskin berkualitas buruk yang diterima warga penerima manfaat dari Perum Bulog Sub Divisi Regional (Subdivre) XI Kabupaten Jember, Jawa Timur, kini Subdiver tersebut juga mengirim beras sebanyak 5.000 ton ke Medan, Sumatera Utara. Pengiriman beras itu pun menjadi pertanyaan bagi sejumlah kalangan, lantaran khawatir beras yang dikirim adalah beras yang diduga berkualitas buruk seperti yang ditemukan beberapa waktu lalu.
Kepala Bulog Subdivre Jember, Alwi Umri mengatakan, tahun ini Bulog Jember mengalami surplus beras yang cukup besar, sehingga dimungkinkan untuk mendistribusikan beras ke daerah yang stok berasnya menipis. Kata Alwi, stok beras yang ada di gudang Bulog mencapai 36 ribu ton lebih, dan persediaan itu cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Jember hingga Juli 2013. "Rata- rata kebutuhan beras untuk masyarakat miskin di Jember sekitar 3 ribu ton per bulan, sehingga stok itu cukup untuk memenuhi kebutuhan raskin selama beberapa bulan hingga tahun depan," ujar Alwi layaknya dilansir antaranews.com, (8/9) kemarin.
Beras yang akan dikirim ke Medan tersebut, lanjut dia, diambil dari stok gudang yang tersebar di beberapa desa di Jember, seperti gudang beras di Desa Yosorati, Jambearum, Pecoro, dan Kertosari. "Beras yang akan dikirim ke Medan sudah siap. Tinggal kelengkapan administrasi pengirimannya saja, dan segera didistribusikan ke warga Medan," katanya.
Menurutnya, setiap tahun stok beras di Jember mengalami surplus, sehingga pihaknya mengirimkan sisa beras ke sejumlah daerah yang kekurangan beras, khususnya ke luar Pulau Jawa, dan salah satunya adalah akan adanya pengiriman beras ke Medan sebanyak 5.000 ton. Ia juga menuturkan, pendistribusian beras ke Medan sekaligus untuk mempromosikan beras Jember. "Karena beras Jember itu bagus, dan respon warga Medan bagus," kata Alwi.
Alwi juga menjelaskan, kualitas beras produksi petani Jember adalah kwalitas medium, sehingga berbeda dengan kualitas beras Premium yang warnanya lebih putih. Meski demikian, Alwi mengaku beras kualitas medium ini layak dikonsumsi dan rasanya enak. ‘’Kalau tak percaya kapan kita masak dan makan bersama dengan beras kualitas medium. Artinya beras medium ini layak dikonsumsi masyarakat Jember, buktinya Medan mintanya beras dari Jember,’’ ungkapnya.
Namun Alwi mengakui, jika beras medium dalam kurun waktu tersimpan, warnanya akan berubah, tapi masih layak dikonsumsi. Namun Alwi juga mengaku jika beras kalau tersimpan cukup lama akan mengalami kerusakan. ‘’Lembaga kami ini hanya menyerap hasil petani dan menyalurkan kepada masyarakat. Jika kedapatan ada yang rusak, langsung dikirim ke Dolog. Dan Dolog langsung menggantinya. Petugas kami siap 24 jam untuk melayani masyarakat,’’ ujarnya.
Dipihak lain, Koordinator Divisi Investigasi Barisan Rakyat Anti Korupsi (Barak), Deding, mempertanyakan kualitas beras yang akan dikirim Bulog Subdivre Jember ke Medan melalui Movnas tersebut. “Bagaimana dengan kualitasnya? Kami berharap agar kualitasnya tidak seperti Raskin yang dikeluhkan warga penerima manfaat di Desa Kosambi, Kec.Sukorambi, Kab.Jember, beberapa waktu lalu,” tegasnya meminta Bulog Medan benar- benar seleksi dalam menerima beras Movnas, agar tidak merugikan Keluarga Miskin (Gakin) penerima manfaat.
Beras Pakan Ternak?
Sebelumnya, seperti dilansir seputarindonesia.com, beras bersubsidi untuk warga miskin (Raskin) yang dibagikan di Desa Sukorambi, Kecamatan Sukorambi, Kabupaten Jember, tidak layak konsumsi. Warga bahkan menyebutkan Raskin yang mereka terima lebih layak dipakai untuk pakan ternak. Warga pun terpaksa mencuci beras tersebut menggunakan sabun colek sebelum mengonsumsinya. Mereka kemudian beramai- ramai mengembalikan Raskin tersebut kepada perangkat desa setempat.
Menurut penuturan salah seorang warga, Faryatin, beras bersubsidi dari pemerintah yang baru diterimanya tersebut tampak berwarna kusam hampir kecoklatan dan berkualitas buruk. ”Warnanya tidak putih, tapi coklat kehitaman dan hancur serta baunya apek, terkadang ada kutunya,” kata Faryatin.
Hal senada juga diungkapkan warga lainnya, Nafisah. ”Kami terpaksa mencuci beras itu dengan menggunakan sabun colek setiap kali akan memasaknya, agar kelihatan putih dan harum ketika dimasak,” kata Nafisah.
Nafisah dan Faryatin hidup di kampung tersebut bersama sekitar 50 Kepala Keluarga (KK) yang mendapat jatah Raskin. Mereka mendapatkannya tidak gratis, namun harus membayar sebesar Rp.2.000/Kg. Dan setiap KK hanya mendapatkan jatah 3,5 kg.
Ketua RT setempat, Syaiful mengatakan, pihaknya tidak mampu berbuat banyak dengan kualitas beras Raskin tersebut. Sebab pihaknya hanya bertugas menyalurkan Raskin kepada warga. Atas kejadian itu, Kepala Bulog Sub Divre IX Jember, Alwi Amri mengatakan, sebenarnya pihak Bulog sudah memeriksa sebagian beras Raskin yang akan disalurkan kepada masyarakat. ”Mungkin ada sebagian yang tidak kena sortir. Kalau memang ada warga yang menemukan beras kami jelek, silahkan kami siap menggantinya, 1 x 24 jam kita layani,” kata Alwi. (Nil)*

Senin, 10 September 2012

Petani Tebu Ogah Gula Dipegang Bulog

9 September 2012 

INILAH.COM, Bandung - Petani tebu di Jawa Barat tidak setuju Perum Bulog kembali mengatur tata niaga gula seperti era sebelum reformasi. Pasalnya, pengaturan tersebut dinilai akan merugikan petani.

"Bulog yang kembali mengatur gula akan merugikan petani karena harga pembelian dari petani rendah sedangkan harga jualnya sangat tinggi," ujar Sekretaris DPD APTRI (Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia) Jawa Barat, Haris Dodi Maulana saat dikonfirmasi wartawan, Minggu (9/9/2012).

Dia menjelaskan pada saat dipegang pemerintah, petani tidak bisa menentukan harga dasar gula. Petani pun kerap merugi karena harga selalu ditekan rendah.

Kondisi tersebut, berbeda setelah reformasi karena penentuan harga dasar mengikuti mekanisme pasar. Selain itu, harga juga menyesuaikan dengan pergerakan inflasi.

Saat ini, katanya, lelang menjadi mekanisme utama menentukan harga dasar gula. Penentuan harga ditentukan petani, pedagang, dan stake holder lainnya.

Menurutnya, pengaktifan kembali Perum Bulog bisa menjadi positif asalkan tujuannya untuk menstabilkan harga kebutuhan pokok. Namun para petani khawatir wewenang itu malah membuat Bulog bermain dengan pedagang untuk menekan harga beli dari petani.

"Kami belum mengetahui pasti apakah mekanisme lelang akan tetap berfungsi atau tidak. Tapi kami berharap, Bulog menjalankan tugasnya dengan penuh rasa tanggung jawab," ucapnya.

Untuk diketahui, pemerintah telah menetapkan kembali Perum Bulog sebagai lembaga yang mengatur stabilisasi harga. Komoditi tersebut antara lain beras, gula dan kedelai.[ang]

http://www.inilahjabar.com/read/detail/1902936/petani-tebu-ogah-gula-dipegang-bulog

Warga Keluhkan Raskin Berkualitas Buruk

7 Sepember 2012 

Citizen6, Kalianda: Warga penerima bantuan beras bagi masyarakat miskin (raskin) di sejumlah wilayah Kecamatan Kabupaten Lampung Selatan (Lamsel) mengeluhkan bantuan yang mereka terima karena kualitasnya jelek dan tidak layak konsumsi.

Hawa, salah seorang penerima bantuan raskin di Desa Palembapang, Kecamatan Kalianda, kemarin menyatakan bahwa, beras yang ia terima kali ini banyak yang hancur dan berbau apek, bahkan ada yang berkutu. "Pokoknya bantuan yang sekarang ini jelek sekali. Apalagi dalam dua bulan terakhir ini, saya hannya menerima dua kilo setengah per bulan dan itupun saya dapat dua bulan sekali," katanya. Hawa adalah satu dari ratusan warga penerima raskin di wilayah itu yang mengeluhkan bantuan yang ia terima sangat jelek dan tidak layak komsumsi. 

Warga lain yang mengeluhkan jeleknya kualitas raskin pada pendistribusian menjelang Lebaran ini ialah Ida, warga Desa Gedung Harta, Kecamatan Penengahan, Lamsel. Sebagi ibu rumah tangga, Ida mengaku, meski raskin yang ia terima sangat jelek, akan tetapi tetap digunakannya untuk memasak, karena harga jual dipasaran saat ini cukup tinggi. "Kalau punya saya tetap dimasak. Mau beli harganya mahal,” katanya menuturkan.  

M.Munsyahril, Kepala Desa Palembapang, Kalianda juga membenarkan kondisi beras tersebut. Selama dua bulan terakhir, kondisi beras tersebut tampak apek. “Memang sudah dua bulan terakhir ini, beras tidak bagus. Bahkan bau apek. Penyebabnya saya kurang paham, kenapa berasnya seperti itu,” ungkap Syahril.

Namun, adanya keluhan tersebut saat dikonfirmasi kepada pihak Bulog, mereka belum dapat memberikan keterangan, sebab pihak terkait belum bisa ditemui. (Agus Setiawan).

http://citizen6.liputan6.com/read/435741/warga-keluhkan-raskin-berkualitas-buruk

Kualitas Raskin Lampung Selatan Sangat Jelek


09 September 2012
Lampung_BARAK - Jeleknya kualitas beras Raskin, kembali ditemukan di wilayah Kabupaten Lampung Selatan (Lamsel). Warga penerima Raskin didaerah tersebut mengeluhkan kualitas Raskin yang mereka terima lantaran berkualitas jelek dan tidak layak konsumsi.
Salah seorang penerima Raskin di Desa Palembapang, Kecamatan Kalianda, kemarin mengungkapkan, beras yang ia terima kali ini banyak yang hancur dan berbau apek, bahkan ada yang berkutu. "Pokoknya bantuan yang sekarang ini jelek sekali. Apalagi dalam dua bulan terakhir ini, saya hanya menerima dua kilo setengah per bulan, itupun dua bulan sekali," ujar Hawa. Seperti dilansir m.liputan6.com kemarin, Hawa adalah satu dari ratusan warga penerima Raskin di wilayah tersebut yang mengeluhkan beras bantuan yang mereka terima sangat jelek dan tidak layak komsumsi.
Warga lainnya yang juga mengeluhkan jeleknya kualitas Raskin pada pendistribusian menjelang Lebaran adalah Ida, warga Desa Gedung Harta, Kecamatan Penengahan, Lamsel. Sebagi ibu rumah tangga, Ida mengaku, meski Raskin yang ia terima sangat jelek, namun tetap digunakannya untuk memasak, karena harga jual dipasaran saat yang cukup tinggi. "Kalau punya, saya tetap dimasak. Mau beli harganya mahal,” katanya.
Kepala Desa Palembapang, M.Munsyahril, membenarkan kondisi beras tersebut. Selama dua bulan terakhir, kondisi beras tersebut tampak apek. “Memang sudah dua bulan terakhir ini, beras tidak bagus. Bahkan bau apek. Penyebabnya saya kurang paham,” ungkap Syahril.
Sebelumnya, keluhan akan kualitas beras Raskin yang buruk juga disampaikan warga Pekon Umbul Buah, Kecamatan Kotaagung Timur. Mereka mengeluhkan Raskin yang berkualitas buruk, karena terdapat kutunya.
Salah satu warga Dusun Induk, Tohmidi, mengaku kaget karena menerima beras berkutu. Ia juga menyesalkan sikap Bulog yang tidak memperhatikan kualitas beras. "Beras yang kami terima banyak kutunya. Jangan mentang- mentang kami ini rakyat kecil, sehingga seenaknya memberi beras yang berkutu. Pokoknya jangan sampai kejadian ini terulang kembali," kata Tohmidi, layaknya dilansir rakyatlampung.co.id, Kamis (30/8) lalu.
Sebelumnya juga, Kepala Pekon Umbul Buah, Zudarwansyah mengatakan, Raskin yang berkutu memang kerap terjadi, hanya saja untuk jatah Raskin bulan Mei yang baru ditebus Agustus lalu saja yang kutunya lebih banyak, sehingga dilaporkan. "Sebelumnya kasus serupa sudah pernah terjadi. Tapi karena kali ini kutunya banyak, makanya banyak warga yang protes. Cuma mau gimana lagi, warga terpaksa mengkonsumsi beras yang banyak kutu tersebut, dari pada tidak makan," ujarnya.
Karenanya, ia berharap agar kejadian serupa tidak terulang kembali. "Bulog harusnya kontrol, sehingga mutu beras yang didistribusikan bagus. Kami harap kejadian seperti ini tidak terulang lagi," kata Zudarwansyah.
Pada bagian lain, Kepala bagian Ekonomi Pembangunan (Ekobang) Sekretariat Pemkab Tanggamus, Sukisno, membenarkan jika beras yang diterima Pekon Umbul Buah banyak kutunya, dan pihaknya langsung melaporkan masalah itu ke Bulog. "Ya, memang benar Raskin di Pekon Umbul Buah banyak kutunya. Begitu ada laporan kita langsung mengecek dan ternyata benar, dan saya langsung lapor ke Bulog, dan pihak Bulog bersedia untuk mengganti Raskin tersebut," kata Sukisno.
Terpisah, anggota Komisi B DPRD Tanggamus, Akhmadi Sumaryanto, menyesalkan adanya Raskin yang berkutu masuk ke Kabupaten Tanggamus. Dirinya mengatakan, kejadian itu bukti lemahnya pengawasan yang dilakukan oleh Bulog. "Sangat disesalkan adanya Raskin yang mengandung kutu. Artinya beras tersebut kualitasnya buruk. Harusnya Bulog kontrol dulu sebelum didistribusikan. Kan kasihan rakyat Tanggamus. Saya harap Bulog dapat berbenah," ibuhnya. (Re/job)*
http://barakindonesia.com/berita-1216-kualitas-raskin-lampung-selatan-sangat-jelek.html

Sabtu, 08 September 2012

Walah, Korlap Raskin Gelapkan Beras 50 Ton

08 September 2012

Pamekasan (beritajatim.com) - Kasus penggelapan beras untuk masyarakat miskin (raskin) di Desa Pademawu Barat, Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan, menemui titik terang. Itu setelah, Polres Pamekasan, menahan Koordinator Lapagan (Korlap), MT (inisial).

MT ditahan karena telah menggelapkan raskin pada 2011 lalu yang mencapai lebih dari 50 ton beras raskin. "Kami langsung tahan setelah pemeriksaan," kata Kasubag Humas Polres Pamekasan, AKP Suyono, Sabtu (8/9/2012).

Dijelaskan, penahanan usai pemeriksaan bagi MT karena yang bersangkutan ada tanda-tanda tidak kooperatif terhadap polisi. Lebih lanjut Yono menerangkan, kasus ini berawal saat Badan Perwakilan Desa (BPD) Pademawu Barat, melaporkan penggelapan raskin kepada polisi.

"Selama enam bulan raskin di Desa tersebut tidak turun. Ada sekitar 50,85 ton yang digelapkan," tandasnya.

Saat itu, polisi langsung mengusut kasus ini. Sejak Januari lalu, polisi telah menghadirkan 38 saksi termasuk Kades Pademawu Barat, Ardi Wisnu. Untuk Ardi Wisnu sendiri, sambung Yono, tidak terlibat sama sekali. Nah, polisi terus memelajari kasus ini hingga berhasil menahan korlapnya.

Atas perbuatannya, MT akan dijerat pasal 2,3 dan 9 UU. RI No. 31/1999 jo. UU.RI No. 20/2001 tentang pemberantasan tidak pidana korupsi dengan ancaman maksimal 20 tahun penjara.

http://www.beritajatim.com/detailnews.php/6/Politik_&_Pemerintahan/2012-09-08/145844/Walah,_Korlap_Raskin_Gelapkan_Beras_50_Ton

Warga Keluhkan Raskin Berkualitas Buruk

7 Sepember 2012

Citizen6, Kalianda: Warga penerima bantuan beras bagi masyarakat miskin (raskin) di sejumlah wilayah Kecamatan Kabupaten Lampung Selatan (Lamsel) mengeluhkan bantuan yang mereka terima karena kualitasnya jelek dan tidak layak konsumsi.

Hawa, salah seorang penerima bantuan raskin di Desa Palembapang, Kecamatan Kalianda, kemarin menyatakan bahwa, beras yang ia terima kali ini banyak yang hancur dan berbau apek, bahkan ada yang berkutu. "Pokoknya bantuan yang sekarang ini jelek sekali. Apalagi dalam dua bulan terakhir ini, saya hannya menerima dua kilo setengah per bulan dan itupun saya dapat dua bulan sekali," katanya. Hawa adalah satu dari ratusan warga penerima raskin di wilayah itu yang mengeluhkan bantuan yang ia terima sangat jelek dan tidak layak komsumsi. 

Warga lain yang mengeluhkan jeleknya kualitas raskin pada pendistribusian menjelang Lebaran ini ialah Ida, warga Desa Gedung Harta, Kecamatan Penengahan, Lamsel. Sebagi ibu rumah tangga, Ida mengaku, meski raskin yang ia terima sangat jelek, akan tetapi tetap digunakannya untuk memasak, karena harga jual dipasaran saat ini cukup tinggi. "Kalau punya saya tetap dimasak. Mau beli harganya mahal,” katanya menuturkan.  

M.Munsyahril, Kepala Desa Palembapang, Kalianda juga membenarkan kondisi beras tersebut. Selama dua bulan terakhir, kondisi beras tersebut tampak apek. “Memang sudah dua bulan terakhir ini, beras tidak bagus. Bahkan bau apek. Penyebabnya saya kurang paham, kenapa berasnya seperti itu,” ungkap Syahril.

Namun, adanya keluhan tersebut saat dikonfirmasi kepada pihak Bulog, mereka belum dapat memberikan keterangan, sebab pihak terkait belum bisa ditemui. (Agus Setiawan).

http://citizen6.liputan6.com/read/435741/warga-keluhkan-raskin-berkualitas-buruk

Bulog Gandeng Koperasi Salurkan Komoditas Pertanian


JAKARTA–Pemerintah segera optimalkan peranan gerakan koperasi Indonesia sebagai mitra kerja Perum Bulog untuk menyalurkan berbagai komoditas yang dihasikan dari sektor pertanian kepada masyarakat konsumen.
Braman Setyo, Deputi Bidang Produksi Kementerian Koperasi dan UKM, menjelaskan draft kerja sama atas keterlibatan gerakan koperasi menjadi mitra Bulog sudah disepakati, sedangkan realisasinya menunggu semacam Instruksi Presiden.
”Dari tiga komoditas yang telah disepakati dalam kerja sama pendisitribusian komoditas pangan tersebut, gerakan koperasi siap melaksanakan tugasnya untuk komoditas kedelai dan beras,” ujarnya kepada Bisnis, Jumat (7/9/2012).
Satu komoditas lainnya, yakni gula, gerakan koperasi menyerahkan kebijakan penuh kepada Bulog diserahkan kepada institusi lain, karena jenis kebutuhan itu lebih memang baik dikuasakan kepada pelaku pasar, bukan gerakan koperasi murni.
Sebab Bulog sebagai institusi yang ditunjuk pemerintah pusat sebagai stabilisator harga kebutuhan pangan seperti beras, kedelai, dan pangan menilai distribusi gula lebih tepat diberikan kepada pelaku usaha non koperasi.
Saat ini terdapat 17 lokasi yang masuk dalam kategori daerah pangan Indonesia untuk komoditas beras, gula, dan kedelai. Pada ke-17 wilayah itu pula gerakan koperasi bisa melayani kebutuhan konsumennya.
“Tugas mereka juga untuk mendsitribusikan kedelai impor dalam program ketahanan pangan ini. Koperasi yang dipercayakan menjadi pelaksana adalah Koperasi Unit Desa (KUD) dan distribusi ditangani Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Kopti),” kata Braman Setyo.
Ke-17 lokasi yang menjadi daerah pangan nasional adalah, Banten, Jawa Barat, Sumatera Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sulawesi Selatan, Lampung, Sumatra Selatan, Sumatra Utara, Nanggroe Aceh Darussalan, Nusa Tenggara Barat, Kaliman Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, dan Bali.
Menurut Braman Setyo, sebenarnya tugas pendistribusani tidak hanya dipercayakan kepada KUD maupun Kopti. Jika masih ada lembaga lain yang berminat menjadi mitra Bulog, pelaku usaha lain masih diberi kesempatan.
“Koperasi Unit Desa maupun Kopti yang mendapat kepercayaan, harus siap menjalankan tugas dan fungsinya. Pemerintah pusat saat ini berkeiginan meningkatkan peranan pelaku koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah (KUMKM),” papar Braman Setyo.

Jumat, 07 September 2012

Buruknya Kualitas Raskin Dibeberapa Subdivre


07 September 2012
Jakarta_BARAK - Potret buruk pengelolaan Beras Miskin (Raskin) dibeberapa daerah belakangan ini, semakin dikeluhkan oleh warga penerima manfaat Raskin. Dalam beberapa waktu terakhir, penyaluran Raskin yang diduga Tidak Memenuhi Syarat (TMS) atau berkualitas buruk, setidaknya terdapat dibeberapa daerah seperti di Kabupaten Jember, Tangerang, Buleleng, Majene, Garut, dan Karawang. Hingga saat ini, kinerja enam Kepala Subdivre Bulog disejumlah wilayah tersebut masih menjadi perhatian serius dari berbagai kalangan.
Seperti halnya temuan Raskin berkualitas buruk di Desa Sukorambi, Kecamatan Sukorambi, Kabupaten Jember (Sindonews.com-(5/8/2012)). Warga mengungkapkan, Raskin yang mereka terima lebih layak dipakai untuk pakan ternak. Warga pun terpaksa mencuci beras tersebut menggunakan sabun colek sebelum mengonsumsinya. Mereka kemudian beramai- ramai mengembalikan Raskin tersebut kepada perangkat desa setempat.
Beras Raskin berkualitas buruk juga dikeluhkan oleh ratusan warga penerima manfaat Raskin di Kelurahan Kenanga, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang (Warta Kota-(31/8/2012)).
Selain berwarna kuning, Raskin yang disalurkan Bulog Subdivre Tangerang itu juga berkutu. "Parah sekali Mas, rasanya tak bisa dikonsumsi. Masa berasnya berwarna kuning dan berkutu," ujar Marni, warga RT.04/01, Kelurahan Kenanga.
Menurut Marni, agar bisa dikonsumsi, beras Bulog itu, maka dirinya harus mengoplos dengan beras yang berkualitas jauh lebih baik. "Saya jadi beli beras lagi di pasar untuk mengoplosnya. Karena kalau tidak, ya tidak bisa dikonsumsi," ucapnya.
Dalam sebuah tulisannya (17/7/2012), mantan Wakil Ketua DPRD Kabupaten Tangerang yang kini telah menjadi anggota DPRD Kota Tangsel mengungkapkan, bahwa di Kabupaten warga Tangerang hanya memperoleh Raskin dua atau tiga kali dalam setahun, itupun berasnya berkualitas buruk.
Lalu beras Raskin berkualitas buruk juga dikeluhkan oleh penerima Raskin di Desa Bengkala, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng, Bali (20/8/2012). Masyarakat penerima manfaat Raskin tersebut bahkan menolak jatah beras Raskin-nya, karena mutunya yang sangat buruk. Beras yang dibagikan tidak layak konsumsi dan kodisinya sudah remuk disertai kutu-kutu.
“Selain warga kami, penolakan juga dilakukan oleh warga di Kelurahan Seririt, Kecamatan Seririt. Mereka juga menolak Raskin yang disalurkan Bulog, lantaran tidak layak dikonsumsi,” ujar Kepala Desa (Perbekel) Bengkala, Made Astika.
Keluhan atas buruknya kualitas beras Raskin yang salurkan Subdivre Bulog setempat juga dilakukan oleh warga lingkungan Rangas, Kelurahan Rangas, Kecamatan Banggae, Kabupaten Majene, (31/7/2012). Mereka menolak Raskin karena kualitasnya sangat buruk dan tidak layak konsumsi.
Salah Seorang Warga, Asdi, mengatakan, warga sangat kecewa dengan jatah Raskin yang mereka dapat tersebut. Karena selain banyak yang hancur, beras juga sebagian berwarna kuning dan kehitam- hitaman. “Kami sangat kecewa dan menyayangkan sikap pihak terkait yang tetap membagikan beras tidak layak konsumsi ini. Sebab beras tersebut diduga sudah lama di gudang dan baru dibagikan,” ujar Asdi kepada Upeks. Ia menambahkan, selain berwarna kuning dan kehitaman, pada beras tersebut juga ditemukan banyak belatung dan berbau.
Tak berhenti sampai disitu, warga RW.03 Kelurahan Kota Wetan, Kecamatan Garut Kota, Kabuaten Garut juga mengeluhkan buruknya kualitas Raskin, (20/6/2012). Warga kecewa lantaran beras yang mereka terima ternyata kotor dan dipenuhi kutu. Namun, desakan kebutuhan membuat mereka terpaksa tetap memasak beras tersebut setelah dibersihkan.
Ketua RW.03, Pepen Supendi mengatakan, dirinya mengetahui buruknya kualitas raskin tersebut setelah menerima laporan dari warganya. “Setelah saya periksa, ternyata beras tersebut memang kotor dan penuh kutu. Tidak hanya yang dikemas dalam karung, beras yang sudah dikemas plastik pun banyak kutunya,” ujar Pepen.
Kemudian keluhan juga disampaikan oleh warga dibeberapa desa di Kabupaten Karawang, (6/8/2012). Warga mengeluhkan kualitas Raskin yang ditengarai bau apek dan dikerumuti kutu yang menjijikan. Kondisi ini diduga akibat beras kurangnya pengawasan dari pihak Bulog Pemkab Karawang sendiri.
Hal itu terjadi di Kelurahan Tanjung Mekar, Kecamatan Karawang Barat. Saat pendistribusian Raskin di kantor kelurahan, Senin (6/8), masyarakat setempat dikagetkan dengan banyaknya kutu, kendati beras tersebut masih dalam karung yang bersegel. Menurut Aja, RT.04, Kampung Tanjung Mekar, Kelurahan Tanjung Mekar, sebanyak 50 kilogram Raskin untuk dibagikan ke wilayahnya, ternyata sudah terkontaminasi kutu. Lanjut Aja, masyarakat merasa kecewa dengan pendistribusian Raskin yang dilakukan Bulog. “Kutunya tidak begitu banyak kelihatan, karena posisinya sengaja dibuka diruangan. Namun kalau beras ini ditutup, kutu- kutunya keluar banyak,” kata Aja. (Yun)*

Kamis, 06 September 2012

Raskin Busuk Dibagikan ke Warga

06 September 2012

JEMBER – Beras bersubsidi untuk warga miskin (raskin) yang dibagikan di Desa Sukorambi, Kecamatan Sukorambi, Kabupaten Jember tidak layak konsumsi.


Warga menyebutnya raskin yang mereka terima lebih layak dipakai pakan ternak. Warga pun terpaksa mencuci beras tersebut menggunakan sabun colek sebelum mengonsumsinya. Mereka kemudian beramai-ramai mengembalikan raskin tersebut kepada perangkat desa setempat. Menurut penuturan salah seorang warga,Faryatin, beras bersubsidi dari pemerintah yang baru diterimanya tersebut tampak berwarna kusam hampir kecoklatan dan berkualitas buruk.

”Warnanya tidak putih, tapi coklat kehitaman dan hancur serta baunya apek, terkadang ada kutunya,” kata Faryatin,kemarin. Ungkapan senada dikatakan warga yang lainnya,Nafisah.” Kami terpaksa mencuci beras itu dengan menggunakan sabun colek setiap kali akan memasaknya agar kelihatan putih dan harum ketika dimasak,”kata Nafisah. Nafisah dan Faryatin hidup di kampung tersebut bersama sekitar 50 kepala keluarga (KK) yang mendapat jatah raskin. Mereka mendapatkannya tidak gratis,namun harus membayar Rp2.000/kilogram (kg).

Setiap KK hanya mendapatkan jatah 3,5 kg. Ketua RT setempat,Syaiful, mengatakan, pihaknya tidak mampu berbuat banyak dengan kualitas beras raskin tersebut. Sebab pihaknya hanya bertugas menyalurkan raskin tersebut pada warga.Atas kejadian itu,Kepala Bulog Sub Divre IX Jember Alwi Amri mengatakan, sebenarnya pihak Bulog sudah memeriksa sebagian beras raskin yang akan disalurkan kepada masyarakat. ”Mungkin ada sebagian yang tidak kena sortir.Kalau memang ada warga yang me-nemukan beras kami jelek,silahkan kami siap menggantinya, 1 x 24 jam kita layani,”kata Alwi Amri.

Dia menambahkan, masyarakat diminta segera memberikan laporan kepada Bulog jika terjadi temuan beras yang rusak tersebut. ”Sehingga raskin yang diterima masyarakat bisa langsung diganti,”katanya. Meski begitu,Alwi mengatakan, raskin yang didistribusikan kepada masyarakat masih layak dikonsumsi dan tidak akan mengurangi rasa saat dimasak.” Kami mengakui hal itu karena tidak mungkin saya membongkar satu per satu karung yang ada di gudang. Untuk itu saya minta masyarakat langsung lapor kepada petugas yang ada untuk dilakukan penggantian berapapun yang rusak,”katanya.

Dia menambahkan, kuota penerima raskin di Jember berkurang 6.671 RTS (rumah tangga ssaran). Dari sebelumnya 237.300 RTS, kini tinggal 230.629 RTS berdasarkan pendataan program perlindungan sosial (PPLS) 2011 yang dilakukanBadanPusatStatistik( BPS). Menurutnya, tidak hanya Jember yang mengalami penurunan jumlah penerima raskin, namun penurunan jatah raskin juga terjadi di beberapa kabupaten di Jatim.Antara lain Kabupaten Bondowoso, Situbondo dan beberapa kabupaten di Madura. p juliatmoko 


http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/523955/

Senin, 03 September 2012

Beras Raskin Berkutu & Kuning

2 September 2012

Ratusan warga di Kelurahan Kenanga, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang, mengeluhkan kualitas beras untuk warga miskin (raskin) yang sangat jelek. Beras tersebut selain berwarna kuning juga berkutu.

Meskipun kualitas raskin itu buruk, warga Kelurahan Kenanga tetap mengonsumsinya. Mereka harus menyiasati seperti dengan cara mengoplos. Akan tetapi, ada sebagian dari mereka yang enggan membelinya. "Parah sekali mas, rasanya tak bisa dikonsumsi. Masak berasnya berwarna kuning dan berkutu," ucap Marni, warga di RT 04/01, ketika ditemui Warta Kota, Jumat (31/8).

Menurut Marni, agar bisa dikonsumsi, dirinya harus mengoplos beras Bulog itu dengan beras yang berkualitas jauh lebih baik. "Saya jadi beli beras lagi di pasar, untuk mengoplosnya. Karena kalau tidak, tak bisa dikonsumsi," ucapnya.

Salbini, warga lainnya, mengatakan bahwa beras raskin yang mereka beli seharga Rp 24.000/karung (15 kilogram, @ Rp 1.600/kilogram) di kantor Kelurahan Kenanga, adalah jatah beras bulan Juni. "Biasanya tiap bulan kami dapat jatah raskin, tapi sudah tiga bulan baru dapat sekarang. Ternyata kualitasnya juga jelek," ucapnya.

Indarwati, Kasie Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Kenanga menyatakan, pihaknya tidak tahu persis kualitas beras Bulog itu. Sebab pihaknya hanya menerima dan mendistribusikan beras itu kepada warga. "Beras ini sudah dikemas oleh Bulog sebanyak 15 kilogram tiap karungnya. Pas dikirim, saya memang tidak memeriksa berasnya," ucap Indarwati.

Saat membuka dan melihat beras raskin itu, Indarwati tampak terkejut. "Betul ya mas, berasnya kok kuning dan berkutu," ujarnya sambil melihat genggaman beras di tangannya.

Mengenai keterlambatan pengiriman hingga tiga bulan, kata Indarwati, hal itu disebabkan adanya perubahan jumlah RTS (rumah tangga sasaran). Dari semula 372, kini menjadi 489 RTS. "Karena ada penambahan jumlah RTS itu, maka dilakukan verifikasi ulang. Ini yang mengakibatkan pendistribusian terlambat hingga tiga bulan," ucapnya.

Sementara warga Kronjo, Kabupaten Tangerang, mengeluhkan harga raskin yang tidak sesuai ketentuan pemerintah yakni Rp 1.600/kilogram. "Masak beras raskin dijual Rp 2.000/kilogram? Saya juga bingung kenapa harga di sini lebih mahal," ujar Darsono.

Menurut Darsono, penjualan raskin dengan harga mahal terjadi selama bertahun-tahun. Hanya saja, warga penerima raskin tidak bisa berbuat banyak lantaran tidak mengetahui harga sebenarnya yang dianjurkan pemerintah.

Kepala Desa Kronjo, Dedy Supriyadi, mengatakan, harga raskin sebesar Rp 2.000/kilogram di desanya masih lebih murah di banding desa lain yang menjual dengan harga Rp. 2.500/kilogram. "Kalau menjual sesuai aturan pemerintah jelas tidak mungkin. Raskin tidak mesti harus dijual sesuai anjuran," ujarnya.

Menurut Deddy, selama ini warga juga tak pernah protes dengan harga raskin. Warga tetap membeli meski di atas harga yang ditentukan pemerintah. "Tidak ada yang protes warga dengan harga segitu. Sepertinya malah orang lain yang repot dengan saya karena menjual raskin dengan harga segitu," katanya. BK/vv

http://www.wartakotalive.com/detil/berita/97010/Beras-Raskin-Berkutu-Kuning